Bab 8

Malam itu setelah Latica sholat malam dia keluar dari kamar, merasakan hawa sejuk yang menusuk di kulitnya. Latica hendak mencuci pagi hari agar nanti siang dia bisa membeli beberapa kebutuhannya di pasar.

"Aku harua selesaikan ini dulu sebelum Bu Lestari datang." Latica tersenyum, dengan senandung sholawat yang lembut keluar dari bibirnya.

Seorang pria terdiam mendengarkan lantunan lembut itu, pria itu terdiam. Selama satu bulan dia tak dapat berbicara dengannya, mata Latica selalu menatap ke lantai dan tak pernah melihat dirinya.

'Aku harus apa?' Elvin menekan dadanya yang berdebar hebat, namun otaknya tak sejalan. Pertanyaan sejenis itu terus saja bergulir dalam kepalanya, dan hatinya selalu memberikan jawaban yang dia inginkan tapi tak dapat dia lakukan.

"Ehem!" Latica terperanjak saat mendengar deheman itu, dia langsung menunduk dan tak berani mengangkat kepalanya.

"Apa aku semengerikan itu?" Tanya pria itu, Latica menggelengkan kepalanya cepat.

'Ya Allah apa yang harus aku lakukan? kata Bu Lastri Tuan muda ini sangat amat sensitif. Apa dia terganggu karena aku mencuci pagi sekali?' Gumam Latica dalam hati, susah payah dia menelan salivanya.

"Angkat kepala mu, saat orang bicara kamu harus menatap matanya." Ucap Elvin tegas, Latica membulatkan matanya.

'Aduh, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak berani angkat kepala.' Gumam kembali Latica, Elvin merasa gemas dengan tingkah Latica.

"Latica bukan?" Tanyanya lagi, Latica kembali mengangguk lagi dan sekarang tubuhnya gemetaran. Baru juga mendapatkan gaji pertama, kenapa dia harus berurusan dengan Tuan Mudanya?

"Angkat kepala mu Latica, aku tidak akan memarahi mu. Tapi setidaknya kamu harus sopan pada orang yang sedang bicara pada mu, kamu harus menatap matanya!" Latica terperanjak, seketika dia mengangkat kepalanya.

"Eh?" Latica tertegun, bagaimana dia tidak tertegun? Dia bertemu dengan satu-satunya pria yang pernah memberinya bunga. Keluarga Latica memang sangat menyayanginya, namun mereka bukan tipe orang yang akan memberikan bunga pada orang yang di sayangi.

"Kenapa? Apa ada yang salah di wajah saya?" Tanya Elvin kebingungan, Latica langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Saya baru datang dan lapar, apa ada sesuatu yang bisa saya makan sekarang?" Elvin berjalan menuju dapur, Latica mengekor di belakangnya karena merasa tidak enak bila majikannya lapar dan dia diam saja.

"Ada mie instan Pak, biar saya buatkan dulu." Latica mengambil mie dari laci penyimpanan.

"Pak? Apa aku setua itu?" Elvin bersandar ke dinding dengan kedua tangan di lipat di dada, dia memperhatikan bagaimana Latica memotong sawi.

"T-tidak, s-saya tidak menyebut anda tua kok." Latica gugup seketika, Elvin terkekeh melihat tingkah Latica.

"Kenapa memanggil saya Pak?" Latica terdiam, dia menghela nafas panjang.

"Maafkan saya Tuan muda, saya tidak sopan." Ucap Latica, Elvin kembali terkekeh mendengarnya.

"Kenapa harus memanggil ku Tuan muda? Panggil nama saja." Elvin meriah mie instan yang di ambil Latica.

"Saya tidak berani, itu sangat tidak sopan." Ucap Latica, dia terdiam karena mie yang akan dia masak di ambil oleh Elvin.

"Kamu pasti lebih muda dari ku, panggil saja Kak Elvin atau Mas Elvin. Jangan panggil aku Tuan Muda atau Pak seperti tadi. Satu lagi, mie instan tidak baik di makan di jam segini. Bagaimanapun aku ini dokter, kamu bisa membuat yang lain bukan?" Latica mengigit bibir bawahnya.

