Pesta pernikahan mewah Bian & Lea yang digadang-gadang akan sangat mewah dan meriah. Tampaknya tidak sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Justru berbanding terbalik dengan harapan kedua mempelai.
Tepat setelah mengucapkan janji suci sehidup semati itu. Beberapa orang asing berpakaian serba hitam masuk ke tengah acara tersebut. Sontak membuat semua yang hadir terkejut dengan kehadirannya. Tidak kalah terkejutnya pasangan pengantin yang baru saja resmi itu.
"Mohon maaf. Kami kesini ingin melakukan penangkapan kepada Saudara Sabian Bagas Utomo karena dugaan korupsi," kata salah satu diantara orang-orang yang baru saja datang itu.
"Saya Sabian! Siapa yang berani mengatakan dan menuduh saya korupsi?" tanya Bian dengan lantang.
"Kami akan menjelaskan semuanya di kantor saja. Mari ikut dengan kami pak," kata orang itu lagi sembari mendekat ke arah Sabian.
"Lepaskan! Ayo kita buktikan disini juga bahwa saya tidak korupsi!" bentak Bian yang menolak tangannya hendak diborgol.
"Tidak bisa pak. Kami harus segera membawa anda ke kantor," kata orang itu kekeh.
"Baiklah saya akan ikut dan saya akan buktikan bahwa dugaan ini salah!" kata Bian yang kini sepasang tangannya sudah diborgol.
Bian bersama rombongan orang itu menuruti pelaminan. Sementara Lea mencoba mengejar suaminya yang dibawa paksa oleh orang-orang itu. Meskipun gaun yang dipakainya membuat sulit berjalan, Lea tetap memaksa untuk bisa mengejar suaminya.
"Jangan bawa suami saya!" teriak Lea.
"Saya berani menjamin suami saya tidak bersalah. Ini semua fitnah!" teriaknya lagi.
"Berhenti!" teriakan yang terakhir ini menggema di seluruh ballroom itu.
Lantas Bian berserta rombongan orang yang membawanya menghentikan langkah kakinya. Membalikkan badan ke arah Lea yang mencoba bejalan tertatih. Semua mata menuju padanya, tak terkecuali semua undangan yang hadir sangat terkejut dengan kejadian ini. Mereka semua memperhatikan drama penangkapan Bian disaat resepsi pernikahannya.
Lea mengangkat gaunnya dengan tangannya untuk bisa mudah melangkah ke depan. Sementara high heels sudah terlepas sebelum dia turun dari pelaminan tadi. Dandanannya sedikit acak-acakan karena panik mengejar suaminya, namun kesan cantik masih melekat pada wanita yang hari ini menjadi pengantin itu.
"Lepaskan suami saya!" kata Lea ketika dia sudah berhenti tepat dihadapan Bian dan orang-orang itu.
"Bian tidak pernah korupsi!" imbuhnya.
"Lepaskan dia sekarang!" kini suara Lea lagi-lagi berteriak.
"Maaf nona kami tidak bisa melepaskan suami anda sebelum ada bukti bahwa dia benar-benar tidak bersalah," jawab orang itu.
"Dan semuanya akan kami bicarakan di kantor. Permisi," pamit orang itu sembari membawa Bian keluar area ballroom.
Sebelum Bian naik ke mobil tahanan, dia meminta izin untuk berbicara kepada istrinya. Bian menghentikan langkahnya tepat beberapa langkah sebelum naik ke mobil. Lea segera memeluk Bian dengan sangat erat seolah tidak mau terpisah dengan laki-laki yang baru resmi menjadi suaminya itu.
"Jangan tinggalin Lea sendirian," ucapnya lirih sembari terisak dipelukan Bian.
"Lea nggak mau sendirian disini," lanjutnya lagi.
Bian hanya bisa diam mencium puncak kepala istrinya. Dia ingin sekali membalas pelukan Lea, namun apa daya tangannya kini terborgol. Perasaan marah dan sedih terpancar dari wajah Bian. Marah dengan apa yang sedang terjadi dihari bahagianya ini. Sedih karena melihat istrinya yang menangis, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sayang aku janji aku akan segera menyelesaikan masalah ini. Dan bisa menemani kamu lagi," lirih Bian tepat di daun telinga Lea.
"Aku dibantu Pak Hendra akan menyelesaikan masalah ini. Tenang saja semua akan baik-baik saja," lanjut Bian.
"Tapi aku takut," balas Lea ditengah isak tangisnya.
