Tony dan beberapa murid laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah pagi itu. Mereka bersorak, saling melempar dan men- drible bola kemudian berlomba-lomba memasukkanya ke dalam ring masing-masing lawan. Suasana semakin meriah karena dibumbui oleh sorakan para penonton yang kebanyakan para murid perempuan yang berjajar di tepi lapangan. Mereka ada di sana untuk menyaksikan Tony--tentunya--karena anak itu telah menjadi idola baru di sekolah. Tony memang jago banget bermain basket. Di sekolahnya yang lama dia pernah menyandang status sebagai kapten.
Sifat Tony yang supel membuatnya mudah bergaul di sekolah barunya saat ini. Tidak terkecuali. Bahkan dengan guru yang di cap killer pun Tony tampak bisa berkomunikasi dengan santai.
"LEMPAR... LEMPAR... LEMPAR!! KANAN TON...!!" teriak salah satu anak dari tim Tony.
Tony mendrible bola dengan lincah melewati tim lawan lalu melemparkan bola ke arah teman satu timnya dengan tepat sasaran.
"AYO... AYO... AYO...!!" suara sorakan beberapa murid perempuan semakin seru dan meriah ketika tim Tony berhasil membawa bola basket ke arah ring lawan.
Tony berlari mendekati ring lawan, mengangkat tangannya tinggi-tinggi bertujuan memberikan isyarat kepada temannya yang membawa bola supaya melemparkan bola tersebut ke arahnya.
HAP! Tangan Tony dengan sigap menangkap bola tersebut. Lalu dengan sekali hentakan dia berhasil memasukkan bolanya ke dalam ring lawan.
"YEAAAAYYYYHHH!!!!" teriak pendukung Tony puas.
Setelah saling toast, Tony menepi ke sisi lapangan, mengambil botol air minum dari dalam tasnya dan langsung menenggak menghabiskan hampir setengah botol. Di saat itulah, matanya melihat Selenia dan Cia yang baru muncul dari balik koridor utama sekolah. Buru-buru dia memasukkan botolnya ke dalam tas dan berlalu meninggalkan lapangan. Tentu saja hal itu membuat teman-temannya bengong. Namun karena itu bukan pertandingan serius, mereka tetap melanjutkan permainan meskipun tanpa Tony.
"Hei tunggu!" panggil Tony. Dia sudah berada di depan ruang kepala sekolah.
Selenia dan Cia menoleh bersamaan.
"Ya ampun Tony... masih pagi udah keringetan kaya gitu?" ucap Cia centil sembari menunjuk ke arah Tony.
Tony menyunggingkan senyum. "Udah biasa ini mah. Dari jaman masih di SMA lama udah kebiasaan cari keringat sebelum masuk kelas," ujarnya. "Lagian nggak ada pelajaran juga kan hari ini. Jadi sanss. Kalian baru berangkat?"
Hari ini memang tidak ada pembelajaran di sekolah karena sebentar lagi ulang tahun SMA akan digelar. Kesibukan para guru dan pengurus OSIS untuk mempersiapkan acara tersebut, membuat kegiatan belajar-mengajar terpaksa ditiadakan untuk beberapa hari ke depan.
Selenia melirik jam tangannya. "Memang biasa berangkat jam segini sih."
"Oh ya?" Tony terkekeh. "Berarti aku yang terlalu disiplin. Eh by the way aku semalem WA nomer...." Tony menunjuk ke arah Selenia. "...Sel..."
Cia melirik dan menyikut siku Selenia. Sementara Selenia hanya menatap Tony heran. Benar-benar tidak tahu menahu.
"Aku?" Selenia menunjuk dirinya sendiri.
"Eh ngomongnya Aku Kamu aja gak pa-pa kan??" sahur Tony seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Lho ya nggak masalah sih. Memangnya ada yang ngelarang?" Cia menimpali.
Tony mengacungkan jempolnya ke arah Cia. "Iya semalem aku WA kamu," lanjutnya kemudian.
"Oh ya?" Selenia bingung. Dari semalam dia memang tidak memainkan ponselnya sama sekali. Baru tadi pagi aja buka-buka sebentar karena membaca pesan dari mertuanya yang berpamitan mau berangkat ke New York.
"Iya. Tapi kayaknya sampe sekarang belum dibaca sama sekali," Tony nyengir kuda.
"Ooooh... maaf tapi dari semalem aku memang gak mainan ponsel sih."
"Ada ya hari gini seseorang betah nggak pegang ponsel sampe berjam-jam," gurau Tony.
"Jangan heran Ton." sahut Cia. "Selenia mah udah biasa kaya gitu. Jadi kamu kalo kirim pesan ke dia harap sabar-sabar aja ya nunggu balesannya."
Spontan Selenia menyikut pinggang Cia. Sedangkan Tony langsung berpura-pura memasang mimik muka sedih.
"Huhuhu... benarkah?" ucap Tony menirukan suara Patrick di film animasi SpongeBob.
