Bab 5

Setelah acara syukuran itu, Latica tak lagi mau mendengarkan pembicaraan tetangga. Lambat laun orang-orang yang menggosipkannya juga perlahan menghilang. Namun keuangan Latica saat ini memburuk, selain sang Ayah yang masih terluka dan tidak bisa bekerja. Latica sendiri tak bisa bekerja karena dia harus merawat Rayyan.

Dalam kebimbangan yang mulai datang, Latica akhirnya bertemu dengan seorang pedagang keliling. Tukang sayur itu juga nampaknya sudah cukup akrab dengan Latica.

"Kenapa Neng kok kaya galau begitu?" Tanya tukang sayur yang menatap Latica yang gundah saat tengah membeli sayuran miliknya.

"Ini, saya mau jual gorengan cuma saya gak bisa keliling desa karena harus bawa anak saya. Saya kasian sama Rayyan kalo harus di bawa jualan, dia masih kecil Mang." Jujur Latica, pria yang seusia dengan Ayah Latica itu akhirnya memberikan saran.

"Kan ada Mamang Ca, Ica buat saja di rumah nanti dari Ica jualnya berapa dan Mamang nanti ngambil keuntungannya per biji aja gimana Neng?" Tawar pria itu tulus.

"Beneran Mang, saya boleh nitip di si Mamang?" Tanya Latica bersemangat.

"Ya tentu lah, Makanan kecil si Eneng juga enak-enak. Dulu pas acara syukuran Emang juga malah ketagihan. Pasti bakal laku keras bila di jual itu Neng." Puji tukang sayur mengingat kembali saat di mana acara syukuran Rayyan dulu.

"Alhamdulillah bila begitu, kapan saya boleh nitipnya Mang?" Latica sangat bersemangat.

"Kalo besok juga hayu Neng, Mamang siap menampung." Pria itu terkekeh dan Latica-pun akhirnya pamit.

Keesokan harinya Latica bangun sangat pagi, bahkan setelah dia sholat tahajud dia tak lagi tidur dan memilih untuk membuat beberapa olahan.

Latica tidak membuat terlalu banyak karena mungkin orang-orang masih asing dengan makanan buatannya, bila sudah di kenal mungkin akan bertambah pula, bila orang-orang telah merasakan nikmatnya makanan buatan Latica.

Setelah subuh, Latica mengantarkan dagangannya dan dia juga pulang karena takut Rayyan terbangun. Benar saja, Rayyan sudah bangun dan di temani oleh Abahnya yang terua tertawa melihat kelakuan Rayyan yang menggemaskan.

"Dia udah bisa telungkup loh, lihat tuh!" Sang Ayah nampak bersemangat melihat cucunya berbalik dan bergelinding di atas kasur.

"Iya Abah, dia pintar kan?" Latica mengumpulkan cucian Rayyan.

"Iya, cucunya Abah memang paling hebat!" Puji sang Abah mengecup seluruh wajah cucunya.

Rayyan merengek saat adanya kumis yang mengganggu wajahnya, sedangkan Latica tertawa melihat kelakuan dua laki-laki yang begitu berarti di hidupnya.

.Tidak sesulit yang di bayangkan oleh Latica, di hari pertama makanannya terjual habis. Bahkan Bu Lurah memesan 50 bungkus untuk masing-masing jenisnya di keesokan hari.

Tak ingin membuat rugi tukang sayur, Latica membuat makanan itu sepanjang malam seorang diri. Rayyan yang seolah mengerti dengan kondisi sang Ibu tak rewel dan hanya merengek saat dia lapar.

Setiap habis subuh Latica mengantarkan makanan buatannya dan kembali ke rumah, Latica juga akhirnya tertidur saat siang hari bahkan Latica sering tak sadar bila Rayyan terbangun dan sudah berada bersama sang Nenek.

Sejak kecil Latica memang sudah belajar mandiri, dari mulai berjualan es lilin dan jajanan sekolah Latica jalani demi mendapatkan sepeser rupiah yang akan membantu kedua orang tuanya.

Orang tua mana yang tidak bahagia memiliki putri sebaik Latica, bahkan saat di kondisi terbawahnya saja Latica tak mengeluh dan tetap berjuang.

