"Iya, mana dia sekarang?" Wanita itu nampak mencari ke sekeliling, Elvin berjalan menuju dapur dan mendapati Latica yang kini menatapnya.
"Kakak mencari mu," Ucap Elvin dingin, Latica mengangguk. Agaknya sikap dingin Elvin ini lebih baik dari pada harus terus bersikap perduli dan membuat hati Latica gundah.
"Baik," Latica mengangguk dan akhirnya datang menemui Kakak Elvin, senyum Latica langsung melebar saat melihat orang yang saat ini ada di hadapannya.
"Dokter Fika? Assalammu'alaikum, apa kabar?" Tanya Latica ramah, Fika tersenyum dan memeluk Latica dengan hangat.
"Wa'alaikum salam, alhamdulillah baik. Aduh makin cantik aja nih Ica, Lama gak ketemu ya? Kemarin aku ketemu sama Rayyan, dia makin gemuk aja badannya imut banget." Ucap Fika bersemangat.
"Gimana keadaan Rayyan? Saya sangat rindu dia." Latica tersenyum, Elvin berdecak kesal mendengar hal itu.
"Kemarin dia baik, katanya batuk pilek tapi udah di kasih obat mujarab kok." Fika mengangkat jempolnya.
"Alhamdulillah," Latica menghela nafas lega mendengarnya, sedangkan Tuan Bagaskara nampaknya tidak terkejut mendengar hal itu.
"Kenapa kamu kaya lega banget, suami kamu juga pasti urus anak kamu bukan?" Elvin berucap dengan sinis.
"Elvin!" Tuan Bagaskara langsung memelototi anak bungsunya itu, Elvin yang tidak merasa bersalah hanya mendengus kesal melihat tatapan sang Ayah.
"Tidak apa Tuan Besar, saya sudah biasa mendengar hal semacam itu." Latica menunduk, hatinya memang sangat terasa sakit saat itu.
"Baperan banget! Emang ada yang salah dari ucapan ku barusan?" Elvin memalingkan wajahnya, bukan marah yang dia rasa kala itu. Namun dia merasa kesal pada dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa lebih cepat dari orang lain untuk mendapatkan Latica?
"Elvin!" Fika menatap adiknya dengan sinis, Latica tersenyum lembut dan langsung terperanjak.
"Ya ampun, tumisan saya takut gosong. Saya ke belakang dulu ya?" Ucap Latica dengan cepat berlari ke belakang, Bu Lastri yang nampak baru sampai dan membawa belanjaan nampak tertegun sejenak saat melihat Latica berlinang air mata.
"Kamu kenapa Nak?" Tanya Bu Lastri, Latica tersenyum dengan paksa dan menggelengkan kepalanya.
"Sebaiknya kamu ke kamar, sisanya biar Ibu yang selesaikan ya?" Bu Lastri faham, pasti ada sesuatu yang telah terjadi hingga membuat Latica menangis seperti itu.
"Iya, terima kasih banyak Bu." Latica lelah, dia ingin segera istirahat dan melupakan segalanya. Saat seseorang mengutarakan kalimat itu, tanpa di sadari Latica ingatan kelam itu pasti kembali tergambar dalam benaknya.
.
.
.
"Kamu keterlaluan Elvin!" Ucap Fika tak kala mendengar Latica ke luar dari dapur. Sedangkan Elvin tak menjawab, dia juga tidak tahu apa kesalahannya.
"Memangnya kenapa Kak? Salah apa aku ngomong? Jadi laki-laki harusnya bertanggung jawab pada istri dan anaknya, ini malah istri di suruh kerja." Umpat Elvin kesal, bila saja Latica di perlakukan baik pasti dia juga akan mengalah dengan mudah.
'Apa aku jadi pebinor aja ya?' Bisik hati Elvin, hal gila yang dulu tak pernah dia bayangkan sebelumnya kini malah tergerak dalam hatinya.
"Dia belum menikah, aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tapi katanya dia pernah belajar di Universitas I." Ungkap Fika, Elvin seketika terperanjat mendengar ucapan sang Kakak.
"Apa!?" Elvin menahan dadanya yang ingin berjingkrak, baru saja dia menggerutu dalam hatinya. Malah dia mendapatkan fakta lain dari sang kakak.
"Kata orang di desanya Latica itu jual diri, tapi aku gak percaya sama sekali. Buktinya, dia sekarang malah kerja di sini buat menyambung hidupnya dan anaknya, kalo dia memang mau jual diri kayanya bakal laku keras, tapi dia tidak melakukan itu." Fika mengangkat bahunya, ya memang dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Latica, namun sikap Latica yang seolah lari dari kenyataan justru membuat Fika kurang suka.
