Chapter 18

Reza menatap wajah istrinya yang pucat dan lesu. Tangannya setia menggenggam erat tangan istrinya yang masih belum bangun.

“Kenapa kamu selalu menyiksa dirimu? Kamu lebih memilih untuk merasa tersiksa begini daripada bercerita padaku. Hiks! Aku harus apa? Supaya kamu mau berbagi cerita sama aku?! Aku suamimu!” Ujar Reza dengan suara lirihnya.

Reza terlihat menyedihkan, ia terduduk di lantai sambil terus menggenggam tangan istrinya. Dirinya benar-benar tidak bertenaga tanpa Riska, wanita sederhana yang meluluhkan hatinya.

“Sayangku…. Bangun dong. Jangan tidur sendirian. Aku mau peluk kamu tapi gak bisa. Tangan kamu lagi diinfus.” Ucap Reza sambil merapikan rambut hitam istrinya.

Saat matanya terfokus pada rambut indah itu, sang istri mengerjapkan kedua matanya sambil bergumam “Aku mau sendiri aja. Hiks!”

Melihat istrinya sudah bangun, Reza sangat senang meskipun demikian, ia juga penasaran apa yang telah terjadi pada kesayangannya. Siapa yang telah menyiksa batin sang istri sampai kondisinya lemas begini.

“Riri, kamu kenapa? Hey” Reza mengusap-usap pipi istrinya dengan tatapan sendu. Riska pun membuka kedua matanya dan terlihat jelas wajah suaminya.

“Mas?” Ucapnya lirih kemudian ia mengedarkan pandangannya dengan tatapan heran seakan bertanya dimana dirinya.

“Ada yang telpon mas, ngasih tau kamu jatuh pingsan tiba-tiba pas baru nyampe di puskesmas.” Kata Reza dengan lembut. Riska terdiam, seketika ia ingat bahwa saat itu perutnya sangat sakit dan tiba-tiba jatuh.

“Minum?” Reza menyodorkan sebotol minuman mineral lalu membantunya minum.

“Sebenarnya, apa yang terjadi? Kenapa kamu gak ngomong sama aku kalo kamu sakit?” Tanya Reza khawatir.

“Maaf ya, Mas udah ngerepotin kamu.” Kata Riska yang membuat Reza geram. Bukan itu jawaban yang ia inginkan.

“Apanya yang direpotkan?! Aku mau kamu cerita tentang kejadian yang telah menimpa kamu sampai pingsan begini!” Batin Reza. Rasanya ia ingin mengguncang tubuh istrinya supaya sadar apa yang dilakukannya salah namun, kondisinya sedang tidak memungkinkan.

“Suatu saat, aku akan memaksamu. Lihat saja nanti.”

Ceklek!

Seorang suster membuka pintu kamar dan masuklah seorang dokter perempuan yang masih muda dan cantik. Ia tersenyum tipis ke arah Reza lalu Riska.

“Bu Riska.” Sapanya.

“Eh, i-iya Bu Dokter.”

“Gimana perutnya? Masih sakit?”

“Sudah lebih baik meskipun terasa sedikit sakit.” Riska menjawabnya dengan gugup.

Tak!

Om

“Lesu aja lu. Tumbenan, biasanya lincah kek belatung.” Kata dokter itu seraya menjitak kepala Reza yang dari tadi diam.

“Diem Lu! Urus aja istri gua.” Sahut Reza kesal. Riska terkejut dengan kelakuan dokter itu.

“Bu Riska kaget, ya. Hehe… Reza ini kakak sepupu saya.”

“Ooh begitu yaa.”

“Keluar aja kalo cuma ganggu.” Kata Reza mengusirnya.

“Heh! Ini puskesmas gue. Enak aja. Lu yang gua usir.”

Riska menatap heran dokter tersebut. Yang awalnya terlihat anggun namun, sekarang terlihat bar-bar dan tomboy. Sekaligus kaget karena baru tau kalau puskesmas Kita Sehat milik salah satu anggota keluarga Bagaskara.

Kini istri Reza merasa gelisah. Ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. “Mereka ada dimana-mana. Gawat! Aku harus bagaimana?” Batinnya.

“Menginaplah semalam. Bu Riska masih sangat lemah. Resep obatnya sudah saya tulis, tinggal di tebus aja.” Ucapnya santai sambil menyunggingkan senyumnya. Riska mengangguk pelan.

Setelah berbincang-bincang santai, Dokter itu keluar. Dengan sigap, Reza langsung membantu istrinya berganti pakaian. Riska makin merasa tidak nyaman karena sudah membuat suaminya repot.

“Jangan mikir aneh-aneh, ya. Kamu fokus sama badan kamu yang lemas. Kamu harus lebih sayang sama diri sendiri. Aku mau pergi sebentar beli makanan, ya… Kamu mau apa?”

Riska diam namun, jantungnya berdegup kencang karena suaminya bisa menebak apa yang ia pikirkan. Wanita itu melamun sampai akhirnya Reza mencium pipinya.

“Eh, mas? A-ada apa?” Lamunannya buyar. Matanya dan sang suami saling memandang.

“Kamu dengar gak apa yang ku bilang tadi?”

Riska menggeleng. “Aku bilang, kamu kalau ada masalah tuh cerita sama aku. Jangan diam-diam aja sampai menyiksa diri begini. Aku suami kamu. Aku gak mau liat kamu sedih dan merasa sendirian.”

Setelah mengatakan itu, ia berdiri lalu pergi keluar kamar untuk membeli makanan. Perutnya memang sudah sangat lapar dari tadi tapi, demi istrinya ia rela menahannya.

Riska sendirian di kamar, merenung perbuatannya. Ia memang tidak mau banyak bercerita karena takut suaminya akan berpikir buruk mengenai dirinya. Dan menganggap Riska adalah seorang wanita yang merepotkan.

Ia trauma…. Masa lalunya masih menghantui pikirannya. Dari dulu, ia selalu dianggap salah padahal, perbuatannya biasa-biasa saja. Hal itu dikarenakan dulunya saat masih kecil ia sering membuat ulah. Lalu dijauhi dan dibenci oleh orang-orang sekitarnya termasuk orang-orang terdekatnya.

Sehingga, sampai dewasa ia selalu merasa bahwa dirinya harus berbuat segala sesuatu sendirian dan tidak boleh banyak bercerita supaya tidak dibenci dan dijauhi. Ia memilih untuk menyakiti dirinya daripada berbagi pada orang lain.

🍂🍂🍂🍂🍂

Keesokan harinya, di pagi hari….

Reza senang karena Riska bisa pulang dan ia akhirnya memiliki alasan untuk tidak pergi ke kantor. Tapi, ia akan mengerjakan pekerjaannya di rumah sambil merawat istrinya yang ternyata sedang mengandung anak pertama mereka. Jadi, kram perut yang Riska rasakan itu dikarenakan kelelahan dalam keadaan hamil.

“Pokoknya, kita pakai ART, titik! Aku gak mau kamu kecapekan dan pingsan lagi.”

Kalau sudah begitu, Riska tidak bisa membantah. Ia tidak mau berselisih dengan sang suami.

“Ya sudah tapi, jangan menginap yaa.”

“Iya. Pokoknya, dia akan menemani kamu selama aku lagi gak ada di rumah.” Jelasnya.

“Semoga dengan cara ini, aku bisa menemukan sesuatu yang Riska sembunyikan.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!