Pagi hari..
Sepasang pasutri memasak sarapan sambil melempar senyuman yang menunjukkan cinta tulus dari hati masing-masing.
“Kok asin, ya?” Tanya Reza saat mencicipi telur dadar buatannya.
“Barusan Mas tuang apa?” Balas Riska dengan pertanyaan. Seketika Reza tersadar sesuatu, ia salah mengambil bumbu.
“Oh, tadi bukan kaldu, ya? Hehehe. Lagian, botolnya sama sih.” Ujarnya tidak mau disalahkan.
“Kan aku udah kasih nama, Mas.” Sahut Riska lagi. Ia gemas dengan kelakuan suami manjanya.
Beberapa menit kemudian, sarapan sederhana rasa cinta telah jadi. Meskipun ada beberapa yang bentuknya aneh namun, mereka tetap memakannya sambil tertawa.
“Udah ah, Mas. Nanti terlambat lhoo.”
“Aku maunya seharian sama kamu. Kerjaannya dibawa ke rumah!”
Riska manggut-manggut, kemudian melanjutkan menikmati sarapannya. Setelah selesai, ia merapikan meja makan. Sedangkan Reza, melangkah ke kamar dengan gontai karena ada meeting dadakan siang nanti. Mau tidak mau, pria itu harus pergi.
“Mas, kan masih bisa dilain waktu.” Kata Riska membantu suaminya menyiapkan keperluannya. Reza hanya diam sambil menatap istrinya.
“Sudah selesai! Semangat, ya. Oh ya! Mas mau dimasakin apa?”
“Ayam madu!” Jawab Reza dengan wajah cerianya. Riska terkekeh melihat wajah suaminya. Ia bersyukur karena keputusan untuk menerima lamaran pangeran dihadapannya, bukanlah keputusan yang salah. Reza selalu menghibur Riska dengan wajah manisnya dan kelakuan manjanya.
Cup! Cup!
“Aku pergi dulu, My Love. Nanti temani aku kerja, ya.” Kata Reza setelah mencium kedua pipi chubby istrinya. Wajah wanita itu memerah, ia malu ditonton oleh ibu-ibu yang sedang bergosip ria dekat rumahnya.
Reza pun menjalankan mobilnya meninggalkan sang istri yang menatapnya sampai tidak terlihat lagi. Setelah mobil Reza pergi, Riska berniat untuk pergi ke warung sayur yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.
Dengan cepat, ia berlari masuk ke dalam lalu mengambil dompetnya yang sudah ia siapkan untuk berbelanja.
“Mudah-mudahan ada nugget ikan kesukaan ku!” Gumamnya sambil membayangkan lezatnya makanan tersebut. Tak perlu waktu lama, wanita berdaster biru dongker itu sampai.
Di Warung sayur itu menjual berbagai macam makanan Frozen juga. Maka itu, Riska sangat senang berbelanja di tempat itu. Sayur-sayuran hijau yang segar, buah-buahan segar dengan aneka warna dan bentuk adalah hiburan tersendiri baginya.
“Eh, Mba Riska. Tumben baru nongol.” Sapa Bu Wirda, pemilik warung. Riska meresponnya dengan senyuman kaku lalu mengangguk.
“Nugget ikannya ada tuh. Mau?”
Mendengar kata Nugget Ikan, matanya berbinar-binar. Ia pun mengangguk cepat kemudian menghampiri Bu Wirda.
“Saya beli tiga bungkus nugget ikan, dua bungkus pempek Palembang dan dua bungkus bakso ikan.” Kata Riska sambil menyodorkan tiga lembar uang biru, dengan mata yang masih tertuju pada freezer yang terbuka. Terlihat beberapa produk Frozen food lainnya ada disitu.
“Rasanya ingin ku beli semuanya.” Batinnya
“Sayurannya, Mba.” Riska terkejut, dengan gerakan cepat ia pun segera memilah-milah sayuran hijau yang masih segar dan tidak lupa membeli sekilo mangga harum manis kesukaan suami manisnya.
“Duuuh hampir aja lupa. Makasih ya, Bu Wirda. Udah diingetin.” Batinnya.
“Totalnya 250.000” kata Bu Wirda sambil memperhatikan Riska dengan dahi yang berkerut.
“Mba, lagi ‘isi’ ya?” Tanyanya dengan suara lirih. Riska yang sedang sibuk mengatur barang-barangnya, tidak menjawab. Setelah selesai mendapatkan kebutuhan dan keinginannya, Riska pun pulang dengan hati gembira.
“Makan enak! Aku mau makan sebungkus nugget terus digeprek, di campur sambal rawit, sayurnya timun dan toge. Waaah enak banget tuh!”
Sepanjang perjalanan, wanita itu terus tersenyum lebar. Sayangnya, rencana menyenangkan itu sepertinya akan dibatalkan karena…..
Degh!
“Ibu mertua? Kenapa ada disini? Dia mau apalagi?!” Batinnya melihat wanita paruh baya yang duduk di kursi teras dengan wajah angkuhnya.
Sialnya, Riska baru saja berbelanja banyak. Dan itu akan menjadi alasan sang mertua julid untuk memarahinya.
“Se-selamat pagi, Bu.” Sapa Riska ketakutan.
Wanita paruh baya itu tidak menjawab, matanya terfokus pada tas belanja dan kantong kresek merah yang ditenteng Riska.
“Belanja LAGI?” Tanyanya dengan tersenyum sinis. Riska yang sudah berkeringat dingin, menganggukkan kepalanya tanpa melihat wajah ibu mertuanya.
“Pakaian macam apa itu?! Kumel, kampungan, rambut dijepit asal! Dah kayak pembantu. Eh tapi… kamu cocok sih jadi pembantu. Gak sudi Saya punya menantu yang cuma bisa malu-maluin nama keluarga Bagaskara.”
Airmata Riska sudah menumpuk dan siap tumpah. Namun, sekuat mungkin Riska berusaha untuk tidak menangis di depan mertua julidnya.
“Begini yaa kelakuanmu saat Reza pergi kerja? Keluyuran gak jelas, pakaian kucel gitu biar dikasihani, belanja seenaknya. Kamu mikir gak kalo yang kamu nikmati itu, adalah hasil keringat anak saya. Kamu tau gak kalo anak saya pernah kerja sambil tangannya diinfus? Dasar perempuan gak tau diri! Ingat, kamu hanya istri Reza. Bukan menantu saya!”
Riska terus menunduk sambil menahan suara tangisnya. Semua rencana menyenangkannya batal, tidak ada acara makan mengasyikkan lagi.
Dengan langkah terburu-buru, ia berjalan menuju pintu lalu membukanya kemudian masuk. Barang-barang belanjaannya ia biarkan tergeletak di ruang tamu. Sedangkan si mertua julid, hanya tersenyum sinis lalu pergi meninggalkannya yang kini menangis tersedu-sedu.
Riska duduk di lantai dapur sambil memukul-mukul lantai. Pikiran mulai dikuasai oleh pemikiran negatif. Wanita malang itu mulai menyesali akan keputusannya menjadi istri seorang cucu pertama keluarga Bagaskara.
“Andaikan saja aku tidak menerimanya…. Aku tidak akan mengalami hal menyakitkan seperti ini.” Ucapnya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments