Bab.6

Sudah tiga minggu berlalu, Aryan dan Aisyah tidak pernah bertegur sapa. Bu Marni sering menanyakan pada putrinya, namun Aisyah hanya membumkam.

Hal yang sama dilakukan oleh Nandini dan Abraham pada putranya, Aryan cuma mengatakan kalau dirinya dan Aisyah baik-baik saja.

" Aku harus mencari tahu, apa yang terjadi diantara Aisyah dan Aryan. "batin Abraham.

" Tidak mungkin mereka saling menjaga jarak, seandainya tidak terjadi sesuatu pada keduanya.

***

Bu Marni yang sedang melewati kamar Aisyah,

sayup-sayup terdengar suara muntah-muntah dalam kamar mandi.                                 "Aisyah," panggil Bu Marni

Aisyah seketika terdiam mendengar suara sang ibu memanggil. Dia menahan rasa mual yang selalu ingin keluar saat itu.

" Kamu sedang apa, Nak?" tanyanya penuh kekhawatiran di balik pintu.

Dengan rasa takut Aisyah membuka pintu tersebut setelah selesai membersihkan wajah.   "Aisyah tidak apa-apa kok, Bu. " Ucapnya menunduk membuat ibunya curiga.

"Kamu kenapa, Syah ?" Apa telah terjadi sesuatu?"tanyanya penuh curiga.

"Tidak ada kok, Bu. " ujarnya sedang menyembunyikan sesuatu.                                    "Baiklah, kalau begitu istrahat di kamar. Ntar ibu antakan makanan untukmu. " ujar Bu Marni, membuat Aisyah semakin bersalah.

"Ceklik."

"Aisyah, kamu sakit?"tanya Nandini ikut khawatir melihat sahabat putrahnya terlihat pucat tidak seperti biasanya.

"Tidak apa-apa nyonya. Aisyah baik-baik aja, kok. "ucapnya cepat.

"Kita ke rumah sakit yah! Aku panggil Aryan antarin kita."ujar Andini dan bergegas keluar menemui putranya.                                                  " Jangan nyonya ! Aisyah tidak papa," ujarnya shock. Ia belum sanggup bertemu dengan Aryan saat ini.

"Syah, tante sudah menganggap kamu sebagai anak aku sendiri, jadi jika terjadi sesuatu padamu, itu adalah tanggung jawabku.                Mata Aisyah berkaca-kaca mendengar ketulusan majikan ibunya yang terlalu baik padanya.

Aisyah merebahkan tubuh di kasur empuk itu,  tiba-tiba kegalauan menyeruak dalam hati memikirkan sesuatu yang ditakutkan.

"Bagaimana jika Aisyah hamil ?

" Apa yang bisa kukatakan pada setiap orang? Terutama nyonya Nandini dan tuan Abraham. Mereka pasti sangat marah padaku. " Lalu apa yang bisa kukatakan pada mereka berdua?" Lirihnya.

"Saat ini nyonya masih menyayangiku, namun ketika ia tahu apa yang kami lakukan, aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi." pikirnya, lalu menghapus air mata.

" Lho, makanan itu untuk siapa, Mah ?" tegur Aryan melihat sang mama membawa sebuah nampan masuk ke kamar.                                      "Untuk Aisyah dia lagi sakit, Sayang. Mama tidak tega soalnya lihat dia nampak pucat.           "Oh," hanya satu kata yang keluar dari mulut Aryan, kemudian pergi begitu saja masuk ke kamarnya.

" Mau ke mana, Aisyah ? Kok udah nampak rapih. "ujar Nandini heran saat masuk kamar.  "Aisyah mau ke sekolah, nyonya. Ada tugas kelompok yang mau dikerjakan hari ini.

"Kirain kalian libur hari ini ?" tanyanya beruntun.

" Iya, nyonya. Tapi ada praktek dan tugas kelompok yang harus diselesaikan. Jadi pak Ali menyuruh kami ngumpul di sekolah untuk menyesuaikan secepatnya. "jawab Aisyah dan Nandini mengerti.

Apalagi Aisyah termasuk siswa yang berprestasi, dia tidak mungkin ingin ketinggalan pelajaran.

"Kamu pergi sama, Aryan ?"

" Tidak, nyonya. Kami tidak satu kelompok.

Nandini tersenyum lembut mendengar penuturan pada Aisyah, dia tahu kalau Aisyah dan Aryan saling menghindari. Entah apa yang terjadi pada mereka?" Nandini sama sekali tidak tahu apa-apa.

" Makan dulu baru berangkat, yah !" tawar Nandini lagi.

Aisyah mengangguk menurut saja pada majikan ibunya itu.

"Kamu nampak pucat, Syah. Kamu yakin pengen berangkat sendiri tanpa, Aryan ?" "Aisyah udah baikan kok, nyonya.

Sedangkan Bu Marni hanya berdiri di depan pintu memperhatikan interaksi keduanya. Aisyah takut, jangan-jangan ibunya mencium sesuatu yang disembunyikan Aisyah.

