Bab.18

Dari sekian lama seorang pria kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiran yang dibanggakan. Angin sepoi menari-nari dengan irama yang menderu. Kaki panjangnya terus melangkah dan menelpon seseorang untuk menjemputnya. " Surprise," batinnya dengan seulas senyum tipis.

Bayangan wajah mama dan sang ayah melintas di benak. Rasa rindu pada mereka berdua tak mampu dibendung lagi.

" Apa yang dikatakan mereka jika melihatku?" tanyanya dalam hati.

Sopir setia sang ayah kini telah tiba di bandara. Dengan langkah tergesa-gesa ia menghampiri putra majikannya. Sejenak ia tercengang melihat pemuda di depannya ini. Wajah yang kian nampak dewasa dan semakin tampan. Tubuh semakin kekar dan tinggi. Membuat para wanita t3rgil4-gil4 padanya.

" Nak Aryan kan?" ucapnya memastikan.

" Benar pak.

Aryan dengan cepat meraih tangan paruh itu lalu diciumnya dengan takzim.

" Bapak tidak memberitahu kedatangan Aryan ke mama dan ayah kan?" tanya Aryan.

" Sesuai permintaanmu, Nak. " jawab pria paruh itu setelah membukakan pintu mobil untuk Aryan.

Pria kini menikmati suasana angin di sepanjang jalan, akhirnya ia dapat menghirup udara segar di tempat kelahirannya lagi.

" Bagaimana wajah orang-orang di rumah sekarang?" batinnya.

Ada seseorang spesial di hatinya yang ingin ditemui di rumah megah itu, "apakah dia kembali disaat kepergiannya?

Entahlah, tiba-tiba wajah itu teringat olehnya dan ingin bertemu perempuan itu. Menggeleng kecil kala bibir itu berucap bahwa wanita di benaknya kini adalah orang spesial.

" Bagaimana orang-orang di rumah, Pak?" tanyanya sedikit penasaran.

" Semuanya sehat, Den.

Aryan mengangguk kecil seolah paham yang dikatakan pria paruh di depannya.

Namun ada satu orang yang ingin ditanyakan namun tertahan karena suatu hal. Ingatannya kembali menerawang beberapa tahun yang lalu. Ketika saat itu mereka saling bersama, saling bercanda, saling memberi ide-ide cemerlang hingga kecanggungan terjadi pada mereka berdua karena sebuah kesalahan. Mulai saat itu hubungan mereka renggang sampai sekarang. Mereka tidak pernah berbagi komunikasi. Aryan menghela napas dengan kasar mengingat semua masa-masa itu.

Perjalanan cukup melelahkan hingga Aryan tertidur dalam mobil dengan pulasnya. Matanya tak mampu menahan kantuk hingga terpejam beberapa saat.

Tak terasa mobil kini berada di depan rumah megah. Nandini dan Abraham yang sedang duduk di di ruang tengah celingukan melihat siapa yang datang. Kening keduanya berkerut heran, bukankah dia tidak memberi perintah apa pun pada orang kepercayaannya itu.

" Dengan siapa dia ke sini?" gumam pria itu dan menatap istrinya.

Nandini mengangkat bahu menyatakan bahwa ia pun tidak tahu.

Nandini beranjak dari tempat duduknya lalu membuka pintu, matanya membulat sempurna melihat tubuh kekar masih berdiam diri dalam mobil.

" Aryan," serunya begitu histeris.

Aryan dengan mata terpejam sayup-sayup mendengar suara memekikkan telinga. Ia kembali membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya. Menatap di sekeliling dan ternyata dia sudah sampai di rumah.

Nandini berteriak memanggil suaminya bak k3r4suk4n s3t4n. Setelah itu kaki jenjangnya berlari kecil menghampiri sang putra.

" Mama," ucap Aryan sembari memelukya dengan rasa rindu.

Nandini terdiam dengan suara isakan tangisnya, tubuhnya bergetar menahan rasa haru dengan apa yang dilihat sekarang.

" Kenapa tidak bilang ke mama dan ayah kalau mau, Nak? Mama m4r4h padamu, mama sangat kesal," ucap Nandini sembari mengusap air mata.

Aryan memperbaiki posisi dan mengelus lembut punggung wanita tercintanya seolah membujuk agar berhenti merajuk.

