Suara deru mesin mobil terdengar menjauh. Seperti biasa Adam selalu berangkat ke kantor lebih awal. Selenia yang baru saja keluar dari kamar mandi, berjingkat mendekati jendela untuk melihat keluar. Mobil Adam sudah tak terlihat lagi.
Setelah berganti pakaian, Selenia lantas turun ke lantai bawah dan menghampiri Bi Iyah di ruang makan. Di sana, pembantunya itu sedang mengemasi sisa sarapan Adam kemudian mempersiapkan bagian Selenia.
"Mas Adam udah berangkat ya Bik?" tanya Selenia seraya meneguk segelas susu yang tersedia di meja.
"Baru saja Non," Bi Iyah menghidangkan sepiring nasi goreng dan omelette kesukaan Selenia.
Selenia menatap makanan itu lama sekali. Seperti ada yang mengganjal. Seketika dia ingat kalau semalam dia meletakkan kue pemberian Adam di kulkas. Mumpung Adam udah nggak di rumah, kayaknya enak kalau pagi ini aku sarapan pake itu aja, batinnya. Karena sebenarnya dia sudah tidak bisa menahan diri untuk menikmati kue lezat itu dari semalam. Hanya saja kalau harus memakannya di depan Adam, ugh nggak banget. Gengsi lah.
"Bik, aku sarapan yang lain aja ya."
"Lhoh, kenapa Non? bukannya omelette itu kesukaan Non?"
"Iya. Tapi aku lagi nggak pengen makan omelette. Ini buat sarapan Bibik aja. Belum aku apa-apain kok," Selenia menyodorkan sarapannya ke Bi Iyah. "Aku minta tolong potongin kue yang ada di kulkas itu aja ya, dua potong aja."
"O-oh... iya iya iya," jawab Bi Iyah dengan mata berbinar. Dia tahu yang Selenia maksud.
Dengan senang hati Bi Iyah berlari tergopoh-gopoh menghampiri kulkas, mengambilkan apa yang Selenia minta.
"Selamat ulang tahun ya Non. Bibik do'akan semoga di usia Non Selenia yang ke 18 tahun ini, Non diberikan segala kebaikan oleh Allah, panjang umur... dan kebahagiaan dalam hidup," doa Bi Iyah panjang lebar dengan gaya khasnya yang sedikit medok.
Selenia tersenyum kecil. Dia kembali mengucapkan banyak terimakasih kepada Bi Iyah. Karena selama dia tinggal di rumah ini, Bi Iyah lah yang sudah melayani segala kebutuhannya dan... suaminya dengan baik. Semua do'a baik yang keluar dari mulut perempuan itu Selenia aminkan berkali-kali.
Sebenarnya semalam saat Adam menyiapkan kue itu untuk Selenia, Bi Iyah diam-diam mengintip. Dia yang tahu banget kehidupan rumah tangga mereka selama tinggal bersama, berharap kalau moment ulang tahun Selenia ini bisa menjadi perantara hubungan mereka supaya jauh lebih harmonis. Setidaknya tidak sehambar yang dia saksikan selama dia bekerja di sini. Tapi sayang, sepertinya apa yang diharapkan Bi Iyah sia-sia. Sikap Selenia tetap dingin dan acuh terhadap suaminya.
Selenia duduk sambil menikmati sarapannya. Masih ada waktu 10 menit sebelum berangkat.
Oh iya, jadi meskipun Adam selalu berangkat lebih awal dari Selenia, dia tidak pernah lupa untuk berpamitan dengan Selenia walau hanya melalui pesan singkat. Biar bagaimanapun Adam cukup dewasa untuk menyikapi semua ini. Dia hanya tidak mau membuat Selenia merasa tertekan hanya karena mereka 'telah menikah'. Sebisa mungkin Adam selalu berusaha membuat Selenia nyaman dengan cara tetap membiarkan Selenia menikmati masanya sebagai anak sekolah seutuhnya.
"Oh iya," Selenia teringat sesuatu. Selain berpamitan, tadi Adam juga memberitahu melalui pesan singkat kalau dia ada sesuatu untuknya yang dia titipkan ke Bibik. "Bik, tadi Mas Adam ada titip sesuatu buat aku nggak?"