Waktu terus bergulir hingga akhirnya Rayyan kini sudah bisa berjalan dan biaa bermain sendiri, usia Rayyan saat ini sudah 3 tahun. Namun semakin bertambahnya usia Rayyan maka kebutuhannya juga semakin meningkat.

Namun sangat di sayangkan, pendapatan Latica akhir-akhir ini mulai menurun, mungkin karena adanya gagal panen di sawah akibat kemarau panjang.

Untunglah Latica kerap mendapatkan pesanan dari banyak orang, seperti para pegawai kecamatan dan beberapa perkantoran yang menyukai makanan buatannya.

Namun hari itu agaknya tidaklah seperti yang di harapkan oleh Latica, saat Latica tengah menjemur pakaian seorang pria dengan motor matic datang berkunjung ke kediamannya.

"Assalammu'alaikum Ica?" Sapa pria itu ramah, Latica mengerutkan keningnya.

"Wa'alaikum salam, ada apa ya mencari saya?" Tanya Latica, karena kedua orang tuanya tidak ada di rumah sehingga membuat Latica tak berani mempersilahkan pria itu masuk ke dalam rumahnya.

"Ini, saya mau bicara. Tapi itu agak pribadi, bisa tidak bila saya bicaranya di dalam rumah?" Gugup pria itu, Rayyan yang nampak tengah bermain di teras nampak asyik sendiri.

"Maaf, kedua orang tua saya sedang tidak ada di rumah. Mungkin bicaranya di teras saja bagaimana?" Tanya Latica mempersilahkan pria itu duduk di emperan rumahnya.

Pria itu nampak tidak keberatan, selain itu dia juga mengenal baik sifat Latica yang menghargai tatak rama dalam bertamu. Hingga pembicaraan mereka pada akhirnya di mulai.

"Begini, kamu mungkin tidak tahu bila selama ini saya memperhatikan kamu dengan baik. Saya berniat meminang, bila Ica menikah dengan saya, saya bisa menjamin seluruh keperluan Ica akan aman." Latica terdiam sejenak.

Kata 'aman' itu memang tidak salah adanya, namun hatinya di penuhi dengan keraguan. Rayyan juga masih kecil dan itu juga bisa menjadi hal baik bagi Latica, namun Latica menggelengkan kepalanya.

"Maafkan saya, hanya saja untuk saat ini saya ingin sendiri. Keluarga si Aa juga sepertinya dari orang berada, mungkin tidak akan mudah bagi saya untuk beradaptasi." Latica menundukkan pandangannya, dia sama sekali tak memiliki keinginan untuk menikah.

"Kamu tenang saja, ah ya nama saya Angga. Keluarga saya juga orang yang baik, dan mereka akan menerima kamu dengan baik." Latica terdiam, sangat menggiurkan tawaran itu bagi Latica.

Namun, melihat tatapan Rayyan dan Angga yang nampak tak ada ketertarikan satu sama lain membuat Latica menghela nafas panjang. Yang akan menikah bukan hanya Latica yang terbawa, melainkan juga Rayyan.

Bila memang mereka bisa menerima Latica, lantas bagaimana dengan Rayyan? Latica sama sekali tak sanggup hidup tanpa Rayyan.

"Maafkan saya, tapi saya adalah wanita yang memiliki satu anak. Data pribadi saya telah buruk dan akan menimbulkan hal yang kurang baik kedepannya. Masih banyak wanita yang lebih baik dari saya, maaf." Latica menolak tawaran itu dengan tegas.

Angga memang sudah mengincar Latica sejak Latica sekolah, namun Latica adalah tipe gadis yang sulit di dekati dan jarang bergaul dengan orang banyak.

Angga tersenyum sekilas, mungkin ini sudah jalannya. Meski dalam kondisi terbawah, Latica masih tidak mau menyerah dan tetap berjuang dengan caranya. Hal ini justru membuat Angga semakin menyukai Latica dan menginginkannya. Meski memang benar bila menghadapi kenyataan menerima Rayyan mungkin akan sedikit sulit baginya.

...Pengumuman...

Pemenang GA untuk pertanyaan kemarin jatuh pada akun di bawah ini:

Pulsanya udah Nuah kirimkan ya sayang kyuuuu...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!