" Surprise, Mah. " ucap Aryan memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Namun sang mama tersebut tidak terima apa yang dilakukan putranya.

Abraham yang mendengar teriakan histeris istrinya ikut menyusul, ia pun tak kalah terkejutnya. Putranya datang tiba-tiba tanpa memberi kabar.

" Ayah," panggil Aryan dan menghampirinya.

Keduanya saling berpelukan erat seperti yang dilakukan istrinya.

" Kamu sehat, Nak?" ucap sang ayah.

Aryan mengangguk setelah melepas pelukan rindunya.

Matanya kini menatap di sekeliling seperti tengah mencari seseorang," tidak ada." batinnya.

Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah dengan diapit kedua orang tuanya. Wajah mereka berbinar menyambut buah hatinya.

" Mama bantu bawah barang-barangmu ke kamar, yah." tawar Nandini.

Aryan hanya mengangguk seraya mendengar celotehan sang mama.

Melewati beberapa kamar hingga terhenti di depan kamar seorang perempuan yang pernah jadi orang terdekatnya. Menatap pintu itu dan sama sekali tidak terbuka, dan kamar Bu Marni juga terlihat kosong. " Ke mana mereka?"

Aryan menatap punggung sang mama yang mendahuluinya masuk ke dalam kamar dengan semangat. Kepada siapa dia bertanya?"

" Cepat masuk, Sayang! Bersihkan badanmu lalu istirahat.

Aryan masih mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Rasa penasaran mengenai ke dua wanita yang belum menampakkan batang hidungnya membuat jantung kian berdebar.

" Aryan lapar, Mah. Aku ingin makanan kesukaanku." titahnya.

Biasanya mamanya akan langsung menyuruh Bi Marni memasakkan makanan kesukaannya. Berharap bi Marni juga yang akan mengantarkannya ke kamar.

" Baiklah, sebentar ya sayang.

Nandini dengan cekatan keluar dari kamar lalu memanggil Bi Rasti sesuai keinginan sang putra.

" Masakin semplak ya, Bi! Aryan sangat menyukainya." titahnya.

Bi Rasti menurut dan memulai menyiapkan semua bahan-bahannya. Hanya hitungan menit masakan itu siap saji dan saatnya untuk di santap.

Aryan keluar dari kamar setelah membersihkan diri, dengan pakaian santainya ia terus berjalan menuju ke dapur berharap bibi yang selama ini menemaninya ada di dalam.

" Eh..Den, silahkan duduk!" ucap Bi Rasti seraya tersenyum lembut.

Pertama kali melihat wajah anak putra sang majikan, karena dia pun baru bekerja beberapa bulan ini.

Aryan tercengang sesaat kemudian kembali menarik kursi untuknya. Rasa penasaran semakin menyeruak ketika Bin Marni tidak pernah muncul selama kedatangannya.

" Den sedang mencari siapa?" " tanya Bu Rasti ketika pandangan anak majikan berkeliaran di ruangan itu.

Aryan gelagapan dan memperbaiki posisinya.

" Ekhm.. p3mb4ntv yang bekerja sebelumnya di rumah ini kemana ya, Bi?"

Aryan memberanikan diri menanyakan keberadaan Bi Marni sekaligus putrinya jika perlu.

" Bibi juga kurang tahu, Den. Tapi, bibi pernah dengar sama tetangga kalau beliau pulang kampung. Dan sampai saat ini belum kembali sehingga tuan mencari pembantu yang lain.

" Nyesss," tubuh seketika berdesir hebat mendengar penuturan Bi Rasti. Bagaikan bom yang mengenai sekujur tubuh seolah tak mampu menopang dirinya. Lemas yang dirasakan pemuda gagah itu dan akhirnya ia pun kembali ke kamar tanpa memakan sesuap nasi.

" Kenapa dadaku terasa nyeri ketika mengetahui bahwa Bi Marni sudah tak di sini lagi?"

Tangan kekar itu memegang dada yang tiba-tiba sesak. Lalu Aisyah?" 

Terpopuler

Comments

AXYs

AXYs

Ini sdh berapa tahun thor?
Kuliah di luar itu 3-4 th deh kalo lancar
Emang selama kuliah ga pernah pulang pas liburan?

2024-10-28

0

Wiwin Winarti

Wiwin Winarti

typo :masakin semplak???

2024-06-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!