"Aduh iya Bibik lupa. Sebentar ya Non, bibik ambil dulu," Bi Iyah berlari kecil ke kamarnya dan kembali lagi dengan membawa bingkisan manis bersampul pink. "Ini Non," dia menyerahkan bingkisan itu pada Selenia.
"Makasih ya Bik," Selenia tersenyum. Dia baru saja mau membuka kado tersebut saat ekor matanya melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Waduh! udah hampir terlambat! bisiknya.
Tanpa pikir panjang Selenia membawa kado itu ke kamarnya dan memutuskan untuk membukanya sepulang sekolah nanti saja.
"Aku berangkat dulu ya Bik, daaa... assalamualaikum!" pamit Selenia sekembalinya dari kamar seraya berlari keluar.
Bi Iyah yang sudah penasaran dengan isi kado tersebut dan sekaligus ingin melihat reaksi Selenia saat menerima surprise dari suaminya, hanya bisa bengong di tempat.
...🌺🌺🌺...
"Happy Birthday Sel...!!" Cia, sahabat Selenia dari jaman SMP menyambutnya dengan heboh sambil memberikan pelukan saat Selenia baru saja tiba di sekolah.
"Nih, special for you," Cia memberikan sebuah bingkisan pada Selenia.
Gracia Lula Palwinta (Cia)
[Kocak, rame, ceplas-ceplos, hobby nongkrong dan hobby makan]
"Waaah... thank you so much Ci," Selenia menerima dengan senang hati.
"Jangan di sini dong," tahan Cia saat Selenia bersiap hendak membuka kado tersebut. "Nanti aja di rumah," dia membimbing tangan Selenia supaya menyimpan kadonya ke dalam tas.
"Hmmm, oke deh," Selenia mengalah. "Ya udah ke kelas yuk!" ajaknya sembari merangkul pundak Cia.
Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Ada beberapa anak yang juga memberikan ucapan ulang tahun saat berpapasan dengan Selenia.
Selenia memang bukan seorang siswi yang menonjol di sekolah. Baik di sisi akademis maupun non akademis. Jadi untuk soal pernikahan rahasia itu, tidak begitu mengusik kekhawatirannya. Tidak ada yang akan secara khusus memperhatikan hidup dan penampilannya selama berada di sekolah. Selenia tetaplah siswi biasa seperti anak-anak yang lain. Dia juga tidak mempunyai geng khusus. Hanya Cia satu-satunya teman dekatnya di sekolah.
Namun justru itulah yang kini menggelitik isi kepala Selenia. Sahabatnya itu sama sekali tidak tahu perihal pernikahan tersebut dan dia merasa harus memberitahunya. Tapi Selenia bingung bagaimana cara memberitahu anak itu. Cia itu orangnya spontan dan suka heboh banget. Apalagi untuk hal-hal yang dia pikir tidak masuk akal, seperti pernikahan mereka itu.
Kenapa Cia bisa sampai tidak tahu rahasia terbesar Selenia?
Karena pada saat acara itu dilangsungkan, Cia sedang berada di Bandung.
Cia juga sepertinya tidak menaruh curiga pada Selenia. Padahal dia tahu kalau Selenia sekarang tinggal di rumah yang berbeda. Cia memang sempat beberapa kali datang ke rumah baru Selenia dan bertemu dengan Adam, tapi dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau cowok itu adalah suami Selenia. Dia selalu berpikir kalau sahabatnya itu hanya sedang dititipkan pada saudaranya karena Ayah Selenia sedang tidak di rumah. Parahnya lagi, Cia justru menggoda Selenia dengan mengatakan kalau cowok yang tinggal dengan Selenia itu pantas jadi bodyguard nya.
"Bodyguard lo ganteng. Gak banyak bacot lagi," celetuk Cia saat itu. Adam memang tidak pernah berbicara dengan Cia kalau anak itu datang ke rumah.
Selenia heran dengan kepolosan Cia. Apa iya Cia benar-benar tidak melihat keanehan yang sedang dia alami? Sampai kapan dia akan terus mengira kalau Adam itu bodyguard atau saudaranya?