Ketiganya tertawa bersamaan. Suasana pun jadi sedikit cair. Sepertinya Tony memang orang yang mudah dan asyik diajak bergaul, batin Selenia.
"Oke nanti aku buka WAnya. Tapi ngomong-ngomong dapet nomerku dari mana?" tanya Selenia sambil melirik ke arah Cia.
Cia yang merasa tertuduh dari tatapan Selenia itu langsung menggeleng.
"Hei, aku liat di papan identitas di kelas kalian," jawab Tony. "Jadi bukan dari siapa-siapa."
"Ouuhhh..." Selenia manggut-manggut. Ni anak kenapa jadi stalking sejauh itu? Batinnya.
"Save nomerku ya," kata Tony.
"Nomerku juga ada di papan identitas lhoh," Cia tak mau kalah.
"Of course, aku juga udah simpan nomor kamu."
Selenia memutar kedua bola matanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Jangan cuma disimpen doang. Biar aku juga bisa nge-save nomor kamu," gurau Cia lagi.
Selenia lagi-lagi memutar bola mata sekaligus mengelus dada mendengar kecentilan Cia. Ih dasar bocah!
Tapi memang bukan Cia kalau tidak seperti itu. Karakter yang periang dan ceplas-ceplos. Untung saja sepertinya Tony tidak begitu mempermasalahkan sikap Cia. Cowok itu membalas ucapan Cia dengan berpura-pura menunduk hormat.
...🌺🌺🌺...
Sementara itu, Adam yang hari ini mulai kembali ngantor, dia berangkat dengan perasaan berbunga-bunga. Perlakuan manis Selenia hari ini membuat mood boosternya melesat naik secara drastis. Meskipun sebenarnya dia juga bertanya-tanya apa yang sudah membuat sikap Istrinya itu tiba-tiba berubah, tapi dia memilih untuk tidak mau memikirkan hal itu. Semoga hari ini adalah awal keutuhan mereka yang sesungguhnya. Do'anya dalam hati.
"Hei, Dam!" sapa Pak Anton saat mereka berpapasan di ruang utama. "Syukurlah kalau kamu sudah baikan. Ma'af ya, saya tidak bisa menjenguk kamu. Aduuuh... semenjak kamu nggak masuk, kerjaan banyak-banyaknya. Dan saya mesti montang-manting kesana kemari," Pak Anton menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iya nggak pa-pa Pak," jawab Adam seraya tersenyum. "Do'anya saja sudah cukup. Sekarang Bapak mau kemana?"
"Nah itu, tiba-tiba aja tadi ada telfon dari Anwar. Saya di minta ke lapangan buat mengecek proyek baru di SMA. Renovasi aula sekolah."
Adam manggut-manggut. "Apa perlu saya ikut ke sana Pak? Memangnya di SMA mana?"
"Ini sebenarnya juga bagian dari tugas kamu sih Dam," Pak Anton menepuk pundak Adam.
"Tapi saya masih punya tugas buat kamu di kantor. Kamu temui Maya di ruangannya, ada beberapa berkas yang mesti kamu pelajari. Oh iya sama satu lagi, saya kan beberapa waktu yang lalu membuka lowongan untuk sekretaris," ujarnya.
"Sudah saatnya kamu membutuhkan asisten untuk membantu pekerjaan kamu. Dan kemarin saya sudah menemukan siapa yang cocok untuk mengisi tempat tersebut. Dokumen lamarannya ada di Maya, tolong nanti kamu interview ya. Saya sudah seleksi beberapa hari ini. Janjinya dia mau datang hari ini."
"Ee... sekretaris baru? Untuk saya?" Adam menunjuk dirinya sendiri. "Bukannya selama ini Maya..."
"Iya memang," Pak Anton mengangguk mantap. "Soalnya proyek semakin ke depan bakalan semakin banyak. Sedangkan Maya kan sebenarnya bukan sekretaris," Dia terkekeh melihat ekspresi Adam yang tampak kaget saat mendengar akan mendapat sekretaris baru.
"Dia itu kan cuma membantu kamu pas pekerjaan dia longgar. Sedangkan sekarang pekerjaan dia juga padat. Dan kalau kamu nggak ada sekretaris, bakalan kalang kabut buat bikin dokumen ini itunya. Sedangkan kamu sendiri bakalan sering terjun ke lapangan juga."
"Oh.. iya.. terimakasih Pak atas pengertiannya."
"Oke, kalau gitu saya mau lanjut dulu. Kamu langsung temui Maya aja. Selamat bekerja kembali ya Dam."
Pak Anton berlalu meninggalkan Adam yang masih terpaku di tempatnya.
Sekretaris? Dan dia diminta untuk menginterviewnya langsung?
Adam cuma bisa geleng-geleng kepala kemudian berjalan menuju ruangan Maya.
...🌹🌹🌹...
...To be continued 👋🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
lucifer
oalaaaahh hilal pebinor dan pelakor hawar-jawar telihat
2020-11-07
2