Di sebuah taman Aryan dan Zahra sedang bersama, bercanda tawa ria. Seorang perempuan memperhatikan interaksi pasangan kekasih itu dengan penuh sesak.
Aisyah mengelus perut yang masih rata.
" Aryan harus tahu kalau aku sedang hamil mengandung bayinya. "gumamnya.
" Aku ke sana sebentar ya, sayang!" ujar Aryan pada kekasihnya.
Zahra setuju karena ia pun ingin berkumpul dengan anggota tim yang dibagikan oleh guru.
***
"Aryan," panggil Aisyah dan Aryan menghentikan langkah menoleh pada Aisyah.
Dengan ragu Aisyah mengatakan apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.
" Aku hamil."ucapnya, membuat Aryan terhenyak di tempatnya seketika.
" Bagaimana mungkin? Kita hanya melakukannya sekali." ujarnya datar tak ingin mengakui perbuatannya.
" Buktinya sekarang aku hamil, dan kalau kamu tidak ingin percaya, ini buktinya. " ujar Aisyah lalu memberikan bukti tas pack pada Aryan.
Hatinya begitu sakit kala Aryan menyangkal tak mengakui perbuatannya.
" Katakan apa yang kamu inginkan ?" ucap Aryan terdengar dingin.
" Tanggung jawab," jawab Aisyah menatap wajah tampan milik Aryan.
Aryan tersenyum tipis mendengar penuturan Aisyah meminta pertanggung jawaban darinya.
" Malam itu aku dan kamu melakukannya dengan unsur ketidak sengajaan.
" Jangan mimpi, Syah! Aku udah punya kekasih dan dia tambatan hatiku, aku tidak mungkin menghianatinya. Aku sangat mencintai Zahrah sudah sejak lama lalu tiba-tiba kamu menyuruh aku menikahimu, itu tidak akan kulakukan." ucapnya sembari tersenyum sinis menatap wajah Aisyah.
Aisyah menghapus air mata tak mampu dibendung lagi. Ucapan Aryan semakin menyesakkan dada.
" Aku harus apa, jika ibuku menanyakan siapa bayi dalam kandunganku ?" Ujarnya terisak.
" Itu urusanmu, dan aku tekankan padamu bahwa jangan berani mengatakan apa pun pada mama dan ayahku!" Ujarnya seolah mengancam.
Aisyah tidak bisa berkutik lagi mendengar ucapan Aryan.
" Baiklah, aku tidak akan menuntut kamu. "Ujarnya lalu pergi meninggalkan Aryan sendirian.
Aryan memejamkan mata menetralkan perasaannya. Ada rasa bersalah dalam hati nuraninya, tapi dia sudah memiliki kekasih yang sangat dicintai.
Adryan dapat melihat interaksi antara Aisyah dan Aryan tidak seperti dulu lagi. Makin hari keduanya makin menjauh. Aryan makin penasaran apa yang terjadi dengan mereka.
" Kamu baik-baik aja, Syah ?" Ucap Adryan menghampiri wanita pujaannya.
" Iya, " ujarnya singkat.
" Aku antar, yah ! Kamu pucat banget, Syah.
Aisyah mengangguk tanpa berucap.
Hari ini Aisyah ingin menenangkan diri, hatinya lelah. Dia pun tak p ingin meminta Aryan untuk mengakui bayi di kandungannya.
Aisyah sudah tahu jawabannya dan hasilnya pasti tetap sama.
"Belakangan ini kamu lebih banyak melamun, Syah. Sebenarnya ada apa?"
Aisyah terdiam saja tanpa menjawab pertanyaan Adriyan.
" Syah !" panggilnya lagi.
" Aku tidak apa-apa, kok!" balas Aisyah.
"Aku naik angkot aja, tidak papa kan ?" Ujar Aisyah dan Adryan kecewa dengan hal itu. Kesempatannya untuk dekat dengan Aisyah lewat lagi. "Pikirnya.
Aryan sedang berboncengan dengan Zahrah, berpapasan dengan Aisyah yang sedang menunggu mobil angkot. Aisyah membuang wajah ketika tatapannya bertemu dengan Aryan.
Melihat sikap Aisyah, Aryan merasa sakit hati dicuekin.
" Silahkan naik, Non !" Ujar seorang sopir angkot.
Dalam angkot Aisyah masih memikirkan ucapan Aryan yang tidak ingin bertanggung jawab. Nyesek rasanya, namun dia tak mampu melakukan apa-apa.
" Stop, Pak! Aku turun di sini aja. " ujarnya lalu turun.
" Non, sisa uangnya..!" teriak sang sopir.
" Diambil aja, pak. " Jawab Aisyah kemudian berlari menuju rumah majikan ibunya.
"Assalamualaikum."ucap Aisyah.
"Waalaikumsalam. "Jawab mereka serempak.
Aisyah sempat kaget dengan kehadiran Nandini dengan pak Abraham di ruang tersebut. Seolah kedatangannya memang sedang ditunggu.
Bu Marni segera menuntun putrinya masuk ke kamar.
