Seminggu sudah Lea bekerja di perusahaan untuk menggantikan suaminya. Dia mengajukan cuti kuliah untuk beberapa bulan ke depan. Demi mengurus perusahaan yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Sore ini sepulang dari kantor, Lea menghempaskan dirinya ke ranjang. Melepaskan penat akibat melakukan kegiatan seharian ini. Lelah sekali rasanya setiap hari dari jam delapan pagi sampai minimal jam empat sore selalu di kantor. Belum kalau ada meeting dadakan.
"Capek juga ya jadi Bian," gumamnya.
"Salah ya gue selama ini memaksa dia setiap istirahat atau waktu pulang kerja harus nemuin gue."
Selama pacaran Lea dan Bian membuat kesepakatan yaitu harus bertemu setiap hari. Entah hanya sekedar makan bersama atau ngobrol ringan. Intinya setiap hari harus meluangkan waktunya sebentar untuk pasangan.
Hal tersebut dituruti Bian meskipun jadwalnya kerjanya yang padat. Minimal Bian menyusul Lea ke kampus untuk makan siang bersama. Kalau tidak ya makan malam bersama usai Bian menyelesaikan urusan kantor.
"Ah jadi kangen Bian," ucap Lea sembari membayangkan wajah tampan suaminya.
"Gue nyesel dulu selalu maksa untuk bertemu setiap hari."
Permintaan selalu bertemu setiap hari selalu dilontarkan Lea. Menurut pandangannya jika sayang ya luangkan waktu. Masa sehari saja tak mampu meluangkan sedikit saja waktu untuk pacarnya. "Sayang apa enggak?" pertanyaan yang selalu keluar dari mulut Lea.
Belum lagi kasus perebutan laki orang yang sedang marak akhir-akhir ini. Membuat Lea ingin selalu bersama Bian. Takutnya Bian pindah ke lain hati. Itulah yang membuat Lea sedikit posesif. Kalau bisa selama 24 jam, Bian selalu dalam pantauannya. Jika semenit saja tidak ada kabar dari handphone-nya pasti Lea sudah sangat panik. Dasar bucin!
Namun, ternyata Bian selalu menurut dengan apa yang diinginkan sang pacar waktu itu. Apapun peraturan yang dibuat oleh Lea, dia menurut saja. Hitung-hitung bukti cinta Bian, karena sadar dirinya terlalu sibuk bekerja.
Dan akhirnya ngedate singkat menjadi rutinitas mereka setiap hari. Kenapa ngedate singkat? Ya karena waktunya sesingkat mungkin disela-sela kesibukan harian mereka. Rekor ngedate paling singkat sih lima belas menit.
"Sayang maaf ya aku ada janji sama rekan bisnis," pamit Bian kala itu.
"Sayang aku aja baru makan sesuap nasi. Kamu udah main pergi aja?" protes Lea.
"Tapi ini rekan bisnis dari luar kota sayang dan udah janjian sebelumnya. Maafin aku ya," Bian meminta maaf.
"Jangan cemberut gitu. Hitung aja aku hutang ngedate sama kamu ya sayang."
"Bye-bye sayang," pamitnya sembari mengecup kening Lea.
Kesal memang ngedate singkat itu. Ibarat makan sampai kerongkongan, alias tidak kenyang. Eh tapi masih mending daripada tidak sama sekali. Ya kan?
"Lama nggak ngedate. Kangen juga rupanya." gumam Lea.
"Apalagi dinner romantis. Kapan ya bisa dinner romantis lagi sama kamu?"
Tidak hanya menuruti semua perkataan Lea saja. Bian adalah sosok pria romantis lho. Bahkan romantisnya nggak ketulungan. Tiba-tiba bayangan keromantisan Bian saat melamar Lea terlintas dipikiran.
Pada suatu malam.
Sebuah rooftop hotel bintang lima, sengaja dibooking Bian. Dekorasi serba warna pink sesuai warna kesukaan Lea. Banyak bunga pada setiap sudut mata memandang. Tak lupa mengundang sahabat-sahabat Bian dan Lea untuk turut memeriahkan acara tanpa sepengetahuan Lea.
Awalnya Lea disuruh dandan secantik mungkin, katanya diajak untuk menghadiri acara pernikahan teman Bian. Ternyata Lea dipaksa untuk menutup matanya dari apartemen hingga lokasi yang sudah disiapkan. Jelas saja Lea bingung dengan perilakunya. Pasalnya saat itu Lea tidak sedang ulang tahun atau peringatan anniversary mereka.
