Sementara itu di rumah…
Riska sedang tersenyum berseri-seri karena baru saja mendapat gaji hasil menulis cerpen. Meskipun tidak banyak tapi, bisa untuk menabung dan membeli skincare yang sudah akan habis. Produk Skincare yang digunakannya bukanlah yang berharga tinggi. Terjangkau dan pastinya cocok untuk kulit cerahnya.
“Yes! Sebentar lagi aku akan punya kamera!” Ucapnya kegirangan saat melihat tabungannya. Sudah sejak lama ia menginginkan kamera impiannya yang ukurannya kecil dan bewarna hitam. Ia ingin membelinya dengan uang hasil kerjanya agar hati merasa lega.
Saking asiknya dengan tabungannya, wanita itu sampai lupa waktu. Ia lupa untuk memasakkan makan siang untuk suaminya, yang kini sedang dalam perjalanan pulang.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
“Aaargh!” Reza berteriak kesal sambil meremas setirnya. Hatinya sangat marah karena sang ibu membawakan seorang wanita untuk menjadikannya istri. Jelas-jelas dirinya sudah menikah, banyak saksinya. Namun, sang ibu tidak menghadiri karena hatinya sangat membenci Riska. Wanita yang dianggap perusak hubungan antara ibu dan anak.
“Sampai kapanpun, Riska akan selalu menjadi istriku. Titik!” Ucapnya dengan nafas yang memburu.
“Apa-apaan tuh cewek. Hiiih! Tebal makeup aja! Bukan selera gua. Cantiknya kagak ORI. Udah gitu, suaranya dibikin-bikin macam orang mabok. Murahan!”
Kembali ke rumah….
“Gawat gawat! Aku lupa masak. Gimana nih?! Mudah-mudahan mas Reza masih di kantor.” Ujarnya. Tangannya bergerak cepat memotong-motong sayuran, lalu memasukkan ke dalam wajan yang berisi bumbu. Beruntung, ia rajin membuat bumbu-bumbu yang tahan lama disimpan di kulkas.
“Maafkan aku, Mas.” Ucapnya lirih sambil mengaduk-aduk sayuran tersebut. Tanpa ia sadari, Reza sudah sampai dan masuk kedalam. Pria itu mencari-cari istrinya yang tidak menyambut kedatangannya.
“Wanginya….”
Deg!
Riska terkejut mendengar suara suaminya, sampai menjatuhkan pisau karena tersenggol lengannya.
“Eh, Mas? Kapan datangnya? Maaf yaa makanannya belum siap.”ucapnya. Dalam hati, ia merutuki dirinya yang melupakan kewajibannya.
“Seharusnya masak dulu! Aaah aku lalai lagi. Nanti kalau suami marah, gimana? Egois banget aku sampai lupa sama suami sendiri.” Batinnya.
Reza memperhatikan wajah sang istri yang terlihat panik. Keningnya mengerut heran karena dirinya sendiri santai-santai saja.
“Emangnya aku kelihatan kayak orang marah, ya?” Batinnya bertanya.
Perlahan-lahan, ia menghampiri Riska. Tidak lupa memberikan senyuman tampan yang memabukkan.
“Santai aja, Riri. Sebentar lagi selesai, kan?”
Riska menggeleng pelan dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya merasa bersalah.
“Aku.. belum masak lauk. Maaf, Mas.” Jawabnya lesu.
“Sayangku, aku udah beliin ayam goreng lhooo. Itu aja lauknya. Gak papa, ya.” Reza kasihan melihat istrinya, ia tidak mau kesayangannya kelelahan makanya membeli ayam goreng supaya bisa segera bermanja-manja dengan istrinya.
“Waah, ayam goreng! Makasih ya, Mas.” Wajahnya langsung ceria saat mendengar ayam goreng. Itu emang salah satu makanan favoritnya sejak kecil.