"Jangan takut sayang. Ini memang berat dan susah tapi yakinlah kita tidak akan pernah terpisa," Bian mencoba menenangkan Lea.
"Ehem... Maaf waktu kami tidak banyak." Sela seseorang.
Lea dengan sangat terpaksa melepaskan pelukannya perlahan. Dengan tangan yang masih terborgol, Bian mengusap air mata Lea dengan ibu jarinya. Berusaha terlihat tegar dengan semua rangkaian drama menyebalkan ini.
"Jaga diri baik-baik sayang," tutupnya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
Air mata Lea tidak henti-hentinya membanjiri pipi mulusnya. Lea bersimpuh melepas kepergian mobil yang didalamnya ada Bian disana. Belum lagi sirine yang berbunyi nyaring seolah menambah suasana semakin mencekam. Mata sayunya menatap kepergian Bian dengan amat sangat sedih.
Kejadian ini membuat Lea amat terpuruk dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Satu-satunya orang yang dia miliki kini tidak ada disampingnya. Orang yang selalu mendampingi dan mendukungnya dikala senang maupun susah sudah tidak ada disini lagi.
"Bian!" teriak Lea sebelum menangis sejadi-jadinya.
Terdengar telapak kaki seorang laki-laki mengunakan sepatu pantofel mendekat dan berhenti disamping Lea bersimpuh. Lea tidak peduli siapa yang ada disampingnya. Intinya dia ingin menangis untuk mengeluarkan semua kekacauan hatinya.
"Permisi nona. Mari saya antarkan anda ke rumah," ucap orang itu.
Lea tidak merespon ajakan orang tersebut. Sebelum akhirnya laki-laki itu berjongkok untuk lebih dekat dengan Lea. Laki-laki itu menyodorkan tangannya.
"Perkenalkan saya Hendra. Saya adalah pengacara Tuan Sabian," ucapnya.
"Saya akan segera menyelesaikan masalah ini. Secepatnya tuan akan segera keluar dari tahanan," sambungnya.
Lea menoleh ke arah Hendra dengan masih menyisakan sesenggukan. Menatap lekat orang yang baru saja menghampirinya. Rupanya dia adalah pengacara Bian yang selalu dibicarakan oleh Bian. Bahwa Hendra adalah salah satu pengacara terkenal di Indonesia. Tentunya dapat diandalkan dalam berbagai permasalahan hukum.
"Percayalah pada saya nona." Hendra meyakinkan Lea.
"Sekarang nona kembali ke rumah Tuan Sabian. Besok saya akan menjemput anda untuk bertemu dengan Tuan Sabian," ucap Hendra.
"Tapi Lea tidak mau pulang ke rumah Bian. Lea ingin pulang ke apartemen Lea," jawab Lea dengan lirih. Mungkin hampir tidak terdengar jelas kata-kata itu.
"Tapi nona. Pesan Tuan Sabian, anda harus pulang ke rumahnya. Demi keamanan anda, pasalnya tuan sangat khawatir dengan keselamatan anda. Takut jika terjadi hal buruk pada anda. Karena lawan Tuan Sabian tidak segan-segan melakukan kejahatan. Tolong turuti perintah Tuan Sabian." Hendra membujuk Lea.
"Tapi--" Lea belum sempat melanjutkan kata-katanya.
"Percayalah semua akan baik-baik saja nona," ucapnya memotong perkataan Lea.
"Mari nona saya antarkan anda ke rumah Tuan Sabian," ajak Hendra.
Dengan bantuan Hendra, Lea perlahan berdiri. Pasrah pada keadaan, jika harus pulang ke rumah Bian. Dia pun diantarkan Hendra menuju ke rumah Bian. Mengantarkan Lea hingga ke ambang pintu kamar Bian. Karena ini adalah perintah secara langsung.
"Janji ya Pak Hendra akan membantu mengeluarkan Bian dari tahanan," ujar Lea sebelum masuk ke dalam kamar.
"Iya nona," jawab Hendra dengan yakin.
Jangan takut sayang. Ini memang berat dan susah tapi yakinlah kita tidak akan pernah terpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
EnKa Jasmine
keren.. udah mampir nih kak... maaf bacanya nyicil dulu baru sampe sini..
2020-11-24
0
Bukan pembaca gelap
spam like dulu
2020-10-12
0
Radin Zakiyah Musbich
keren thor... ❤️❤️❤️
🦊ijin promo ya🦊
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama.... 🦊
ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁
2020-10-01
0