"Mau kemana sih sayang?" tanya Lea dengan mata yang tertutup dengan kain yang diikatkan melingkar dikepalanya.
"SsStt nurut saja ya," pinta Bian.
Masih dengan mata tertutup, Lea disuruh duduk pada sebuah kursi. Perlahan penutup mata Lea dibuka. Dan pemandangan yang tak terbayangkan tertangkap oleh kedua matanya.
"Ada apa ini?" Lea kebingungan.
Matanya pun langsung tertuju pada sebuah tulisan diujung sana. Tulisan "WILL YOU MARRY ME?" yang berhiaskan lampu tumbler, sangat indah bukan. Sontak Lea tersenyum ke arah Bian.
Seketika itu juga Bian membungkukkan badannya diharapkan Lea. Tangan kanannya memberikan sebuah kotak merah berisikan cincin. Dan tangan satunya membawa buket bunga yang diletakkan dipunggungnya.
Senyum keduanya merekah sempurna, ketika Lea resmi menerima lamaran Bian. Sontak Bian langsung mengendong tubuh Lea saking senangnya. Mulai terdengar tepuk tangan dari para undangan private party. Tak lupa ucapan "selamat" membanjiri pasangan itu.
Mengingat momen romantis yang terjadi beberapa bulan yang lalu itu. Membuat Lea senyum-senyum sendiri didalam kamar itu. Ingin rasanya memeluk sang pujaan hatinya itu. Namun apa daya tak bisa dilakukan saat itu.
"Lagi apa ya dia?" gumamnya lagi.
"Ternyata gini ya rasanya rindu."
"Kini aku benar-benar memahami apa itu rindu. Setelah semesta melarang kita untuk bertemu."
Benar-benar rasanya Lea ingin memeluk Bian saat itu juga. Akhirnya diambil gulung yang ada disampingnya dan dipeluknya dengan erat. Menganggap bahwa guling itu ada Bian. Sesekali menghirup dalam-dalam wangi guling itu. Tersisa bau yang sangat khas bagi Lea, bau apalagi kalau bukan bau tubuh Bian. Dasar bucin!
Tanpa sadar mata Lea berkaca-kaca menginat itu semua. Sebisa mungkin dia menahannya agar tidak menetes di pipi. "Gue nggak boleh nangis," ucapnya pada diri sendiri.
Lea segera mengalihkan pikirannya agar tidak larut dalam kerinduan yang berujung kesedihan itu. Dia pun hendak bangkit dari tidurnya untuk membersihkan dirinya sepulang kerja. Segera dia masuk ke kamar mandi.
Setelah keluar kamar mandi dan berganti mengunakan piyama. Lea menyempatkan diri merawat kulit yang selalu dilakukannya setiap malam. Kini Lea duduk di kursi depan meja riasnya.
"Gue kayaknya gak bisa nih cuma mengandalkan kecantikan saja," ucapnya sembari menatap diri didepan cermin.
"Gue harus bisa menguasai segala bidang. Apalagi saat ini gue udah nikah nggak mungkin juga gue terus mementingkan diri gue sendiri."
"Mau tak mau gue harus bisa mengurus pendidikan, bisnis, dan rumah tangga."
Lea tersentak ketika tanpa sadar dia mengatakan urusan rumah tangga. Seperti kata-kata mami mertuanya yang selalu mengungkit urusan rumah tangga.
"Hah rumah tangga?" ucap Lea.
"Gue sama sekali belum belajar masalah ini."
Karena kesibukan di kantor yang selalu padat. Jadi sampai saat ini Lea belum sempat melakukan praktik memasak. Kala itu yang belajar memasak lewat YouTube sudah sampai disitu saja. Belum ada tindak lanjutnya.
"Oke gue harus bisa masak!" katanya semangat.
"Gue bisa! Gue pasti bisa!" Lea menyemangati diri sendiri.
"Lea bukan perempuan payah!" ucapnya dengan penuh penekanan.
"Kini aku benar-benar memahami apa itu rindu. Setelah semesta melarang kita untuk bertemu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🍃🥀Fatymah🥀🍃
10 like sudah mendarat thor 👋🏻👋🏻
Next baca....
Salam dari MAYLEA SI GADIS MASA DEPAN
2020-09-06
0
Triana R
semangat
2020-09-02
0
Aisy Hilyah
lanjut nanti Thor
2020-08-30
0