Bab.3

Sejenak Aisyah memandang wajah tampan milik Aryan. " Terimakasih," ucapnya.

Hati Aisyah berbunga-bunga seketika, sahabatnya dengan berbaik hati ingin menghangatkannya. Sedangkan Aryan makin mendekap sahabatnya tersebut karena badannya kian mengigil. " Aku takut terjadi sesuatu pada mu , Syah. Aku yang bertanggung jawab dalam hal ini.

" Kenapa begitu?" tanya Aisyah tiba-tiba.

" Aku yang mengajakmu ke pesta dan bibi mempercayaiku," ucap Aryan mengusap lembut rambut sahabatnya.

" Jangan khawatir! Aku baik-baik aja kok, Yan." ucapnya meyakinkan sahabatnya yang masih dalam dekapannya.

Tidak berselang lama kemudian, Aisyah tertidur dengan mimpi indahnya. Sejenak Aryan menatap wajah cantik nan ayu tanpa polesan itu.

" Sempurna," batinnya memuji kecantikan yang dimiliki Aisyah.

Aryan bangun dari tempat tidur setelah memastikan Aisyah terlelap. Tangannya kini meraih air yang ada di nakas. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering berada di dek4t Aisyah. Tubuhnya berdesir memikirkan sesuatu yang membuat dirinya berpikir melayang jauh.

Setelah meletakkan gelas yang baru saja dipegangnya, ia mendekati lagi sahabatnya.

" Syah, kamu benar-benar tidur?" tanyanya. Hembusan nafasnya sangat terasa di tengkuk gadis tersebut sehingga Aisyah terusik dari tidurnya.

" Yan, kamu belum tidur?" tanya Aisyah.

Ia menatap balik sahabatnya yang kini tengah memandangnya lembut. Aryan mengangguk dan berucap," entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini?" ucapnya membuat Aisyah mengerutkan kening.

Malam yang larut begitu dingin disertai hujan lebat. Angin bertiup begitu kencangnya seperti badai. Tanpa mempedulikan hal yang lain kedua insan tersebut terkabung asmara hingga terjadi sesuatu yang seharusnya tidak terjadi pada ke-dua anak manusia itu.

Aisyah membuka mata setelah merasakan hembusan angin di celah-celah jendela. Rasa remuk dalam diri setelah kejadian di malam itu. Matanya menelisik wajah pria yang masih tertidur dengan pulasnya. Rasa bersalah sekaligus bahagia ketika mengingat kebersamaannya dengan laki-laki yang mengisi relung hatinya. Bibir mungil itu mengembang seketika, " bukan aku menyesali apa yang telah terjadi diantara kita, tapi aku berharap suatu saat nanti aku mendapatkan balasan cinta darimu." Ucapnya dengan mata memandang lembut sahabatnya.

Aryan menggeliat dan menoleh, rasa terkejut melihat sahabatnya sendiri tengah memandangnya." Apa yang terjadi?" ucapnya seketika berubah menjadi datar.

Aisyah merasa sesak mendengar ucapannya, pria itu seolah tidak mengharapkankan sedikit pun kehadirannya. " Aku tanya apa yang terjadi?" ucapnya sudah mulai naik pitam kala sahabatnya terdiam saja.

Air indah itu mengembun, bolah cristal hampir saja jatuh. Sekuat apa pun dirinya menahan cairan bening tersebut, akhirnya tetap jatuh membasahi pipi mulusnya.

Tanpa berucap Aisyah berlalu ke kamar mandi, " aku tahu cintamu bukan untukku, tapi bisakah kamu menghargaiku sedikit saja."lirihnya.

Entahlah siapa yang disalahkan, nasi sudah jadi bubur. Tak perlu disesali lagi.

Sedangkan di luar kamar, Aryan terlihat prustasi. Apa yang dilakukan benar-benar kesalahan. Dia menghianati kekasihnya dan ia sangat menyesal. Aisyah yang mendengar itu menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Dia mengirah setelah hari ini Aryan sedikit memberi cinta untuknya.

" Akhh," teriak Aryan dengan menggusar rambutnya kasar.

"Kenapa Aisyah membiarkan aku melakukan hal b0d0h ini. Aku menghianati kekasih hatiku dan mengh4ncurkan sahabatku sendiri.

Aisyah tidak tahan lagi hingga dirinya bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kamar itu.

Ia semakin sesak jika tetap berada di ruangan yang sama dengan pria yang melukai hatinya.

Aryan hanya melirik sebentar sahabatnya tanpa menegurnya. Ia membiarkan Aisyah keluar begitu saja.

" Kenapa sesakit ini?" ucap Aisyah mengusap dadanya.

Rasa perih semakin dalam yang ditorehkan oleh sahabatnya sendiri.

Orang-orang memandang anak remaja tersebut yang tengah keluar mencari angin. Wajah sembab kini makin bengkak akibat menangis.

