Namanya Renata, usianya 28 tahun dan statusnya cerai hidup alias janda. Dia lulusan S1 di salah satu Universitas ternama di Jakarta dan sudah memiliki pengalaman kerja yang meyakinkan untuk diterima di perusahaan Pak Anton. Sebelumnya dia pernah bekerja di perusahaan ekspor-impor selama 3 tahun.
"Jadi kamu memang memutuskan resign dari pekerjaan kamu yang lama?" tanya Adam begitu selesai membaca CV milik Renata.
Renata mengangguk "Iya Pak," jawabnya kalem.
"Ooh... " Adam manggut-manggut. "Kenapa tidak memperpanjang kontrak?"
"Saya sudah dua kali memperpanjang kontrak. Dan saya pikir itu sudah lebih dari cukup. Saya hanya ingin mencari pekerjaan di tempat lain."
Adam terdiam. Jauh dari semua itu sebenarnya dia bingung mau bertanya soal apa lagi. Dokumen surat lamaran pekerjaan milik Renata ini sudah lengkap.
"Setelah saya membaca isi CV ini, khususnya pengalaman kamu bekerja, saya rasa Pak Anton tidak salah menerima kamu untuk bekerja di sini," tutur Adam kemudian. Dia lalu berdiri dan menyalami Renata. "Selamat bergabung di perusahaan kami. Semoga kamu betah."
Renata turut bangkit dari tempat duduknya dan membalas uluran tangan Adam.
"Terimakasih Pak. Saya akan berusaha semampu saya untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini," ucapnya sembari menunduk hormat.
"Kamu bisa mulai bekerja hari ini. Dan ruangan kamu di sebelah ruangan saya," Adam menunjuk ruang di sebelahnya yang selama ini masih kosong sembari memasukkan CV milik Renata ke dalam loker.
"Baik Pak."
Dengan menunduk hormat, Renata mengucapkan terimakasih dan kemudian berjalan menuju ruangan yang telah disiapkan untuknya.
...🌺🌺🌺...
Di SMA Bhakti Nusa, beberapa murid, khususnya Osis dan anggotanya mulai terlihat sibuk menyiapkan ini itu. Acara ulang tahun SMA tahun ini akan dimeriahkan dengan panggung hiburan dan stand bazaar. Sekolah tentunya memberikan kesempatan kepada para murid untuk turut memeriahkan acara tersebut. Ada beberapa kompetisi yang akan dilombakan untuk mengisi acara panggung hiburan, diantaranya seperti modeling, menyanyi, dance dan teater. Para murid juga diberikan kesempatan belajar bisnis dengan memanfaatkan stand bazaar untuk berniaga. Mereka bisa menjual apa saja di sana. Makanan, aksesoris, barang bekas yang masih layak pakai (preloved) dan lainnya.
"Ikut dance aja yuk," celetuk Cia sambil menyisir rambutnya di kelas pagi itu.
Selenia sedang mengecek ponselnya, membaca WA dari Tony dan menyimpan nomor tersebut. Dia melirik sekilas ke arah papan identitas dan tersenyum simpul. Dasar stalker! Batinnya.
"Hah?" Selenia terbahak. Sengaja dia menoyor kepala Cia pelan, membuat anak itu langsung menampik tangannya karena takut merusak tatanan rambutnya. "Kaya lo bisa nge-dance aja," cibirnya.
"Aduuuh rambut gueeee..." gerutu Cia sembari menggeser tempat duduknya menjauh dari Selenia. "Eh jangan remeh ya sama gue, gue udah sering latihan lewat video-video Tiktok," dia menjulurkan lidah dengan centil.
"Yang bener aja mau tampil dance dengan durasi 60 detik doang!" Selenia melempar Cia menggunakan gulungan kertas.
"Ya kan bisa dikolaborasiin," balas Cia tak mau kalah. "Lihat gue ya," Dia lalu berdiri dan mulai memperagakan aksi nge-dance andalannya.
Cia memutar musik dari ponselnya. Kemudian dengan gaya kocak dan percaya diri, dia mulai beraksi di depan Selenia. Melenggak-lenggok, melompat, menggeleng, membuat Selenia tertawa terbahak-bahak. Tapi di akhir aksi sahabatnya itu Selenia tetap memberikan kedua jempolnya untuk mengapresiasi persembahan istimewa tersebut.
"Sip!! Keren banget! Kereeeeen bangeeeett!!" puji Selenia.
Cia tersenyum lebar dan kembali duduk. "Udah gue bilang jangan remehin gue, hmmm," cibirnya membanggakan diri.