Tak perlu menunggu lama, sayuran tumis sudah jadi, Riska pun dengan cepat menghidangkan di atas meja. Reza tersenyum melihat wajah cantik istrinya yang selalu menjadi obat hatinya.
“Enak, sayang?”
Riska mengangguk sambil tersenyum, menikmati ayam goreng itu. Rasanya lezat sampai ia lupa bahwa dirinya sedang makan bersama suaminya.
Reza melihat ada sikap yang tersembunyi dari istrinya. Riska duduk bersila di atas kursi dan makan menggunakan tangannya. Piringnya ia pegang. Reza menahan tawanya, sang istri persis seperti orang yang nongkrong di warteg. Ya, begitulah jika ia sedang memakan makanan favoritnya.
Reza tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dirinya malah makin cinta karena, Riska menjadi dirinya sendiri. Ia malah tidak suka jika istrinya bersikap kaku dihadapannya.
“Be yourself and show me more who you are.”
“Mas gak makan?” Tanya Riska sambil mengunyah. Reza terkekeh melihat istrinya yang duduk santai dengan kaki yang diangkat dan bibir yang memerah karena sambal dari ayam goreng itu.
Melihat suaminya terkekeh, Riska seketika diam. Kini ia mulai menyadari sesuatu.
“Maaf, Mas. Maaf… aku tidak sopan. Mas jangan marah, ya. Aku benar-benar–”
“Ya ampun sayaaang. Aku gak ngomong apapun lhoo, malahan tersenyum. Emangnya mukaku kayak orang marah, ya? Kok dari tadi kamu gugup gitu? Santai aja. Aku malah seneng liat kamu begitu, gak kaku sama suami sendiri.” Jelas Reza sambil menyantap makanannya.
Riska bukannya lega, malah khawatir dan takut. Pikirannya bercabang kemana-mana dan negatif thoughts mulai bermunculan. Ia memang tipe orang yang mudah over thinking. Hal itu terjadi karena masa lalunya.
“Mas Reza pasti jijik melihatku.”
“Gak sopan banget makan depan suami kayak gitu. Duuuh kampungan banget.”
“Maafkan aku, Mas. Tolong jangan membenciku, ya. Aku benar-benar gak sengaja.”
“Aku memang tidak pantas untuk berdampingan dengan Mas Reza yang lebih berkelas.”
“Kenapa siiih gak bisa banget liat ayam goreng?! Sampai kalap begitu. Rakus banget tadi aku makan. Tahan sebentar napa! Aakhh! Benci!”
Riska pun segera menghabiskan makanannya setelah itu, buru-buru ia bersihkan meja makan. Reza kecewa melihatnya, ia padahal tidak mempermasalahkan hal itu namun, kenapa sang istri terlihat sangat gelisah dan bersalah.
“Aku hanya manusia biasa yang tidak bisa mengetahui isi hati dan pikiranmu. Bagaimana caranya supaya kamu mau terbuka, sayang? Kita kan sudah menikah. Kenapa kamu memperlakukanku seperti orang lain? Sebenarnya, dipikiran mu aku ini dianggap sebagai apa?!” batin Reza sambil mengepalkan tangannya.
“Mas mau hidangan penutup?” Tanya Riska sambil mengelap tangannya karena ia baru saja selesai mencuci piring. Reza menutupi kekecewaannya dengan tersenyum.
“Dessert nya dibungkus aja, ya. Aku mau kembali ke kantor.” Ujarnya sambil bersiap-siap. Saat ia mau berdiri, Riska menahannya lalu mengelap bibirnya dengan lembut kemudian mencubit gemas pipi suaminya.
“Tadi ada bekas sambal, kamu gak sadar?” Reza tersenyum dan itu membuat Riska salting.
“Baiklah, waktunya bekerja lagi! Nanti aku pulang saat Maghrib. Tungguin aku yaa” kata Reza sambil menaik-turunkan alisnya. Riska tertawa melihatnya, suami dewasanya sudah seperti anak remaja yang mabuk cinta.
“Akhirnya, dia tertawa.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments