Perlahan Adam membawa mobilnya memasuki pelataran SMA Bhakti Nusa yang luas. Dia membawa mobil tersebut ke area parkir dan memarkirkannya di sana. Namun begitu mesin mobil dimatikan, dia malah duduk terdiam dan terlihat tidak ingin segera keluar. Renata yang sudah melepas seat belt dan bersiap untuk keluar, menatapnya heran.
"Ada apa ya Pak? Apa ada yang kelupaan?" tanya Renata.
Adam tidak menjawab. Dia hanya menghela nafas panjang. Kebimbangan itu datang lagi. Bagaimana kalau Selenia melihat keberadaannya di sini? Apakah dia akan merasa tidak nyaman? Dia khawatir kalau hal ini akan membuat suasana hangat yang belum lama ini tercipta kembali berubah menjadi dingin. Tapi sepertinya untuk menyadari hal itu sekarang adalah sia-sia. Dia sudah terlanjur berada di sini sekaligus tidak mungkin bisa menolak perintah atasan.
Semoga ini hanya kekhawatiranku saja, batin Adam seraya melepas seat belt. Dia menyunggingkan senyum pada Renata lalu membuka pintu.
"Nggak pa-pa kok. Ya udah yuk." ajaknya kemudian.
Renata mengernyit. Dia menduga ada sesuatu yang sedang difikirkan oleh Adam. Tapi ya sudahlah, setiap orang pasti punya masalahnya masing-masing.
Adam mengajak Renata melewati koridor lain dan menghindari koridor utama yang ramai. Gema musik yang berasal dari sound system membahana seolah menyambut kedatangan mereka.
"Eh siapa sih? Baru kali ini gue lihat dia di sekolah ini." bisik seorang cewek ke teman cewek di sebelahnya. Temen ceweknya itu cuma mengangkat bahu. Tidak tahu menahu. Mereka adalah para murid yang memanfaatkan momen 'jam kosong' untuk berkumpul dan bergosip.
"Denger-denger sih pengawas proyek di aula yang akan direnovasi itu." sahut salah seorang lainnya.
"Saudaranya si murid baru itu bukan?"
"Kayaknya bukan. Nggak mirip soalnya."
"Sumpah cool banget." celetuk beberapa dari mereka.
Begitulah kira-kira bunyi bisik-bisik yang menyuarakan tentang Adam. Adam terus melangkah menyusuri koridor diikuti Renata di belakangnya. Dengan ramah dia selalu melemparkan senyum kepada orang yang dia temui di setiap sudut sekolah itu.
Adam dan Renata telah sampai di area proyek. Seorang pekerja menyambut dan memberikan helm safety untuk mereka. Untuk beberapa saat, Adam berkeliling dan melihat-lihat aula yang separuh bangunannya telah diruntuhkan. Renata mengikuti di belakangnya.
Aula yang cukup luas dengan model bangunan yang masih kuno. Beberapa kayu tampak keropos. Beruntung sekali aula ini segera mendapatkan renovasi. Itupun tidak perlu membutuhkan pengajuan proposal berulang kali, karena 80% biaya pembangunan ini dibiayai oleh Pak Anton--Bossnya--sebagai sumbangan untuk sekolah karena anaknya bersekolah di sini. Pak Anton memang orang yang begitu dermawan. Apalagi untuk fasilitas-fasilitas umum di sekolahan. Dulu waktu anaknya masih bersekolah di SMA Internasional, dia bahkan menjadi donatur tetap. Dan itu masih dia lakukan sampai sekarang, meskipun anaknya tidak bersekolah di sana lagi.
Setelah selesai melihat detail seluruh aula, Adam duduk di salah satu bangku permanen yang terletak di samping bangunan tersebut. Dia dan Renata ngobrol-ngobrol dengan salah seorang pekerja yang berprofesi sebagai mandor dalam proyek itu, membicarakan langkah lebih lanjut renovasi aula.
...🌺🌺🌺...
"CIAAA... GUE MAU KE TOILET DULU!!" Selenia terpaksa berteriak karena suara sound system yang begitu keras.
Cia masih asyik berjoget mengikuti gerakan para dancer diatas panggung. Sadar teriakannya tidak mendapat perhatian, Selenia menepuk bahu Cia.
Cia menoleh dan menghentikan gerakan tubuhnya. "APAAN?" teriaknya sama lantang.
"GUE MAU KE TOILET! LO IKUT NGGAK?!"
Awalnya Cia menggeleng. Namun begitu Selenia sudah keluar dari kerumunan anak-anak, dia malah menyusul. Mendapati hal itu Selenia hanya mencibir.
Suasana di toilet sepi banget. Anak-anak memang hampir semuanya tumpah ruah di area bazaar dan lapangan. Hanya beberapa anak saja yang terlihat berkeliaran di koridor, ruang perpus dan studio musik. Begitulah kerjaan para couple yang mencari kesempatan untuk berduaan selama tidak ada pelajaran. Cia yang kadang jahilnya ampun-ampunan, menggoda mereka dengan berdehem-dehem keras atau men cie-cie kan kebersamaan mereka.