Meski demikian, Fika sangat yakin bila Latica adalah gadis yang baik. Melihat tingkah lakunya dan cara dia berbicara saja sudah menunjukkan bagaimana watak Latica sesungguhnya.
"Kamu jangan bicara seperti tadi lagi, kemungkinan besar dia tidak mau menyampaikan sesuatu karena dia memang memilih diam." Fika memberi amanat pada adiknya, sedangkan Elvin malah terkekeh dan menyisir rambutnya dengan jari.
"Jadi, dia belum menikah ya? Lalu anak siapa itu?" Elvin menghela nafas berat, mau anak siapapun yang jelas Elvin harus mendapatkan hati anaknya untuk mendapat cinta ibunya.
.
.
.
Hari itu Latica memilih mengurung diri di kamar dan tidak keluar, dia berusaha menenangkan diri dan tidak ingin terlihat lemah.
Hingga saat pagi tiba, Latica akhirnya kembali lagi menjadi Latica yang seperti biasanya. Dokter Fika juga sudah pulang kemarin sore, sedangkan saat ini sesuatu yang aneh terjadi di rumah itu.
Tadi pagi Tuan Bagaskara tidak ikut sarapan, sedangkan Elvin yang sarapan sendiri. Bu Lastri juga memberi saran agar Latica pulang kampung dulu untuk menjenguk anaknya, sebenarnya apa yang sedang terjadi?
"Ca, kamu mau ke mana hari ini?" Elvin memberanikan diri bertanya saat melihat Latica tengah menjemur pakaian di belakang rumah.
"Saya tidak kemana-mana hari ini." Jawab Latica, dia tidak ingin menatap mata Elvin sama sekali hingga akhirnya dia pura-pura sibuk.
"Satu minggu ini aku sudah mengambil libur, kamu mau pulang kampung?" Tanya Elvin lagi, seketika Latica terdiam.
"Kalo saya pergi, saya takut nanti pekerjaan saya di sini di ambil orang. Bila itu terjadi, saya pasti akan dalam kesulitan nanti." Latica berjalan mengembalikan baskom ke tempat semula.
"Ikut aku Ca!" Elvin meraih tangan Latica dan membawanya ke depan pintu kamar Latica, Latica terdiam sejenak saat Elvin melepaskan tangannya.
"Belanja yu?" Ajak Elvin dengan senyum di bibirnya, Latica langsung menggelengkan kepalanya. Uang-nya sudah habis untuk bulan sekarang, karena dia mengirimkan semua uang gaji nya pada kedua orang tuanya di kampung.
"Ck, aku yang bayar. Sekarang ganti baju dan tunggu aku di sini, nanti kita berangkat. Papa juga lagi tugas ke luar kota dan akan pulang dua minggu lagi." Latica tertegun, karena kemarin Tuan Besarnya ada di rumah.
"Memangnya anda mau beli apa?" Latica bingung, kenapa bila Elvin yang mau belanja, tapi dia juga harus ikut?
"Oleh-oleh buat anak kecil, jadi temani aku ya?" Latica pada akhirnya mengangguk, Elvin. tersenyum dan pergi ke dalam rumah besar itu.
Latica juga mengenakan pakaian terbaiknya, sebuah baju yang dia beli satu bulan lalu dengan gajinya, di pasar Senen. Sebuah baju sederhana tanpa motif berwarna merah maroon dan kerudung berwarna hitam.
Latica tak merias wajahnya sama sekali, karena dia sayang dengan uang untuk membeli barang semacam itu. Bila dia beli tentulah harganya tidak murah, bila dia melakukan itu maka uang yang akan dia kirim ke kampung juga akan berkurang.
Latica saat itu hanya menggunakan lipstick berwarna merah pudar, hingga agak tidak tampak bila di lihat sekilas. Elvin ke luar dari rumah besar itu dengan mengenakan kaos berwarna hitam dan celana levis ketat.
"Cantiknya calon bidadari surga, ayo berangkat!" Latica tertegun mendengar ucapan Elvin, apa yang sebenarnya di lakukan oleh Elvin saat itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ani
apakah tuan Bagaskara pergi menyelidiki apa yang terjadi pada Latica beberapa tahun lalu 🤔🤔🤔🤔
Bang Elvin gak jadi ngambek nih 😁😁😁😁
2024-05-04
2