Chapter 2

“Aku harus menjadi istri yang baik dan tidak banyak meminta supaya Mas Reza tidak bosan dengan ku.” Gumam Riska sambil bercermin, memperhatikan penampilannya. Senyuman manis terlihat jelas di wajah cantiknya yang natural.

Setelah merapikan pakaiannya, ia pun bergegas keluar dari kamar mandi kemudian merapikan kamarnya, tak lupa juga mengunci rapat jendela kamar.

“Riri.” Terdengar suara suaminya yang memanggilnya dari ruang tamu. Wanita itu pun segera meraih smartphone lamanya lalu memasukkannya ke dalam tas selempang nya.

“Maaf ya, Mas. Sudah terlalu lama menunggu yaa.”

Sang suami tersenyum melihat istrinya yang berlari-lari kecil kearahnya.

“Gemes banget sih.” Ucapnya sambil mencubit pipi mulusnya. Wajah Riska tersipu, jantungnya berdegup sangat kencang karena perlakuan manis suaminya.

Sepanjang jalan, pasutri itu bergandengan tangan dengan senyuman yang menunjukkan kebahagiaan mereka. Meskipun hanya pergi ke taman, mereka sangat senang karena bisa meluangkan waktu untuk bermesraan.

“Haaaaah! Sejuknya udara disini! Aku bersyukur telah memilih untuk tinggal di sini.” kata Reza, suami Riska. Pria itu membaringkan tubuhnya di atas rumput hijau kemudian menjadikan paha istrinya sebagai bantal.

Pasutri itu terlihat serasi. Istri yang cantik dan suami yang tampan. Riska mengusap wajah suaminya yang teduh. Ia bersyukur bisa dicintai oleh pria sebaik Reza meskipun berasal dari keluarga yang levelnya berbeda. Hal itulah yang sering membuat Riska kesulitan menjalani kehidupan rumah tangganya.

“Sayang, jangan melamun.” Ucap Reza menegur istrinya yang sedang menatao lurus dengan tatapan kosong.

“Ah, iya. Maaf. Hhmmm… apakah Mas tadi… bilang sesuatu?” Tanya Riska gugup.

“Duh! pake melamun segala! Bodoh banget sih!” Batinnya merutuki dirinya yang ceroboh.

Reza tersenyum, ia pun bangun kemudian duduk dihadapan sang istri untuk menatap wajahnya sebentar kemudian berbisik tepat di dekat telinganya

“Aku lapar, sayang. Ke restoran yuk!”

Riska terkejut mendengarnya. Wajahnya seketika berubah menjadi sedikit pucat. Wanita itu ragu untuk menjawab ajakan suaminya.

“Kalau aku setuju, itu sama saja boros. Apa aku ajak pulang saja yaaa. Tapi, Mas Reza kayaknya kepengen banget makan di restoran. Duh gimana?”

Grep!

Tiba-tiba Riska merasa tangannya ditarik pelan. Ia pun menengadahkan kepalanya, Reza sambil tersenyum lebar, mengajaknya untuk segera berdiri dan ikut dengannya menuju restoran.

Dengan senyuman yang dipaksakan, Riska menganggukkan kepalanya. Ia pun mengikuti keinginan suaminya yang sudah merasa lapar lagi. Pria itu memang mudah merasa lapar padahal, sebelum pergi sudah makan nasi goreng dengan porsi besar.

Jreng!

Gluk!

Riska menundukkan kepalanya. Dugaannya benar, sang suami tidak mengajaknya makan di restoran sederhana melainkan restoran menengah ke atas. Yang seporsinya 100.000

“Apa?! Nasi uduk aja kok harganya 60.000?! Aduuh Mas Reza ada-ada aja sih. Ngapain juga makan ditempat kayak gini. Tau gini… mendingan rebahan di rumah aja.” Batin Riska yang melotot saat membaca menu-menu restoran itu.

“Sayang, Kamu mau pesan apa?” Tanya Reza sambil membolak-balik buku menu. Dengan tersenyum kaku, Riska menjawab.

“Air mineral aja.” Jawabnya dengan suara yang lirih.

“Lho?! Jangan begitu! Pesan makanan juga. Ayo Doong. Maksudnya, aku makan sendiri nih?”

Mendengar perkataan suaminya, Riska buru-buru membolak-balik buku menu kemudian menunjuk asal.

“Ah, tidak! Maksudku…. Ini! Puding coklat. Aku mau itu saja hehehe.”

Reza pun tersenyum. Pria itu memanggil pelayan kemudian menyebutkan makanan-makanan yang mereka pesan.

Sambil menunggu pesanan datang, pasutri itu mengobrol dengan asyik. Reza yang suka bercanda, membuat Riska tertawa dan melupakan kekhawatirannya mengenai harga makanan yang dipesannya.

“Semoga tidak mahal, ya.” Ucap Riska membatin.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang. Wanita itu berbinar-binar melihat makanan yang tampilannya sangat berbeda dengan yang ia biasa lihat di rumah makan biasa.

“Begini yaaa makanan orang kaya. Beda banget. Pantas saja harganya bikin jantungan.” Ujarnya membatin.

Tak!

Semangkuk puding coklat pesanannya sudah sampai. Wanita itu memperhatikan bentuknya yang unik dan…. Terlihat mahal!

“Ada es krimnya! I-ini…. Harganya berapa?”

“Sayang, Kenapa belum mulai makan? Ada yang salah?” Tanya Reza sambil mengunyah tenderloin steak yang pastinya… tidak murah.

“Ti-tidak. Hhm… aku cuma kagum aja hehe.” Dengan gerakan kaku, Riska menyuap puding coklat itu. Enak, sangat enak malah! Ini adalah puding terenak sepanjang hidupnya!

“Jangan sampai ketemu ibu mertua lagi! Gawat kalau ketahuan makan di restoran mahal!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!