" Mau ke mana, Yan ?" tegur Nandini melihat putranya ingin keluar.

"Pergi sebentar, mah. Aku mau jalan sama Zahrah." ujarnya, membuat dada Aisyah semakin berdesir.

Nandini menghelah napas dia takut jika pergaulan putranya semakin bebas. Apa yang dikatakan suaminya jika ia tak mampu menjaga putra sebagai ahli waris penerus keluarganya.

Aryan melewati Aisyah tanpa menoleh sedikit pun. Aisyah nampak cuek bebek melihat semua itu.

Aisyah pun ikut menyalami ibu dan sang majikan.

" Assalamualaikum, Aisyah pergi.

" Waalaikumsalam, hati-hati, sayang !" ujar keduanya serempak.

Sambil berjalanan Aisyah menunggu mobil angkot yang akan mengantarnya ke rumah teman. Hari dia tidak ingin menelpon Adriyan, temannya itu terlalu baik, merasa tidak enak selalu bergantungan pada temannya.

Ketika Aisyah sedang di jalan tiba-tiba suara klakson membuatnya terkejut.

" Aisyah, ayo naik! " Dina tiba-tiba menghampirinya.

" Kamu ngaten aku, Din. Panggil baik-baik,kek. "Kesal Aisyah meresa dikerjain sama temannya.

"Idiih, aku udah baik udah ajakin kamu barengan, Syah. " Ujar Dina membela diri.

" Kenapa tidak berangkat sama Aryan, Syah ?"

Bibir Aisyah terasa kaku seketika mendengar nama yang tak asing itu.

" Dia pergi sama Zahrah, Din." Ucapnya, raut wajah terpancar kesedihan di sana.

" Singgah di apotek sebentar ya, Din! Aku ingin beli obat. " Bohong Aisyah.

Entah berapa orang yang sudah dibohongi Aisyah.

Dina tidak curiga sedikit pun karena setahunya, Aisyah wanita polos yang selalu menjaga etika.

" Yuk, "ujar Aisyah setelah berhasil membeli sesuatu yang disembunyikan di dalam tas nya.

" Siapa yang sakit ,Syah ?"

" Em- ibu, ibuku yang sedang sakit makanya aku belikan obat. " jawabnya gugup.

" Kenapa sih kelas 3 IPA 1 harus kerja sama  dengan kelas 3 IPA 2. Aku tidak suka dengan mereka, Syah. Terutama pada Zahrah, dia terlalu angkuh. " curhat Dina.

Dina mengeluarkan unek-uneknya pada Aisyah. Dia tidak suka sama Zahrah siswa kelas 3 IPA 2, karena menurutnya gadis itu suka sekali membuat onar. Aisyah hanya sebagai pendengar saja, tak ada niat untuk menanggapi.

" Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. " ujar keduanya ketika sudah sampai di lokasi sekolah.

Dari kejauhan Aryan memperhatikan gerak-gerik Aisyah yang merupakan sahabatnya sendiri, namun akhir-akhir ini keduanya sama-sama jaga jarak. Untung nya teman-teman  yang lain tak ada yang curiga dengan sikap aneh mereka.

" Aku ke toilet ya, Din ," ujarnya cepat menahan sesuatu di dalam mulut.

" Hoek Hoek."

Kepala Aisyah terasa pusing dan perutnya terasa aneh.

Dia mencoba membuka alat tes pack yang dibeli di apotek. Dadanya terasa dag Dig Dug. Takut hal yang diinginkan akan benar-benar terjadi.

Dina bolak-balik menunggu Aisyah.

" Duh, kok lama banget sih, Syah. Ujarnya kesal.

Sementara di kamar mandi, Aisyah dengan pelan-pelan mengambil hasil tes pack yang dipraktikkan sesuai petunjuk.

" Jedarr,"

Bagaikan petir yang menyambar Aisyah saat itu juga, tubuh kini terasa bergetar hebat, lemas yang  dirasakan disekujur tubuh tak mampu menopang diri.

" Apa yang kutakutkan benar-benar terjadi." lirihnya.

" Bagaimana aku bisa menghadapi ibu dan keluarga nyonya. Mereka pasti kecewa padaku.

"ujarnya lagi dan menghapus air mata.

" Ceklik."

Aisyah kaget melihat Aryan di depannya. Dengan cepat Aisyah menghindari tatapan itu.

" Apa yang terjadi?" tanya Aryan, datar melihat Aisyah memalingkan wajah.

Aisyah memberanikan diri menatapnya sejenak. Tak ada kata yang diucapkan satu pun, lalu pergi meninggalkan Aryan sendirian di tempat itu.

Terpopuler

Comments

Romi Widyawati

Romi Widyawati

kenapa ngga jujur aja kalo kamu hamil Syah... kl Aryan ngga mau tanggung jawab ya udah menepi dan menjauhlah tp setidaknya kasih tau krn tu benih punya Aryan

2024-07-01

1

Alea Thya

Alea Thya

Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.

2024-04-27

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!