Bab.8

Di sebuah sudut kamar seorang gadis tengah menangis. Hatinya betul tersayat lantaran seorang pria yang yang telah m3r3nggvt masa depannya tidak ingin bertanggung jawab, kini Aryan tidak ingin mengakui bayi yang ada dalam kandungannya.

" Apa yang harus aku lakukan? Mana mungkin aku gugurin kandungan ini. Bayiku tidak punya salah. Jika ada yang menanyakan siapa ayah dari bayi ini, aku harus jawab apa? "lirihnya begitu sendu.

Bu Marni masuk ke kamar putrinya, baru kali ini ia mendiami putrinya seperti sekarang karena sebuah kesalahan yang dilakukan. Perasaan iba timbul pada dirinya ketika melihat wajah putrinya nampak sembab di wajah.

" Bu, Aisyah ingin pulang ke desa aja," ujarnya memberanikan diri.

Bu Marni hanya diam tanpa menghiraukan ucapan putrinya. Sebagai seorang ibu, hatinya sakit melihat anaknya hancur. Masa depannya akan suram ketika melahirkan tanpa seorang ayah. Semua orang-orang akan mencibirnya.

Bu Marni menghela napas memikirkan nasib putrinya.

Aisyah yang melihat ibunya membungkam tidak berani berucap lagi. " Besok Aisyah ingin meminta izin pada nyonya," ucapnya dalam hati. Tangannya meraih selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya. Hati dan pikirannya begitu lelah dipenuhi berbagai masalah.

Bu Marni menitikkan air mata menatap putrinya ketika ingin keluar dari kamar. " Kenapa harus putriku yang mengalami ini semua?" batinnya.

Saat Bu Marni keluar, ia melihat putra majikannya nampak berpakaian rapi seperti ingin pergi ke suatu tempat. Dengan langkah terburu-buru Bu Marni menghampirinya.

" Nak Aryan, "panggil Bu Marni.

Aryan berbalik menatapnya dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

" Ada apa, Bi ?" tanyanya ramah.

" Em- bibi ingin bertanya sama kamu nak, " ucapnya sedikit gugup. Sedangkan Aryan mulai ketar-ketir mendengarnya.

" Apa yang ingin ditanyakan bibi?" tanyanya dalam hati sambil memandangi wajah paruh itu yang sudah mulai keriput.

" Apa nak Aryan pernah melihat laki-laki sering bersama Aisyah?" tanyanya penuh harap, semoga saja Aryan mengetahui sesuatu mengenai putrinya.

Aryan menggeleng," Aryan tidak tahu bi," ucapnya dengan hati yang tidak karuan.

" Benar nak Aryan tidak tahu soal Aisyah?" tanyanya untuk memastikan.

Karena selama ini putrinya sangat dekat dengan Aryan, Bu Marni kurang percaya jika Aryan tidak tahu apa-apa.

" I-iya Bi, Aryan tidak tahu. " ucapnya kemudian dengan tergesa-gesa ingin pergi dari dekat Bu Marni.

Tanpa curiga bi Marni meninggalkan tempatnya dan kembali bekerja di dapur. Hari ini ia akan memasak makanan yang lebih lezat karena sebentar malam majikannya kedatangan tamu. Entah tamu dari mana, yang pasti tamu spesial," pikir Bu Marni.

" Aisyah di mana, bi?" tanya Nandini yang menghampiri Bu Marni.

" Eh..ada di kamar, nyonya. Katanya badannya lemes semua," ucapnya dengan gugup.

" Aisyah masih sakit?" tanya Nandini lagi dengan guratan khawatir.

" Udah sembuh kok , nyonya. Cuma belum terlalu pulih.

" Oh," jawab Nandini.

Sedangkan Aisyah yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di dalam kamar tiba-tiba terbangun. Sesuatu yang ingin keluar dari mulutnya membuat dirinya beranjak dari tempatnya tidurnya.

" Hoek Hoek," baru saja dirinya masuk kamar mandi dan sekarang malah masuk lagi. Rasa letih pada tubuhnya seolah dirinya ingin menyerah.

" Aku harus apa?" batinnya seraya tangannya mengelus lembut perut yang masih rata.

Aisyah kemudian keluar dari kamar mandi lalu beranjak keluar ingin membantu sang ibu di dapur. Meski ibunya mendiaminya, ia tetap masuk dan mengambil piring kotor lalu dibersihkan.

"Tidak usah cuci piring Aisyah! Kamu masih sakit," ucap Bu Nandini seraya mengajak Aisyah duduk bersamanya.

Bu Marni pun ikut mengkhawatirkan kondisi putrinya, dalam keadaan hamil seperti itu mana mungkin dirinya membiarkan Aisyah banyak melakukan pekerjaan.

" Tidak apa Tante, Aisyah udah sehat kok," elak Aisyah.

