Bab 15

^^^Ahad, 01 Desember 2019^^^

Assalammu'alaikum wr.wb.

Alhamdulillah hari ini telah selesai melaksanakan tugas dari kampus untuk menyelesaikan karya tangan, terlau indah bayangan mereka yang jatuh cinta dan saling bertukar hadiah.

Begitupun dengan ku yang tidak pernah menyangka akan kebaikan tuhan pada ku, Habibi ku memberikan sekuntum bunga mawar putih yang menawan.

Cantiknya, bahkan aku tak sanggup menyentuh tangkai bunga itu pada awalnya karena takut merusak keindahan yang terlalu luar biasa, Masya Allah. Begitu indah cinta yang kau ciptakan tuhan, terima kasih untuk hari ini.

Selamat ulang tahun untuk diri ku sendiri, hadiah terindah yang di berikan tuhan pada ku.

Sebuah ilustrasi mawar yang lagi-lagi nampak menawan membuat Elvin tak dapat berkata-kata. Elvin kembali membuka lembaran buku selanjutnya, Latica menceritakan kesehariannya dan juga tentang sosok pria yang dia sebut Habibi.

Elvin yang masih bingung mengeluarkan ponselnya dan mencari arti kata Habibi, memang Elvin sering mendengar kata itu dan sangat yakin bila tidak salah itu adalah panggilan wanita pada pria.

"Kekasih?" Bisik Elvin membaca lampiran dari internet, wajah Elvin seketika memerah dan menghela nafas lega. Dia terkekeh dan kembali membaca halaman sebelumnya di mana lukisan pria berada.

Elvin mengingat-ingat mengenai tas tersebut, hingga ingatannya jatuh saat dirinya tengah menghadapi skripsi dan sangat sibuk kala itu. Elvin teringat dengan jaket yang di lukis oleh Latica yang mana jaket itu memang menjadi favoritnya saat masih kuliah dulu.

"Astaga, aku bisa gila bila seperti ini." Ucap Elvin menutup wajahnya sendri dengan buku, membaca setiap kalimat yang di tulis oleh Latica membuatnya hampir menjadi gila.

'Bertapa bodohnya aku saat itu, bila saja aku mengutarakan perasaan ku sekalian.' Gumam Elvin merasa bodoh sendiri dengan tindakannya.

Elvin menatap wajah polos Rayyan yang masih terlelap, dia menjadi penasaran dengan apa yang terjadi pada Latica tak kala dia keluar dari Universitas I. Elvin mulai kembali membaca, hingga tanpa sadar waktu telah menunjukkan tengah malam.

Namun kebiasaan Latica terus di tulis hingga kata-kata manis yang sungguh membuat Elvin berdebar tak karuan terus terjadi, bahkan saat Latica melihatnya di kerubungi banyak wanita-pun dia tulis dengan seksama.

Elvin kembali membuka halaman-halaman berikutnya, hingga nampak adanya tanggal yang meloncat di mana satu minggu tersebut Latica tak menulis buku harian.

Sebuah tulisan yang kotor dengan tinta yang nampak di penuhi bercak membuat Elvin penasaran, Elvin mulai membaca satu kalimat awal yang membuat dadanya sesak seketika.

Latica memberikan keluhan pertamanya dalam buku tersebut, dia mengutarakan hatinya yang kacau dan bahkan menceritakan segala hal yang terjadi padanya tanpa terkecuali.

Hingga sebuah fakta membuat Elvin semakin tercengang, mungkin noda dalam buku tersebut adalah air mata yang terus mengalir selama Latica membuat buku harian.

Tuhan, apa salah ku hingga membuat hidup ku menjadi semengerikan ini?

Mengapa aku takut dengan video yang mereka ambil hingga aku tutup mulut dan tak dapat berucap apa-apa?

Tuhan?

Kenapa aku harus diam saat aku tersiksa? Kenapa harus aku Tuhan?

Aku tidak pernah melakukan kejahatan yang begitu keji hingga menjadikannya azab untuk hidup ku, ataukah ini hanya ujian ku? Tapi aku tidak sanggup menghadapinya.

Dunia ini terlalu mengerikan untuk ku, aku tidak sanggup berada di dunia ini. Kenapa aku harus hidup begini?