" Aku pergi," sebuah pesan yang ditujukan untuk Aryan melalui aplikasi hijau.

Masih tercentang dua tidak ada tanda-tanda ingin menyentuh ponsel tersebut oleh pemiliknya.

Aisyah berjalan sendiri tanpa ditemani siapapun. Hatinya kini benar-benar terkoyak, rasa cintanya pada sahabatnya sendiri membuat dirinya kehilangan arah.

***

Suara telopan Aryan berdering, pemuda itu hanya meliriknya sebentar kemudian berlalu masuk ke kamar mandi.

" Aryan, kamu di mana sih, Nak?" Ucap Nandini berasa geram.

Kemudian tangannya mencari nomor gadis yang selalu bersama putranya yaitu Aisyah. Hal yang sama dan Nandini menghela nafas kasar.

" Anak-anak pada ke mana,sih ?" Kenapa tidak ada satu pun yang menjawab teleponku?"

ucapnya dengan guratan kekesalan.

Bram yang sedang di samping istrinya juga ikut geram dengan sikap putranya yang semakin tidak peduli dengan kekhawatiran orang tuanya.

"Hiks," sebuah tangisan pilu dari seorang gadis yang tengah berjalan sendirian. Ia seolah kehilangan arah, entahlah Aisyah ingin kemana. Yang pasti saat ini ia ingin mencari ketenangan. Hembusan angin menerpa wajah dan rambut yang terurai. Ia tidak peduli dengan kedinginan di pagi petang itu. Hati yang sedang hancur lebur ingin dia buang jauh-jauh.

Sedangkan Aryan yang masih di kamar tersebut kini berbaring menatap langit-langit ruangan.

" Maaf Aisyah," lirihnya.

Aku adalah seorang sahabat yang tidak bisa melindungimu. Kamu adalah wanita istimewa di hatiku namun tidak bisa mencintaimu. Aku lebih dulu mengenal Zahra dan aku sangat mencintainya. Hanya dia wanita yang kucintai. "ucapnya kembali.

Ia pun bangkit dari tempatnya lalu mencari Aisyah di luar. Dia berpikir bahwa Aisyah hanya ingin mencari udara segar dan akan menunggunya di luar.

" Ke mana Aisyah?" tanyanya seorang diri.

Dia pun pergi bertanya pada petugas tersebut namun tidak ada jawaban yang memuaskan bagi Aryan. Mungkin karena masih terlalu pagi sehingga petugas itu hanya melihat Aisyah samar-samar.

"Apa yang harus kukatakan pada bibi? Aisyah pergi bersamaku dan pulang tidak bersama. Mereka pasti mengintrogasi apa yang terjadi pada kami.

Tiba-tiba rasa kekhawatiran menyelimutinya. Dia  tidak ingin Aisyah menceritakan semua kejadian hingga beralih mereka menjaga jarak.

Aryan memperhatikan gerak-gerik seorang gadis yang sedang berjalan, dengan cepat ia menghampirinya," Aisyah," panggilnya

" Maaf anda cari siapa?" tanya seorang gadis yang dikira Aisyah.

" Maaf, aku sedang mencari temanku dan ternyata aku salah orang. " ucap Aryan.

Gadis tersebut sejenak terkesima dengan ketampanan yang dimiliki pemuda di depannya itu. Bibirnya menyunggingkan senyum manis yang dibuat-buat.

" Terimakasih," ucap Aryan tanpa berbasa-basi. Gadis tersebut terlihat sangat kecewa.

Dengan menelisik beberapa jalanan namun tidak menemukan Aisyah, hingga Aryan memutuskan untuk pulang.

" Mungkin Aisyah sudah pulang." Ucapnya.

Ia terus mengendarai motor dengan laju yang cukup kencang. Ia berharap Aisyah pulang ke rumah dan tidak menceritakan pada semua orang apa yang terjadi pada mereka.

" Aku minta maaf Aisyah, aku memang pria br3ngs3k dan tidak bert4nggung j4w4b. Tapi kamu harus mengerti bahwa aku sudah memiliki wanita.  Aku membutuhkan perjuangan untuk mendapatkan Zahra. Jadi aku sangat menjaga cintanya.

Kamu adalah sahabat yang baik dan mengerti aku selama ini.

Terpopuler

Comments

Diajeng lope

Diajeng lope

maaf ko ceritanya Aisyah mlh seperti maaf murahan ya!!!aplgi pake nama yg bgus .jika aisyah tahu diri aplgi anak pembantu pupus rasa dan tunjukkan dengan prestasi n kesuksesan

2024-10-25

0

Neulis Saja

Neulis Saja

Aisyah,sbg perempuan reader gak resfect karena tak pandai menjaga kehormatanmu dan sbg sahabatnya Ratan kamu sbg bastard and loser !😡

2024-10-06

2

Nur Aeni

Nur Aeni

habis manis sepah d buang.. huh dasar aryan

2024-06-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!