Chapter 15

Malam itu, Reza terus bungkam. Ia merasa lelah dengan kelakuan istrinya yang tidak mau terbuka dengannya.

“Mau sampai kapan kita seperti ini?” Kata Reza bermonolog. Riska yang menyiapkan makan malam untuk suaminya, banyak melamun. Ia berpikir keras cara meminta maaf kepada suaminya. Wanita itu salah paham, ia mengira Reza marah karena telah seenaknya tidur di ruang kerjanya.

Tak terasa, masakannya telah jadi. Aroma menggiurkan tersebar sampai ruang tamu. Riska berencana untuk mengajak suaminya makan di balkon sambil memandang awan yang dihiasi ribuan bintang.

“Mas, makanan udah jadi. Gimana kalo kita makan di balkon?”

Reza tetap diam namun meresponnya dengan anggukan. Riska senang, rencananya berjalan lancar. Dengan semangat, ia bolak-balik membawa makanan dan minuman ke balkon kamar mereka.

Hap!

Satu suapan pertama yang penuh masuk ke mulut Reza. Pria itu terkejut karena masakan istrinya terasa berbeda.

“Itu ayam mentega, Mas. Gimana rasanya? Ada yang kurang?” Tanya Riska hati-hati. Ia khawatir buatannya sendiri tidak enak sampai-sampai, belum memulai makan.

Reza mengangguk cepat sambil mengunyah lalu mengacungkan jempolnya. Riska tersenyum lebar, akhirnya sang suami tersenyum kembali.

“Eeits! Jangan kau kira aku udah gak marah lhoo! Yaa berkurang aja. Pokoknya, nanti kamu ku paksa ngomong!” Batinnya sambil menikmati senyuman manis Riska yang memandang langit malam.

Acara makan malam berjalan lancar meskipun mereka terlihat kaku. Biasanya, Reza akan melontarkan candaan konyol yang akan membuat Riska tertawa atau menggodanya dengan ekspresi wajahnya.

“Kenyang! Terimakasih, Riri. Besok, buatkan lagi yaaa.”

“Mas mau menu ini lagi?”

“Iya tapi, sayurannya yang mentah aja.”

Riska tersenyum bahagia sambil mengangguk. Setelah menyelesaikan makannya, ia merapikan alat-alat makan di bantu oleh suaminya.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua saling diam sambil menikmati keindahan bintang-bintang di langit malam. Riska curi-curi pandang sambil memikirkan bagaimana cara memulai omongan.

Akhirnya setelah beberapa menit, sambil meremas tangannya, ia bersuara.

“M-mas masih marah?” Tanyanya hati-hati.

Reza menolehkan kepalanya lalu mengubah posisi duduknya. Kini pasutri itu duduk berhadapan, dengan jantung yang berdegup kencang, Reza memandang wajah istrinya yang sendu.

“Kamu tau gak kenapa Mas marah?”

“Tidur di ruang kerja Mas.” Mendengar jawaban istrinya, Reza menghela nafasnya kasar.

“Nah, kan! Bener aja salah paham.” Batinnya.

“Sayang, Mas gak permasalahin lhooo. Kamu salah paham. Duh! Mas kesal karena kamu diam terus. Gak mau terbuka sama Mas. Kan, Mas suamimu kok di perlakukan kayak orang lain? Mas mau kok dengar semuanya kalau kamu mau cerita.”

“Kamu tuh selalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu. Contohnya soal cara duduk, kan Mas gak komentar apa-apa tapi, kamu sendiri yang over thinking. Mas gak tau apa yang kamu pikirin. Lagipula, kamu duduk begitu depan suami sendiri, gak papa sayang. Aku suamimu jadi, jangan kaku begitu. Aku tersinggung lhoo. Serasa tinggal sama orang lain.”

Riska menunduk terus, ia makin menyalahkan dirinya sendiri. Kini, wanita itu bingung harus berperilaku seperti apa depan suaminya.

“Kepikiran apa sekarang? Hah?!” Tanya Reza sambil menepuk-nepuk pundaknya. Riska mengangkat wajahnya, ia menggeleng.

“Ini juga gak adil.” Kata Reza.

“Maksud Mas?”

Reza menarik istrinya kemudian mendudukkannya di atas pangkuannya. Riska yang ditatap suaminya salting sendiri, dan itu membuat Reza tersenyum.

“Kamu gak pernah cerita tentang diri kamu. Aku udah cerita ini itu, banyak hal.”

Riska diam, tubuhnya menegang lalu bergetar. Sekilas ingatannya kembali. Masa lalunya yang tidak indah kembali teringat.

“Emangnya kenapa gak mau cerita? Gak merubah hatiku. Aku tetap cinta sama kamu.” Kata Reza yang tau isi pikiran istrinya.

“Gak perlu tau..” ujar Riska lirih.

“Kenapa? Kan cuma mau tau. Aku aja cerita semuanya ke kamu. Terus, kamu berubah? Gak cinta lagi sama aku?” Riska menggeleng cepat.

Haaah! Lelah sekali Reza membuat istrinya mau bercerita. Ia menyerah, akhirnya mereka pun berpelukan sambil tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan pasutri itu tertidur di balkon sambil berpelukan.

☘️☘️☘️☘️☘️

Disisi lain, seorang pria duduk di balkon kamar kos nya sambil menatap langit malam yang indah. Pikirannya tertuju pada adik perempuannya yang sudah lama hilang. Pria itu sudah berusaha mencari sang adik sampai ke luar kota namun, nihil. Adiknya bak ditelan bumi, tidak bisa ditemukan di manapun.

Ia sangat menyesal karena tidak bisa membuat adiknya yang 'istimewa' itu bahagia. Dulu, ia memang sering dibuat kesal oleh kelakuan sang adik yang menyebalkan. Tapi seiring berjalannya waktu, pria itu akhirnya mengerti apa yang sebenarnya membuat sang adik berkelakuan seperti itu.

“Dek, gak kangen sama Emak, bapak, Abang dan dek saras? Abang kangen lhooo sama kamu. Dek Saras juga kangen. Dia mau ketemu dan minta maaf sama kamu. Abang juga minta maaf, dek. Gak bisa bikin kamu bahagia. Kamu dimana sih?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!