Malam pertama Lea menjadi pengantin. Jangankan pergi honeymoon, seperti rutinitas para pasutri baru pada umumnya. Eh malah ini di malam pertama justru ditinggal sendirian.
Semua rencana honeymoon mendadak dibatalkan karena drama penangkapan Bian siang tadi. Yang rencananya besok pagi hendak terbang ke Maldives dengan berat hati harus ditunda. Padahal semua kebutuhan honeymoon Bian dan Lea sudah disiapkan. Mulai dari tiket pesawat, tiket helikopter menuju Maldives, dan penginapan. Ternyata rencana honeymoon yang diimpikan Lea itu tidak bisa terlaksana saat ini. Gagal sudah menikmati keindahan Maldives bersama Bian.
Untuk urusan liburan ke Maldives, mungkin masih bisa dilakukan pada lain kesempatan. Yang terpenting saat ini adalah cara supaya Bian segera keluar dari tahanan. Pasalnya untuk berpisah dengan Bian sehari saja tak sanggup. Apalagi Bian harus mendekam di penjara.
"Bian... Hiks... Hiks... Hiks..." Lea masih saja menangis.
"Jangan tinggalin Lea, Bian."
"Hanya Bian yang Lea punya."
"Bian pulang Bian... Hiks... Hiks... Hiks..."
Semenjak pulang dari acara resepsi pernikahannya tadi siang. Lea hanya mengurung diri di dalam kamarnya sembari terus menangis. Meratapi nasib yang tidak pernah terbayangkan selama ini. Ditinggal saat hari pertama menikah. Sungguh pengalaman yang memilukan sekaligus menyedihkan bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Bian aku gak bisa hidup tanpa kamu."
"Pulanglah Bian. Hari ini adalah hari bahagia kita."
"Tolong!"
Malam ini, Lea habiskan dengan menangis dan terus menangis. Tidak ada satu orang pun di rumah ini yang peduli dengan keadaannya saat ini. Lea juga tidak peduli dengan hal itu, yang terpenting saat ini adalah Bian kembali kepadanya.
Malam semakin larut dan rasanya sangat hampa tiada Bian disisinya. Akhirnya Lea pun tertidur dengan sendirinya. Nyatanya hari ini membuat tenaganya terkuras habis.
Keesokan harinya.
Sinar mentari menembus korden jendela kamar. Lea menggeliat malas, rasanya badannya sakit semua. Matanya pun terbuka dan melihat sekelilingnya. Tampak kamar yang asing baginya.
"Aku dimana?" batin Lea.
Lea pun teringat bahwa kini dia berada di kamar Bian. Sontak dia melihat ranjang sebelahnya yang kosong. Perlahan dia mengusap ranjang tersebut dan kembali air mata itu menetes secara perlahan.
"Sayang, kapan kamu pulang?" ucapnya ditengah isak tangis.
"Kamu janji nggak akan ninggalin aku sayang."
Pagi itu cukup lama Lea meratapi nasibnya sembari terus membayangkan wajah suaminya. Mengingat momen-momen kebersamaan yang telah mereka lalui. Tanpa sadar kilas balik memori itu datang kembali dipikirannya.
Tiba-tiba pikirannya menuju pada sebuah perkataan yang selalu diucapkan Bian untuk meyakinkan Lea. Biasanya Bian selalu mengatakannya jika Lea sedang ngambek. Bian berkata, "Karena cinta tahu kemana dan kepada siapa dia akan pulang."
Tok... Tok ... Tok...
Lea tersentak dari lamunannya ketika terdengar ketukan pintu itu. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Terlihat lelaki setengah baya itu berdiri dihadapannya. Dengan setelan jas yang rapi dan tas yang dipegangnya.
"Selamat pagi nona," sapanya.
"Pagi Pak Hendra. Ada apa ya pak?" tanya Lea.
"Hari ini kita akan berjumpa dengan Tuan Bian, nona. Ini sudah jam sepuluh," jawab Hendra.
"Astaga pak!" Seru Lea sembari menepuk jidatnya dan melihat jam yang terpajang didinding.
"Pak maaf ya pak. Tunggu saya lima belas menit saja pak. Saya akan segera kembali," pamit Lea yang kembali masuk ke dalam kamar.
Dia segera menuju ke kamar mandi sembari mengumpat kebodohannya sendiri. Karena bangun kesiangan bangun dan melupakan janji untuk bertemu dengan Bian. Tanpa berlama-lama, setelah mandi dia langsung mengenakan pakaian seadanya dan makeup seperlunya.