"Jangan jahil deh..." bisik Selenia sembari meremas lengan Cia saat mereka kembali dari toilet.
"Hihihi..." Cia terkikik. "Habis keliatan banget mereka tuh pada cari kesempatan di situasi-situasi kaya gini."
"Ya suka-suka mereka lah... pacar-pacar mereka." balas Selenia. "Iri bilang boss!"
"Diiiihhh... siapa juga yang iri." Cia mencibir.
"Hiyang beneeeeerrr..." Selenia membalas menggoda Cia.
"Bener lah." jawab Cia jutek.
Kali ini mereka berdua terpaksa berjalan kembali ke bazaar melewati jalan lain karena jalan yang mereka lewati tadi digunakan segerombolan anak basket yang membawa baliho besar entah apa tulisannya. Tony berada di dalam gerombolan turut mengusung baliho tersebut. Begitu matanya melihat Selenia dan Cia, dia memisahkan diri dari gerombolannya dan berjalan menghampiri mereka.
"Tadi liat perform aku nggak?" tanya Tony penuh percaya diri. Tubuhnya berkeringat macho banget.
Cia mengacungkan kedua jempolnya. "Keren!"
"Kayaknya badan kamu lentur banget kalau ngedance. Sering latihan ya?" Selenia menimpali.
Mereka bertiga berjalan bersama-sama.
"Cuma butuh sering latihan aja sih sebenarnya." jawab Tony. "Ngomong-ngomong, kalian dari mana?"
"Toilet." jawab Selenia dan Cia bersamaan.
"Eh itu tadi baliho apaan sih?" tanya Cia.
"Buat persiapan acara penutupan besok malam." jawab Tony.
Selenia dan Cia manggut-manggut.
"Gimana dagangan kalian? Sold out semua?" Tony melanjutkan.
"Alhamdulillah...bisa buat tambah-tambahan ngemall..." ujar Cia.
"Syukur deh kalau gitu. By the way... ngemallnya sendirian aja ni?"
"Mmmm...." Cia melirik Selenia. Namun Selenia tidak melihat ke arahnya. Anak itu tampak melihat ke satu arah dengan tatapan kaget.
Saat Cia mengikuti arah pandangan Selenia, dia pun terkejut melihat siapa yang sedang diperhatikan oleh sahabatnya. Adam dan seorang perempuan sedang berjalan beriringan menuju parkiran. Bersamaan dengan itu, salah satu teman Tony memanggil Tony dan mengajaknya ke studio.
"Aku duluan ya Sel... Ci... see yaah! " kata Tony dan langsung berlari meninggalkan mereka.
Tapi baik Cia maupun Selenia tidak mempedulikan Tony karena terlalu fokus dengan apa yang sedang mereka lihat.
"Sel... itu... Adam kan?" tanya Cia berhati-hati. "Terus.... itu dia sama siapa? Kok dia bisa ada di sini?"
Selenia menggeleng pelan. Dia juga tidak kenal dengan perempuan yang sedang berjalan bersama suaminya itu. Mereka berdua terlihat begitu akrab. Entah perasaan apa yang tiba-tiba menjalar di dalam hatinya. Dia menelan ludah dan tersenyum kecut melihat pemandangan tersebut.
Cemburu? Rasanya tidak mungkin. Dia tidak pernah mencintai Adam kan? Tapi kenapa sakit sekali melihat Adam bersama perempuan lain?
"Sel? Lo nggak pa-pa kan?" tanya Cia knawatir karena melihat Selenia yang hanya terdiam. Kini Adam dan perempuan itu masuk ke dalam mobil.
Tak lama setelah itu, mobil tersebut langsung melesat meninggalkan pelataran SMA Bhakti Nusa. Selenia mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Dia mengecek chatt terakhirnya dengan Adam pagi tadi, dan tersenyum getir. Membayangkan betapa jomplangnya jika dia dan Adam berdampingan malam nanti. Kenapa rasanya Adam terlihat lebih cocok bersanding dengan perempuan itu?
Selenia menyunggingkan senyum. Dia sadar. Secara umur saja, dia itu lebih pantas menjadi adiknya Adam.
Ya... mungkin selama ini Adam begitu peduli dan menjaga dia karena itu. Karena dia menganggap Selenia sebagai adik? Adik yang berstatus sebagai istri? Atau karena Ayah sedang tidak di sini?
Mungkin. Entahlah.
...🌹🌹🌹...
...To be continued 👋🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
ku_mala
itu si selenia bakal jeles ga ya klo misal liat adam n renata di sklhnya? duuuuhh, ga sabaran nunggu lanjutannya🤗
2020-09-18
1