Satu bulan sudah Lea terpisah dari Bian. Itu artinya satu bulan terlewati Lea belajar hidup mandiri. Dari mulai mengurus kebutuhan sendiri, mengurus rumah tangga, hingga mengurus perusahaan milik sang suami.
Perubahan itu sangat terlihat dalam diri Lea. Dari Lea yang dahulu manja, selalu mementingkan diri sendiri, dan selalu tergantung dengan orang lain. Kini dia sudah bisa bertindak lebih dewasa. Bahkan melupakan kepentingan pribadinya hanya demi kepentingan perusahaan.
Selain itu, Lea sudah bisa membuat skala prioritas dalam hidupnya. Tidak seperti dulu, Lea yang hanya bisa SHOPPING dan bersenang-senang. Kini dia lebih bisa mengatur hasratnya untuk tidak terlalu konsumtif.
"Eh non mau nyuci baju? Biar sini bibi yang nyuci," ujar Yati ketika melihat Lea di ruang cuci pakaian.
"Nggak usah Bi. Lea sendiri bisa kok," tolak Lea.
"Ya sudah non. Bibi tinggal dulu ya," pamit Yati seraya tersenyum melihat majikanya yang begitu tidak ingin mengusahakan orang lain.
Dalam urusan rumah tangga, Lea tidak hanya belajar memasak saja. Dirinya telah mempelajari banyak hal tentang urusan rumah tangga, mulai dari membereskan tempat tidur, merapikan kamar, mencuci pakaian, menyetrika, bahkan melipat pakaian, dan lain-lain.
Mudah saja baginya untuk membayar orang lain menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya. Namun kembali lagi pada hakikat menjadi seseorang yang telah berumah tangga. Apalagi dengan mami mertuanya menyebut dirinya sebagai perampuan payah. Untuk menghilangkan rasa sakit kala Dwita menyebutnya seperti itu, Lea harus mulai bangkit bisa menyelesaikan tugas dalam rumah.
Meskipun mengurus rumah tangga membuatnya sedikit keteteran karena harus ke kantor setiap pagi. Perlahan Lea mulai menyesuaikan dirinya untuk melakukan keduanya secara seimbang. Sehingga tidak ada yang harus dikorbankan.
Tok... Tok... Tok...
Seorang laki-laki bertubuh tinggi masuk ke dalam ruangan kerja Lea. Tersenyum sumringah menyapa bosnya itu. Tidak lupa beberapa berkas yang ada ditangannya. Kebiasaan setiap paginya adalah meminta tanda tangan Lea atau hanya sekedar mengingatkan jadwal meeting.
"Selamat pagi nona," sapa Fahri.
"Pagi Fahri. Kenapa lo senyum-senyum seperti itu?" tanya Lea sembari mengangkat alisnya bingung.
"Ada kabar gembira nona," ujar Fahri.
"Ada apa sih? Lo punya gebetan baru?" tebak Lea.
"Bukan kalau itu masalah pribadi nona. Tapi kalau nona mau mencarikan gebetan buat saya tidak apa-apa. Saya sangat berterima nantinya," kata Fahri.
"Haha... Bisa saja kau ini," tukas Lea.
"Lalu apa kabar gembiranya?" tanya Lea.
Fahri mendudukkan dirinya pada kursi yang ada dihadapan Lea. Diletakkan kemudian dibukanya berkas yang ada ditangannya itu.
"Lihat ini nona," Fahri menyodorkan berkas kepada Lea.
"Itu adalah laporan keuangan satu bulan terakhir nona," ujar Fahri.
"Lihatlah nona, pemasukan perusahaan kita mengalami kenaikan yang pesat."
Lea mengamati berkas yang ada ditangannya. Meneliti satu persatu laporan setiap harinya. Dan kemudian melihat jumlah total pemasukan selama satu bulan ini. Matanya membulat sempurna, seolah tak percaya dengan laporan tersebut. Kemudian dia pun memberikan senyum terbaiknya.
"Oh my God!" Lea menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangannya.
"Anda berhasil nona," ucap Fahri bangga.
"Terimakasih Fahri ini atas bantuan kamu dan semua pegawai di perusahaan ini. Terimakasih Fahri... Terimakasih..." Lea menyalami tangan Fahri.
"Sama-sama nona. Ini juga berkat kehebatan anda memimpin perusahaan ini."
"Saya tidak menyangka bisa secepat ini Fahri. Meskipun belum 100% perusahaan pulih."
"Tinggal beberapa persen lagi perusahaan akan pulih seperti sediakala nona."