"Kalau begitu kenapa lo nggak daftar aja buat ikut lomba dance besok?" usul Selenia.
Wajah Cia yang tadinya sumringah mendadak berubah cembetut. "Ck... sama siapa dong. Masa iya sendiri? Sama lo aja yuk Sel."
"Nggak... nggak... nggak...!" tolak Selenia mentah-mentah. "Gue nggak bisa nge-dance. Ajak aja tu Fenita, Tari, Melia sama Saras."
"Ah elo mah gitu," Cia celingukan ke sekeliling kelas. "Mereka udah jelas ikut teater. Kan anak ekskul teater."
"Ya udahlah nggak usah maksain diri. Acara tinggal beberapa hari juga, mana cukup buat latihan."
"Hmmmh," Cia mendengus lirih. "Terus lo gimana? Lo mau ikut kompetisi apa?"
Selenia menggeleng. "Gue nggak pengen ikut kompetisi apa-apa kok. Tapi gue kepikiran mau prelovedin barang-barang yang udah nggak gue pakek di rumah."
"Eh. Ide bagus tuh!" mata Cia berbinar. "Kalau gitu gue juga deh. Kebetulan gue juga punya banyak barang yang udah gak pernah gue pake lagi di rumah."
"Tapi masalahnya barangnya bener-bener banyak banget di lemari gue sama di gudang... hmmmmh.... gue bingung aja mau mulai dari mana."
"Ya dikumpulin lah, minta tolong Adam suruh bantuin buat ngumpulin."
"Ck!" Selenia berdecak. "Ya nggak mungkin lah. Adam aja pulangnya selalu malem."
"Atau mau gue bantuin???" Cia menawarkan.
"Aduh gue kebelet," Selenia memegangi perutnya. "Gampang deh itu entar gue pikirin. Temenin gue ke toilet yuk, mo pipis."
Mereka berdua keluar dari kelas dan berjalan terburu-buru menuju ke toilet. Suasana di lingkungan sekolah terlihat begitu meriah. Rangka panggung hiburan mulai didirikan di lapangan basket. Jadi tidak ada lagi anak-anak yang bermain basket di sana.
Cia menunggu Selenia sambil bercermin di atas wastafel. Dia memang begitu. Nggak bisa diam kalau ada kaca.
"Kemana kita?" tanya Selenia begitu keluar dari toilet. "Kantin?"
"Yuk."
Mereka berdua berjalan menuju kantin. Di lorong antara perpustakaan dan ruang kesenian, mereka berpapasan dengan Tony dan seorang bapak-bapak.
"Hei, mau kemana?" tanya Tony.
"Mau ke kantin," jawab Selenia. Dia tersenyum dan menunduk melihat bapak-bapak di sebelah Tony.
"Oh ya kenalin ini Bokap gue," kata Tony memperkenalkan laki-laki di sebelahnya. "Pa, ini Selenia dan Cia, temen baru juga di sini. Tapi kelas kami beda."
Selenia dan Cia saling berjabatan dengan Pak Anton, Ayahnya Tony.
"Oya, Oom ada keperluan apa datang ke sekolah kami?" tanya Cia supel.
"Ini, tadi Oom cuma meninjau aula sekolah yang rencananya mau direnovasi," jawab Pak Anton.
"Ooooh.... berarti Oom ini kontraktor, pemborong, atau apa?" tanya Cia lagi heboh.
Melihat hal itu Selenia langsung menyikut pinggang Cia tapi anak itu tidak peduli.
Pak Anton terkekeh. "Ya kira-kira seperti itu lah."
"Wuihh keren," ucap Cia kagum.
Selenia tersenyum getir sembari menatap Tony yang juga tampak menahan senyum.
"Ya udah kalau begitu Oom mau pergi dulu ya. Masih banyak urusan," pamit Pak Anton.
"Iya Oom. Hati-hati di jalan ya," balas Cia lagi.
Tony juga berlalu mengikuti Ayahnya.
"Dih Cia! Lo tu ganjen banget sih?!" omel Selenia setelah Pak Anton dan Tony jauh.
"Itu namanya ramah Sel. Jangan kaku-kaku dong jadi orang." bantah Cia.
Selenia cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Benar-benar ya ni anak.
...🌹🌹🌹...
...To be continued 👋🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
£¢°<^>™Ling Daoyun¢©∆°•°`|√^π°
aku suka novel kaka makasih juga dh mampir kenovel Aku , nanti aku baca lagi
2021-05-23
0
Aila
pelakor datang
2020-09-02
1