Namun Nandini tetap tidak membiarkan Aisyah bekerja untuk saat ini. Dia melihat badan Aisyah semakin kurus dan terlihat semakin memucat. Sudah berapa kali Nandini dan suaminya mengajak ia ke dokter namun terus di tolak oleh gadis tersebut.

" Mah, aku keluar sebentar, yah." Izin Aryan masuk menemui sang mama.

Sejenak Nandini melirik pada Aisyah, biasanya mereka selalu bergurau apapun keadaannya, tapi belakangan ini sangat berbeda. Ada benteng yang membatasi hubungan persahabatan mereka. Hal tersebut membuat Nandini banyak bertanya-tanya.

" O ya Bu, tiga minggu lagi aku ujian. Satu hari setelah ujian aku dan Zahra ingin bertunangan. Kami ingin bertunangan secepatnya agar saling mengenal satu sama lain. " Ucapan Aryan menyayat hati seorang perempuan cantik yang bernama Aisyah.

" Sabar sayang!" Ucapnya dalam hati seolah menguatkan bayinya.

Aryan meliriknya sejenak lalu bergegas keluar. Sedangkan Aisyah terlihat cuek tidak ingin menatap ayah dari bayi dikandungnya.

" Aisyah kembali ke kamar, nyonya."izinnya lalu segera masuk.

Gadis cantik itu membuka lemari dan menyiapkan koper. Tangan mungil itu merapikan kain lalu dimasukkan ke dalam koper tersebut. " Aku harus pergi dari sini,"ucapnya seorang diri.

Besok pagi-pagi Aisyah berniat ingin meminta izin pada majikannya untuk pulang kampung tanpa di temani ibunya. Ia tahu bahwa ibunya masih sangat marah atas musibah yang menimpanya. "Nasi sudah jadi bubur," batinnya.

Sebelum itu, ia menelpon adik sepupunya apakah neneknya masih di rumah atau tidak, karena ia berencana setelah di desa ia akan tinggal di rumah sang nenek meski ibu melarangnya.

" Maaf kan Aisyah Bu, putrimu ini sudah menghancurkan impianmu. Aku pergi untuk merawat bayi yang ada dalam kandunganku.

Aku tahu jika semua itu terasa berat apalagi perempuan sepertiku. Tapi Aisyah akan berusaha sebisa mungkin.

Aisyah sudah menerima konsekuensinya jika tiba di kampung. Pasti banyak orang-orang yang berpikir buruk tentangnya. Apalagi gadis-gadis seusianya," aku harus bisa melewatinya," ucapnya seraya memasuki baju-baju dalam koper tersebut.

Matanya kini berembun kala mengingat ucapan pertunangan dari mulut Aryan. " Aku memang tidak pantas untuknya, aku hanya anak pembantu," ucapnya seraya mengusap air mata.

Di depan jendela Aisyah berdiri melihat pemandangan indah di depannya. Sebuah taman tepat depan kamarnya membuat dirinya tidak jenuh memandangnya. " Tidak lama lagi aku tidak menikmati pemandangan indah ini, aku ingin memuaskannya,"batinnya.

Mata indahnya menangkap sosok pria yang tersemat di doanya namun itu dulu, sekarang tidak lagi. Aisyah ingin membuang jauh-jauh kenangan pahit mereka.

Terlalu indah jika dikenang, namun ada luka dibaliknya.

" Akh," Aisyah terlonjak kaget saat merasakan sebuah tangan menyentuhnya. Segera ia menoleh melihat siapa yang datang.

" M-nyonya, " ucapnya dengan perasaan masih gugup.

Andini tersenyum lembut padanya," kamu lagi mikirin apa?" Hemm? ucapnya begitu lembut.

"Aisyah ingin pulang ke desa, nyonya. " Ucapannya tersebut membuat Andini terkejut dengan yang dikatakan gadis kesayangannya. Nandini merindukan sosok anak perempuan namun tidak dikaruniai, sehingga kedatangan Aisyah di rumahnya mendapat sambutan hangat olehnya. Terlebih Aisyah adalah gadis yang sopan ketika dibanding anak remaja di luar sana. Nandini sangat bangga mengenal Aisyah.

Setitik harapan timbul dalam dirinya untuk menjodohkannya dengan putranya. Namun, Aryan sudah memiliki kekasih lebih dulu sebelum mengenal Aisyah.

" Hupps," helaan napasnya terdengar lirih.

Terpopuler

Comments

Firli Khalifah

Firli Khalifah

jujur aja Aisyah sama mamah nya Aryan orang mamah nya mau menjodohkan kamu SM anak nya

2024-10-21

0

Tri Utari Agustina

Tri Utari Agustina

Kasiahan Asyah pacar tidak bertanggung jawab semiga karna terhadap Aryan

2024-10-09

0

Nur Aeni

Nur Aeni

semangat...

2024-06-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!