Semua harapan yang kau berikan kau ambil dalam sekejap mata, bagaimana dengan para peme*rkosa ku yang masih setia dengan kehidupan bahagianya?

Bagaimana dengan orang tua ku?

Mak, Abah, Latica ingin ingin kembali pada pelukan kalian.

Elvin membacanya dengan uraian air mata, tangannya terkepal sempurna bahkan isak kian terdengar membuatnya sesak sesaat dan berusha menutup mulutnya agar tidak terdengar ke luar.

Sebuah suara di kamar samping membuat Elvin buru-buru menyimpan buku itu kembali ke dalam kardus, di bawah ranjang dan memeluk Rayyan.

Suara itu terdengar menjauh dan suara air terdengar di belakang rumah. Kembali lagi suara itu masuk ke kamar dan beberapa menit berlalu hingga suara isak terdengar kemudian.

Elvin seolah di bawa pada masa lalu di mana Latica yang menangis di tengah malam, dan mungkin tengah melakukan sholat malam. Elvin menekan dadanya yang sesak dan tak lama kemudian suara dengkuran dari Pak Ica yang tidur di ruang tengah terhenti.

Latica juga berhenti menangis dan suara lantunan ayat suci akhirnya mulai terdengar lembut, Elvin terdiam menikmati sura merdu itu dengan mata terpejam.

"Om?" Suara Rayyan membangunkan Elvin, Rayyan kembali membuka matanya dan mendapati Rayyan yang telah bangun.

"Ayan pengen pup." Ucap Rayyan turun dari ranjang yang di ikuti oleh Elvin dan menuju ke kamar mandi belakang.

"Udah?" Tanya Elvin saat Rayyan nampak telah kembali dan mengangguk, dia mendengarkan sang Bunda yang telah melantunkan ayat suci.

"Suara Bunda cantik. Om, seandainya saja Om itu beneran Ayahnya Ayan." Rayyan kembali memeluk Elvin dan tidur dalam dekapan pria itu.

"Om juga mau jadi Ayahnya Ayan, ada caranya loh biar Om bisa jadi Ayahnya Ayan." Elvin terkikik geli.

"Beneran? Apa itu Om?" Tanya Elvin mengangkat wajahnya menatap Elvin.

"Minta Bundanya buat nikah sama Om, otomatis Putranya Bunda Ayan juga akan jadi Putranya Om. Gimana?" Tanya Elvin tersenyum lembut.

"Kalo Bundanya gak mau gimana?" Tanya Rayyan polos, Elvin nampak berfikir sejenak.

"Pasti mau kok, asal Ayan bujuknya harus serius." Ucap Elvin memasukan racun dalam benak Rayyan yang polos.

"Berarti kalo Ayan punya Ayah lagi, nanti Bunda juga bakal punya bayi kaya temen Ayan?" Elvin ingin tertawa mendengar pertanyaan Rayyan barusan.

"Ayan pengen punya dede Bayi gak?" Tanya Elvin mulai tersenyum licik, dia ingin membuat Rayyan berada di pihaknya.

"Pengen, tapi kata temen Ayan. Ayan-nya gak punya Ayah makanya Ayan gak akan punya dede Bayi." Ucap Rayyan murung.

"Kalo nanti punya Ayah, berarti Ayan bakal punya dede Bayi. Makanya minta Bundanya buat setuju kalo di nikahi sama Om, ya?" Tanya Elvin lagi, dia beneran ingin tertawa saat memberikan banyak intruksi pada Rayyan yang masih sangat polos.

"Tapi om Jaka juga bilang gitu, katanya mau nikahi Bunda." Ucap Rayyan jujur.

"Siapa Om Jaka?" Tanya Elvin geram, berani sekali pria lain ingin meminang calon istrinya, pikir Elvin.

"Om Jaka itu, yang kumisnya kaya gini." Rayyan mencontohkan kumis tebal Jaka yang memenuhi bawah hidungnya.

Elvin ingin tertawa dengan sikap Rayyan itu, hingga suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan mereka. Elvin berjalan dan membukakan pintu kamar tersebut.

"Eh? Ca?" Ucap Elvin mendapati sang pujaan hati berada di ambang pintu.

Terpopuler

Comments

Khafiza Achmad

Khafiza Achmad

kumis bang Jaka kaya kumisnya pak Raden,tebel kaya aspal

2024-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!