"Cia, lo beneran nggak liat ada yang beda dari gue selama beberapa bulan ini?" tanya Selenia mengawali obrolan di kantin saat jam istirahat.
Cia menoleh dengan mulut penuh karena sedang mengunyah bakmi. Dahinya mengernyit.
"Ya udah lah, habisin dulu makanannya," Selenia menghela napas dan meneguk habis minumannya.
Cia yang merasa kepo dengan pertanyaan aneh Selenia itu langsung buru-buru menghabiskan bakminya yang tinggal beberapa suap.
"Udah," dia mengelap mulutnya dengan tisu. "Beda apa sih maksud lo Sel?"
"Ya, kenapa tiba-tiba gue pindah rumah misalnya?"
"Kan Ayah lo lagi sibuk di UK, harus stay di sana juga. Jadi nggak mungkin kan lo di rumah sendirian? Eh tapi sejak kapan sih lo jadi penakut Sel? Kan kalo lo takut di rumah sendiri, lo bisa undang gue buat nginep di rumah lo. Hehehe... tiap malam kita bisa curcol deh," Cia malah bergurau.
Selenia memutar bola matanya mendengar ocehan Cia. Ya ampun...! Sahabatnya ini benar-benar pholhooosss banget.
"Oh iya tapi jujur gue tu sebenernya penasaran banget lho sama cowok yang tinggal serumah sama lo. Itu saudara? Sepupu atau emang bodyguard lo sih? Soalnya dingin banget sikapnya. Kaya Es!" Cia mencibir. "Belum pernah deh sekaliii aja dia nyapa gue kalau gue maen ke sana. Atau dia nggak suka kalau gue dateng?" imbuhnya lagi membuat Selenia nyengir kuda.
Tubuh Selenia melunglai. Bingung sendiri antara sedih dan pengen ketawa melihat kepolosan sahabatnya. Tapi memang bukan salah Cia kalau dia berpikir seperti itu tentang Adam. Karena setiap Cia datang ke rumah, Adam selalu bersikap tak acuh. Itu semua dia lakukan untuk menjaga perasaan Selenia. Apalagi pernikahan ini bersifat rahasia. Dan Cia adalah orang yang saat itu tidak ada di ruangan saat mereka melangsungkan akad.
"Ci, gue mau kasih tau sesuatu ke lo, tapi jangan kaget ya," kata Selenia kemudian, dia menghela napas dalam-dalam sambil berpikir keras apa kalimat yang tepat untuk memberitahu Cia soal rahasia ini.
"Apa?" Cia semakin penasaran.
"Orang yang lo kira saudara gue lah, bodyguard atau apalah itu, dia itu sebenernya.... suami gue."
Mata Cia membelalak. Sebelum dia memekik, Selenia sudah lebih dulu membekap mulutnya.
"Diem," bisik Selenia seraya menghadiahkan pelototan tajam. "Gue udah bilang jangan kaget. So jangan histeris dan jangan lebay!"
Cia mengangguk-angguk dalam bekapan Selenia.
"Lo serius? Suami apa tunangan?" Cia masih belum mengerti.
"Bukan tunangan Cia, tapi nikah. Gue sama Mas Adam udah jadi suami istri," kata Selenia lirih sambil celingukan kalau-kalau ada yang iseng nguping pembicaraan mereka. Tapi untungnya tidak ada. Semua sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
"Kami sudah nikah siri."
Akhirnya di sisa waktu istirahat siang itu Selenia menceritakan semuanya pada Cia bagaimana pernikahan itu bisa terjadi. Cia masih berusaha mencerna apa yang baru saja di dengar dari mulut sahabatnya itu hari ini. Beberapa kali mencubit pipinya sendiri, mengira ini hanya mimpi.
Tapi kenyataannya, sahabatnya itu memang sudah menikah.
...🌹🌹🌹...
...To be continued 👋🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
re
Hehe siap siap mulutnya ditutup pake tangan
2021-05-07
1
R_armylove ❤❤❤❤
2 like mandarat ka
2021-04-28
0
ARSY ALFAZZA
like like
2021-02-22
1