Riska yang mengetahui dirinya sedang berbadan dua, awalnya khawatir. Ia takut tidak bisa menjaga kesehatan janinnya karena merasa dirinya sedang dalam kondisi lemah. Reza, sebagai suami siaga selalu memberikan kata-kata penyemangat bagi sang istri. Ia bahkan rela begadang untuk menghibur Riska yang saat itu sering terbangun di tengah malam karena menangis.
“Aku tidak bisa menjadi ibu yang baik. Aku belum siap.” ucapnya sambil berderai air mata. Wanita itu takut calon anaknya akan mengalami kehidupan buruk yang ia pernah alami dulu, dan ia tidak bisa melindunginya.
Reza mengerti apa yang istrinya khawatirkan meskipun Riska tidak mengatakannya langsung. Pria itu dengan sabar menasehati istrinya dan mendukungnya.
Beruntung, hal itu tidak berlangsung lama. Kini, Riska yakin bahwa ia akan menjalani kehamilannya dengan baik-baik saja. Bumil cantik itu makin aktif dan itu membuat Reza khawatir istrinya kelelahan dan pingsan lagi.
Sebulan kemudian….
Ia benar-benar menepati perkataannya. Suami protektif itu mendatangkan seorang ART. Seorang wanita dewasa yang usianya lebih tua beberapa tahun dari mereka berdua.
Riska yang susah bergaul, tentunya merasa canggung untuk sekedar minta tolong padanya. Ia sering menempelkan note di pintu kulkas jika menyuruh sesuatu.
Seiring berjalannya waktu, Riska mulai akrab dengannya. Ia tidak akan canggung untuk mengatakan langsung jika butuh sesuatu.
“Mba Riska, nih udah jadi.” Kata Erni, si ART itu. Wanita itu baru saja selesai membuat pudding strawberry dengan saus vanilla yang menggiurkan.
Bumil muda itu menyambutnya dengan senyuman lebar. Saat hamil, entah kenapa badannya mudah merasa lelah dan nafsu makannya meningkat drastis.
Reza memanfaatkan itu untuk melarangnya melakukan pekerjaan berat, yang menurutnya ringan.
Hap! Yum Yum!
Bumil cantik itu langsung menyuap pudding tersebut. Dari gesture badannya, terlihat senang sekali. Erna senang memiliki majikan yang tidak sombong seperti Riska. Ia kerap kali diajak ngemil bersama di meja yang sama juga.
“Erni, nanti tolong cek stok bahan makanan di kulkas, ya.” Pinta Riska pada Erni yang kini menemaninya menikmati cemilan.
“Iya, Bu. Oh ya! Bu Riska mau masak? Biar sekalian saya siapin juga.” sahut Erni. Riska menjawab dengan anggukan karena ia sedang menghayati kenikmatan puding yang ia idamkan.
Erni tersenyum, ia pun segera menghabiskan pudingnya kemudian bangkit menuju dapur untuk menjalani tugasnya.
Setelah mengeluarkan semua stok bahan makanan, ia pun melapor pada sang Nyonya muda yang kini sedang mengetik sesuatu di hpnya.
“Maaf, Bu.” kata Erni
“Eh, iya. Gimana?” Riska mengalihkan pandangannya sambil mematikan hpnya.
“Sayuran ada tapi, bahan-bahan untuk lauk yang habis.”
“Oh gitu… yasudah, kamu tolong ke warung sayur Bu Wirda yaaa. Beli cumi asin dan kerupuk ikan. Oh ya kalo ada selada, beli yaa.” Kata Riska sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari case hpnya.
(Tau kan, case hp yang bisa buat nyimpen duit n kartu?
Erni pun mencatat apa yang majikannya inginkan setelah itu, ia pamit keluar. Riska masih betah duduk di sofa ruang tamu. Entah kenapa… ia merasa sangat betah selonjoran di situ dan malas untuk pindah.
Tiba-tiba ia teringat akan tugasnya, menulis cerpen bahasa inggris. Dengan langkah hati-hati, ia menaiki tangga menuju kamar.
“Maaf, ya… aku melupakanmu.” Gumamnya sambil menyalakan laptop lamanya.
Tak perlu berlama-lama, jari-jemarinya bergerak lincah mengetik kata-kata yang sudah dicatatnya di kertas HVS. Bibirnya terangkat, ia tidak merasa kesulitan membuat cerita yang menarik karena sudah terbiasa dan ahli.
Setengah jam kemudian, ia merapikan barang-barangnya kemudian keluar dari kamar menuju dapur untuk memasak makan siang. Rencananya, ia akan pergi ke kantor Reza dan makan siang bersamanya.
💜💜💜💜💜
Sementara itu di kantor….
Wajah pak direktur terlihat masam karena ada karyawan yang membuat kesalahan besar, salah membuat laporan keuangan. Bisa saja ia melemparkan tugas itu pada Yoga, asistennya.
Sayangnya, pria itu kini sedang bertugas di luar kota mewakili kehadirannya di suatu acara.
“Ada aja halangannya mau jalan-jalan sama istri. Ckckck! Mana laper lagi. Kalo ada Yoga, tinggal suruh aja dia turun kebawah beli di kantin.” Gumamnya sambil fokus pada Ipad-nya.
Ia menyesal karena telah lupa untuk mampir ke minimarket, membeli se-abreg cemilan mengenyangkan untuk perut laparnya.
Tring!
Sebuah notifikasi WA masuk, pria itu terlihat acuh dan tetap fokus pada benda persegi panjang itu. Namun…
“Eh, jangan-jangan… itu chat dari Riri.” Gumamnya. Ia pun menaruh Ipad-nya lalu meraih hpnya yang berbunyi lagi. Ia pun segera membuka hpnya dan benar, itu chat dari sang istri yang mengirimnya foto dirinya yang sedang dalam mobil.
Reza yang khawatir, langsung menelponnya.
“Sayang, kamu mau kemana??” Tanyanya.
Riska terkekeh mendengar suara suaminya.
“Rahasia.”
Tuut!
Wanita itu menjawabnya dengan satu kata. Reza pun menelponnya lagi namun, Riska tidak mengangkat. Ia pun teringat dengan si ART.
“Halo, Erni. Istri saya pergi kemana y? Kok kamu gak ikut sama dia?” Tanya Reza kesal.
“Ma-maaf, Tuan. Bu Riska sendiri yang menolak. Saya mau paksa, nanti takutnya Bu Riska marah sama saya.” Jelasnya.
“Kan saya–”
Tok tok!
Baru saja mau menyahuti perkataan Erni, seseorang mengetuk pintu ruangannya.
“Mas…”
Itu suara Riri tercintanya, dia datang! Reza pun melempar hpnya ke sofa lalu berjalan menghampiri pintu untuk membukakannya.
“Sayaaang!”
“Lu lagi?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments