Hari ini Lea dan Bian melakukan final fitting baju pengantin. Dua hari lagi pernikahan mereka akan dilaksanakan. Persiapan telah dilakukan dengan matang oleh pihak Bian. Lebih tepatnya oleh wedding organizer (WO) di bawah pantauan Bian. Ya, memang Bian-lah yang memaksa pqernikahan ini segera dilakukan.
Lea sedang mencoba gaun warna gold dengan sesekali memutar tubuhnya didepan cermin. Bian yang melihat dari kejauhan tersenyum sumringah dengan penampilan Lea. Namun, senyumnya mendadak luntur ketika melihat wajah Lea yang tampak murung. Bian pun beranjak dari sofa tempat dia duduk, untuk menghampiri Lea.
Dengan mesranya Bian memeluk pinggang Lea dari belakang. Seraya menempelkan dagunya manja dibahu Lea. Kini keduanya menatap cermin yang sama. Bian pun mulai membuka suara.
"Kamu kenapa murung sayang?" tanya Bian.
Lea terdiam dengan wajah yang tidak berubah sedikitpun. Justru malah mengerucutkan bibirnya. Masih menempelkan kepalanya dibahu Lea dengan sedikit memiringkan kepalanya menghadap Lea.
"Kok diam saja sih sayang?" tanya Bian.
"Kamu nggak bahagia kita akan segera menikah?" tebak Bian.
Setelah melontarkan pertanyaan tersebut. Suasana pun kembali hening sejenak. Raut wajah keduanya saling menunjukkan muka datar masing-masing.
"Jadi beneran kamu tidak bahagia sayang?" Bian mencoba memastikan.
"Aku bahagia kok," Lea menjawab dengan cepat.
"Terus kenapa wajah kamu murung kaya gitu?" tanya Bian kembali.
Lea tidak menjawab pertanyaan Bian, justru melepaskan tangan Bian yang memegang pinggang Lea. Kemudian Lea memutar tubuhnya yang membuat gaun itu turut berayun dan mengembang indah. Beberapa kali Lea mengayunkan tubuhnya untuk menunjukkan betapa indahnya gaun itu.
"Gimana Lea, gaunnya kurang apa?" tanya Nanda si desainer seraya mendekat ke arah Lea.
"Kayaknya sudah pas semua nih," jawab Lea.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Nanda.
"Bian gimana gaun Lea? Kurang apanya?" tanya Nanda pada Bian.
"Perfect!" jawab Bian mantap.
Nanda tersenyum melihat keduanya puas akan gaun pengantin hasil rancangannya. Nanda adalah seorang desainer terkenal di kota dengan ratusan desain rancangannya yang menakjubkan. Bian memercayakan Nanda merancang busana pernikahannya, untuk mendapatkan desain baju yang ekslusif.
"Terimakasih Nanda, gaun ini sangat indah," kata Lea.
"Kamu selalu mengerti seleraku Nanda. Lea sangat suka," lanjutnya.
"Iya dong. Siapa dulu? Nanda gitu lho," Nanda pun menyombongkan dirinya.
"Khusus untuk model kesayangan, gue buatin yang spesial deh," lanjut Nanda.
Lea merupakan salah satu model yang sering Nanda gunakan untuk model desain-desain rancangannya. Tidak heran jika Nanda sangat tahu betul selera dan bentuk tubuh Lea. Mudah saja bagi Nanda untuk merancang gaun Lea dan pastinya membuat Lea suka.
Setelah memastikan semua keperluan pakaian untuk acara pernikahan. Bian dan Lea meninggalkan butik milik Nanda. Tidak lupa berpamitan dan mengucapkan terimakasih untuk si empunya butik.
"Sayang kamu belum jawab pertanyaan aku tadi," suara Bian memecah keheningan di dalam mobil.itu.
Bian memang sengaja belum melajukan mobilnya. Kini keduanya masih berada di area parkir butik. Karena Bian sengaja ingin membicarakan masalah yang membuat calon istrinya itu terlihat murung hari ini.
"Kamu tidak perlu berpikiran macam-macam tentang aku dan keluargaku," pesan Bian.
"Kamu takut dengan keluargaku?" tebak Bian yang berhasil membuat Lea menoleh kepada Bian.
Sebenarnya tanpa harus Lea menceritakannya pun Bian sudah tahu apa yang sedang ada dipikiran gadis yang dicintainya itu. Apalagi tahu bahwa Bian menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya. Dan lebih memilih dirinya untuk menjadi pendamping hidupnya.
"Di dunia ini hanya kamu yang aku cintai sayang," kata Bian.
"Lalu gimana dengan perjodohanmu?" tanya Lea.
"Perjodohan? Jika aku tidak suka bagaimana aku bisa menerima perjodohan itu?" ucap Bian.
"Jika tidak ada rasa cinta, kenapa harus dipaksa?" Bian menyunggingkan senyumnya.
Perlahan tangan Bian mulai menyentuh dan mengenggam tangan Lea. Sesekali mengusapnya lembut, memberikan sebuah sentuhan yang membuat Lea tenang dan percaya akan ucapan Bian. Kebiasaan inilah yang selalu dilakukan Bian ketika Lea mulai tidak enak hati ataupun marah.
"Yakinlah bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dengan apapun yang terjadi. Kamu akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun itu," Bian meyakinkan.
"Percayalah," ucap Bian seraya mencium punggung tangan Lea.
Lama Bian menahan ciuman tangan itu. Sebelum akhirnya memindahkan tangan Lea didadanya. Seraya berkata, "Dihati aku cuma ada kamu sayang."
"Kalau nggak percaya buka aja coba," goda Bian.
"Gimana caranya?" tanya Lea.
"Ketok-ketok aja coba. Tanya ada siapa di dalam?" jawab Bian.
"Pasti jawabannya ada Milea disini," lanjutnya sembari nyengir.
Lea tersipu malu mendengar rayuan gombal dari Bian. Urusan rayuan gombal memang Bian jagonya. Dengan berbagai jurus dan tingkah lakunya. Ada-ada saja rayuan pria yang sebentar lagi akan menjadi suami sah Lea ini.
"Gombal banget sih. Awas ya kalau kamu coba lirik perempuan lain," ancam Lea sembari menarik tangannya menjauh dari dada Bian.
"Janji sayangku," jawab Bian.
"Nggak usah banyakan janji, hanya butuh pembuktian," kata Lea sedikit ketus.
"Mau bukti sekarang? Ya sudah kita nikah hari ini juga," jawab Bian.
"Ya mana bisa?" kata Lea.
"Ya mungkin saja bisa," goda Bian.
Perdebatan antara keduanya pun selesai dan Bian mulai melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan masih tetap hening. Tampaknya Lea masih kalut dalam pikirannya. Mencoba meyakinkan keputusannya mengiyakan ajakan nikah pacarnya itu.
Sebenarnya dari Lea sendiri yakin bahwa Bian adalah laki-laki yang selama ini dia idam-idamkan. Dan selama masa kenalan hingga pacaran adalah waktu yang cukup untuk mengenal diri Bian luar dan dalam. Bukan hanya karena ketampanan dan kekayaan yang dimilikinya. Namun, karena pria bertubuh atletis itu memiliki sifat dewasa dan bertanggung jawab.
Terlebih lagi karena Bian telah menemani perjalanannya, ketika dia menjadi anak manja dengan orang tua yang super tajir. Kemudian menemani Lea juga dikala jatuh karena perusahaan ayahnya merugi dan ayahnya terkena serangan jantung. Hingga saat Lea coba bangun dari keterpurukannya. Bian selalu ada untuk Lea.
Mobil yang dinaiki keduanya telah berhenti di depan bangunan bertingkat itu. Sengaja Bian menurunkan Lea di lobi apartemen. Karena dirinya harus segera kembali mengurus pekerjaannya.
"Kembali ke apartemen, bersih-bersih diri, terus istirahat," pesan Bian kepada Lea.
"Jangan terlalu banyak mikir yang aneh-aneh. Oke!" tambahnya lagi.
Sebelum turun Bian mencium puncak kepala Lea. Suatu kebiasaan bucin Bian dan Lea ketika mereka berdua akan berpisah. Ya, harap maklum saja ya dengan pasangan super mesra ini.
"Inget ya!" pesan Bian sekali lagi.
Pesan tersebut hanya diangguki saja oleh Lea yang berniat turun dari mobil. Meski dalam hati Lea merasa kesal dengan pacarnya yang super cerewet ini. Namun, tentu saja Lea tetap mengeluarkan senyumnya untuk mengiringi kepergian Bian.
Dijodohkan?
Jika tidak ada rasa cinta,
Kenapa harus dipaksa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
mar14mut
Tapi kadang perjodohan bisa membawa berkah Thor walaupun diawal terpaksa
from me (Tentara yang Ku Benci) baca juga karya perdana Ku tmn2
2020-10-31
0
Bukan pembaca gelap
like lagi
2020-10-12
0
Dhina ♑
next
2020-09-23
0