"Ah bodohnya aku ini," gerutunya sembari memoleskan liptint dibibir tipisnya.
Setelah dirasa cukup, Lea segera berlari keluar dari kamar. Ternyata Hendra sedang berbicara dengan Dwita. Dengan sedikit ragu, Lea melangkahkan kakinya mendekat ke tempat mereka duduk.
"Sudah siap nona?" tanya Hendra.
Lea pun menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan pertanyaan Hendra. Melihat jawaban Lea, Hendra segera bangkit dari duduknya. Dan berpamitan kepada Dwita seraya menjabat tangannya.
"Tolong berikan yang terbaik untuk Bian ya Hendra," pesan Dwita.
"Ma... Lea berangkat dulu," pamit Lea seraya menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
Bukannya menerima uluran tangan Lea. Justru Lea mendapatkan tatapan tajam yang amat sinis dari mertuanya itu. Lea pun tertunduk, tak mampu melihat tatapan tajam itu. Tahu Dwita tidak ingin membalas uluran tangannya, maka Lea menarik tangannya kembali. Dia berjalan dengan sangat sopan melewati Dwita.
***
Mobil Alphard berwarna hitam itu berhenti tepat di lobi utama Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hendra turun terlebih dahulu yang kemudian disusul oleh Lea. Lea mengikuti langkah Hendra menuju dan mereka berhenti disebuah ruangan. Ya, ruangan jenguk tahanan.
Selang beberapa menit setalah Lea duduk pada salah satu kursi yang ada. Telinganya mendengar seseorang memanggil namanya. Suara yang tidak asing bagi Lea. Sontak dia pun segera mencari sumber suara tersebut. Matanya berbinar-binar ketika melihat sumber suara tersebut tidak lain adalah Bian.
"Lea!" panggil Bian dengan sangat.
"Bian!" sahut Lea yang berlari menghampirinya.
Keduanya saling berpelukan erat, seakan telah lama terpisahkan. Hendra mendekat kepada pasangan yang rupanya lupa diri bahasa mereka kini berada ditempat umum. Mau tak mau Hendra harus segara mengakhiri drama pelukan mereka.
"Ehem... Maaf tuan dan nona. Mari kita duduk terlebih dahulu," suara Hendra menghentikan pelukan antara keduanya.
Akhirnya mereka bertiga duduk pada kursi yang telah disediakan. Dan mulai membahas mengenai permasalahan yang membuat Bian ditahan oleh KPK. Bian mulai menjelaskan panjang lebar cerita awal dugaan korupsi yang dilakukan oleh Bian.
Ternyata Bian diduga berkerjasama dengan salah satu pejabat daerah dalam hal pengadaan alat transportasi umum. Bian adalah pemilik Perusahaan Armada yang bergerak dalam pembuatan armada transportasi. Beragam jenis armada tranportasi dirakit oleh perusahaan miliknya.
Satu tahun yang lalu Bian memang bekerjasama dengan salah satu pejabat daerah tersebut dalam pembuatan transportasi umum. Dan tanpa sepengetahuan Bian bahwa pejabat tersebut telah memalsukan laporan keuangannya. Akhirnya Bian ikut terjebak dalam kasus korupsi ini.
"Tenang saja tuan. Masalah ini termasuk masalah ringan. Hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti saja bahwa anda tidak terlibat dalam korupsi ini," kata Hendra.
"Lalu berapa lama semua bukti akan terkumpul pak?" sahut Lea.
"Beri saya dan tim saya satu sampai dua bulan untuk mengumpulkan bukti-buktinya," pinta Hendra.
"Kenapa lama sekali Pak Hendra?" tanya Lea.
"Kami akan usahakan lebih cepat dari itu nona," ucap Hendra.
"Saya mohon dengan sangat. Tolong segera selesaikan masalah ini ya Pak Hendra," pinta Lea.
"Baik nona," ucap Hendra seraya menganggukkan kepalanya.
Karena cinta tahu kemana dan kepada siapa dia akan pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
ijin promo sekalian 🙏
jgn lupa mampir di novelku jg dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🦋🦋🦋
jgn lupa like and comment, ku tunggu 🙏🙏🙏❤️
2020-10-03
1
Sept September
cemungutt
2020-08-29
0
Aisy Hilyah
uuuhhh mamah mertua ga suka ya sama Lea
2020-08-25
0