" Ganti pakaian cepat, Syah. Nyonya dan tuan menunggumu di meja makan.
"Haaa, " Aisyah sempat melongo mendengar penuturan ibunya.
" Kenapa harus menunggu Aisyah, Bu ?Aku makan setelah mereka selesai, ya. Ujarnya memohon.
" Mereka sedang menunggu kamu sejak tadi, nak. Jangan membuat mereka menunggu lagi. " Nasihat Bu Marni.
Dengan perasaan tak karuan, Aisyah menurut pada ibunya.
" Syah, mari makan bareng, sayang!" panggil Nandini, dia sangat menyayangi Aisyah seperti Aryan.
" Makasih, nyonya. "Ujarnya dengan senyum tipis.
"Boleh paman menanya sesuatu pada, Syah ?"
Deg
Aisyah semakin takut dengan penuturan pak Abraham. Hal apa yang ingin ditanyakan?"
Aisyah terlihat terkejut, takut jika hal yang tak diinginkan, muncul tiba-tiba.
" Tante prihatiin, kamu agak aneh belakangan in, Syah.
Aisyah menunduk takut, nyonya dan tuan Abraham menyoroti pertanyaan yang tidak diinginkan Aisyah.
" Aisyah tidak apa-apa kok, nyonya!" Ucapnya menunduk.
Abraham memicingkan mata melihat tingkah aneh gadis itu.
" Aryan ingin bertunangan dengan Zahrah sebelum dia berangkat keluar negeri melanjutkan studi. Dia ingin mengikat hubungannya dengan Zahrah agar kekasihnya tidak salah paham lagi padanya. "Ujar Nandini.
Deg Deg Deg
" Sebenarnya Tante tidak terlalu menyukai gadis itu, namun Aryan sangat mendesak kami. "Ujar Nandini terus terang lalu menghelah napas berat.
Aisyah menahan rasa yang bergemuruh dalam dada. Sungguh dada terasa semakin menyesakkan. Ternyata Aryan melarikan diri dari tanggung jawab.
" Kamu ingin melanjutkan studi di mana, nak ?"
Tanya Abraham.
Dia Melihat raut wajah Aisyah terlihat sedih.
Wajar menurutnya, karena putranya adalah sahabat Aisyah dan sering bersama.
Aisyah tak mampu menjawab pertanyaan tuan nya, tenggorokan tercekat seketika.
" Syah, " Bu Marni membangunkn putrinya dari lamunan.
" Tuan bertanya sama kamu, nak. " Ujarnya lembut.
" Suci belum tahu, tuan. " Ujarnya singkat.
" Kami yang akan membiayai kuliah kamu, sayang. Jadi jangan sungkan mengatakan pada kami." Nandini menambahkan ucapan suaminya.
" Iya, nyonya. Terimakasih.
" Aisyah permisi mau ke kamar," izinnya.
Saat ini Aisyah tak tahan lagi dengan rasa mual yang selalu ingin keluar. Bu Marni mengikuti putrinya tanpa diketahui Aisyah.
" Ada apa dengan putriku," batin Marni memegang dadanya. Hatinya tak karuan kala mendengar putrinya selalu mengalami mual tak biasanya.
Bu Marni sangat mengerti dengan gerak-gerik Aisyah. Dia adalah wanita yang pernah melahirkan, dan gejala yang dialami putrinya tak asing baginya.
"Ceklik."
" I- ibu,"ucapnya gugup.
Aisyah sangat kaget melihat ibunya tiba-tiba ada di depan pintu.
Bu Marni menatap tajam putrinya, dan Aisyah takut melihat tatapan itu.
"Kenapa ibu menatapku seperti itu?" Ujarnya.
" Apa yang terjadi dengan mu, Aisyah?" Tanyanya penuh penekanan.
" Ma-maksud, ibu ?" Ucapnya, tidak berani menatap wajah ibunya.
" Siapa ayah dari bayi kandungan mu ?" Tanya Bu Marni dengan suara bergetar.
" Aisyah tidak ngerti apa yang ibu katakan." Ucapnya berusaha mengelak.
" Pl4k!"
" Kamu masih berbohong sama ibu. Aku yang melahirkanmu. Sepandai-pandainya kamu menyembunyikannya, tapi ibu tahu semuanya.
Bu Marni sangat emosi, karena putri satu-satunya tak mampu ia jaga. Bu Marni merasa gagal menjadi seorang ibu.
" Maafin Aisyah, Bu. Aisyah khilaf. " Ucapnya bersimpuh di kaki sang ibu.
Badan Bu Marni bergetar tak mampu menahan tangisnya lagi. Kini masa depan putrinya telah hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mumun Munawwaroh
kok suci
2024-10-10
0
Haerul Anwar
LOH MALAH LU YANG SAKIT HATI ANJING BABI AK DURHAKA GOBLOK
2024-10-07
0
Romi Widyawati
ya sudah Syah ,yg penting udah jujur sm Aryan...skrg jujur sama ibumu,smg ada solusi
2024-07-01
1