"Saya yakin secepatnya perusahaan akan pulih 100%," Fahri meyakinkan Lea.
"Mohon bantuannya ya Fahri," pinta Lea.
"Siap nona," tutup Fahri.
**
Sore itu juga Lea mendapat panggilan dari Mario yang memintanya untuk menjadi narasumber. Ya, atas keberhasilannya mengelola perusahaan Armada Trans, membuat Lea menjadi sorotan media. Beberapa wartawan seharian ini silih berganti meminta informasi kepadanya.
Termasuk rekan kerjanya saat menjadi model yaitu Mario. Meminta waktu ingin membuat profil seorang Lea Anindita Dinata untuk keperluan postingan di media massa. Awalnya Lea menolak, namun karena Mario adalah temannya sendiri. Maka Lea mengiyakan permintaan Mario itu.
Berlokasi di Kafe Euforia Lea menemui Mario untuk melakukan briefing pemotretan profil pengusaha muda. Lea datang ke kafe itu sepulang dari kantor. Terburu-buru dia menghampiri Mario yang telah duduk disalah satu kursi.
"Sorry Mario. Sudah lama ya?" sapa Lea.
"Eh pengusaha muda yang lagi hits udah datang," balas Mario
"Lumayan la sih. Tapi untung ada Renata jadi gue nggak kesepian," sambungnya.
"Terus dimana Renata sekarang?" tanya Lea.
"Lagi ngurus sesuatu sebentar katanya."
Lea mendudukkan dirinya dan membuka menu untuk memesan makanan. Setelah memesan beberapa makanan yang dipilihnya. Lalu dia mulai membuka pembicaraan sore itu.
"Lo yakin milih gue?" Lea meyakinkan.
"Yakinlah. Masa gue bercanda," jawab Mario.
"Emang gak ada orang lain apa yang bisa lo tulis profilnya?"
"Enggak ada! Yang lagi nge-hits sekarang itu lo."
"Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang kepo dengan kehidupan lo."
Pembicaraan keduanya terpotong oleh pelayang yang baru mengantarkan pesanan Lea.
"Terimakasih ya Mbak," ucap Lea sebelum pelayan itu pergi dari mejanya.
"Masa sih?" tanya Lea pada Mario.
"Iya Lea. Dan gue yakin orang-orang semakin kepo setalah tulisan gue tentang profil lo naik ke media," jawab Mario.
"Mau ya Lea. Tolong gue lah," Mario memohon.
"Iya deh. Tapi untuk pemotretannya ambil waktu weekend ya," pinta Lea.
"Siap bosku. Hari ini gue mau sedikit wawancara lo. Untuk pemotretan bisa kita atur," ucap Mario dengan semangat.
Mario memulai sesi wawancara terhadap narasumber cantiknya yaitu Lea. Lama mereka bercakap-cakap di meja yang isinya hanya dua orang itu. Karena semenjak Lea datang ke kafe itu, Renata belum terlihat menghampirinya. Mungkin masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Mungkin wawancaranya sudah cukup," ujar Mario.
"Kalau ada yang kurang jelas. Gue tanya lewat WhatsApp ya," sambungnya.
Lea hanya menganggukkan kepalanya seraya menyedot minuman yang ada didepannya.
"Sudah kan ini? Kalau udah gue langsung pulang ya," pamit Lea sembari memasukan gadget ke dalam tasnya.
"Sudah. Terimakasih banyak atas waktunya," ucap Mario sembari beranjak berdiri.
Keduanya saling cipika cipiki (cium kanan, cium pipi kiri) sebelum melepas kepulangan Lea. Sebuah kebiasaan yang umum dilakukan oleh orang-orang masa kini. Apalagi untuk mereka yang bekerja dibidang entertainment.
Namun, ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Lea bersama Mario. Tidak lupa memotret kedekatan keduanya saat mengobrol tadi. Termasuk saat keduanya saling cipika cipiki.
Orang tersebut tersenyum lebar kala melihat hasil foto yang ada diponselnya. Tidak sabar mengirimkan foto tersebut kepada orang yang telah membayarnya untuk itu. Dan sebentar lagi dia akan mendapatkan bayaran atas pekerjaannya.
Nah, ada yang bisa tebak siapakah dia?
Bekerja keraslah, perlahan hasil itu akan kau dapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Aisy Hilyah
aku mampir lagi Kakak semangat Lea
2020-09-12
0
Rena Gimun
3like
2020-09-07
0
chantie lee
besok di lanjutkan lagi. semangat Shin
2020-08-27
0