"Baik, saya akan buat yang lain. Apa yang Kak Elvin inginkan?" Elvin tersenyum mendengar panggilan baru Latica.

"Tumis saja sawi-nya dan masak telur di campur nasi di buat jadi omlet, bisa?" Latica mengangguk denan cepat, dia langsung mengambil bahan lainnya dan langsung memasak dengan cepat.

Kurang dari 15 menit, makanan yang di minta oleh Elvin telah matang, Elvin menatap Latica yang nampak kembali ke belakang. Elvin menghela nafas panjang.

'Kayanya dia gak inget, padahal aku hanya pernah memberi bunga pada satu orang perempuan.' Gumam Elvin dalam hati.

Sedangkan di belakang Latica merasakan dadanya berdetak sangat cepat, namun dia langsung teringat dengan Rayyan dan langsung menggelengkan kepalanya. Meski dia pernah mencintai Elvin dulu, tapi itu hanya akan jadi masa lalu dan tidak akan pernah ada harapan untuk sekarang.

'Apa yang baru saja aku fikirkan? Kenapa aku memikirkan hal yang tdak seharusnya. Fokus Latica, lagi pula Kak Elvin kayanya udah gak inget lagi sama aku.' Ucap Latica dalam hati, bagaimanapun saat di kampus dulu banyak sekali wanita yang mengagumi Elvin.

Elvin adalah idola para wanita, banyak yang mencari perhatian di hadapannya. Namun Latica tak pernah berani seperi mereka, dia selalu menunduk dan sering memperhatikan Elvin saat dirinya masuk ke mesjid Kampus untuk sholat duha. Di sana dia sering melihat Elvin yang tengah tiduran atau juga melakukan sholat duha.

Hingga sebuah kegiatan kampus dalam rangka mencintai lingkungan di adakan, dan saat itu Elvin membuat bunga mawar putih yang terbuat dari plastik bekas. Sedangkan Latica membuat bunga mawar warna-warni dari sedotan bekas.

Semua fakultas mengikuti kegiatan itu, hingga akhirnya para panitia meminta barang yang mereka buat di hadiahkan kepada orang lain. Elvin nampak di tawarin banyak hadiah, tapi dia tak menerima satupun hadiah itu.

Latica saat itu dalam kebingungan, dia memiliki banyak teman di kampus. Namun mereka nampaknya telah memberikan barang mereka pada teman mereka masing-masing. Sedangkan teman sekamarnya sendiri membeikan hadiahnya pada kekasihnya.

Latica saat itu duduk di emperan masjid dan masih bingung harus bagaimana, dia memperhatikan sekelilingnya yang sepi. Hingga seorang pria duduk di sampingnya dan memberikan karyanya pada Latica.

"Untuk mu," Ucap pria itu, Latica langsung tertegun dan berbalik menatap pria itu. Sosok pria tampan tengah tersenyum kepadanya, sebagai manusia biasa Latica terpesona.

"T-terima kasih, i-ini karya yang saya buat. Mungkin tidak seindah buatan Kakak, tapi setidaknya masih buatan tangan." Latica tersenyum dan memberikan karya yang dia buat.

Karena saat itu mereka berada di tempat yang agak jauh dari keramaian hingga tak ada yang menyadari tentang mereka yang duduk bersama, entahlah saat itu dada Latica ingin meledak rasanya.

Latica tersenyum di depan mesin cuci yang menyala, matanya tiba-tiba basah dan hatinya menjadi sakit. Entah apa yang baru saja dia pikirkan, namun sebagai cinta pertama dan sosok yang di kagumi. Rasanya sangat sulit bagi Latica untuk melupakan Elvin.

'Apa yang aku pikirkan, aku tidak boleh seperti ini.' Latica menekan dadanya yang berdenyut sakit, air matanya kembali mengalir dengan deras. Ingatan kelam itu kembali berseliweran dalam benaknya, namun senyuman Rayyan langsung tergambar dalam ingatannya yang membuatnya untuk tetap kuat demi Putranya.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

apakah pada akhirnya mereka berdua bisa berjodoh dan happy ending.. ya Allah sedih banget bacanya. seandainya aku yang berada diposisi Latica mungkin gak akan bisa menjalani kehidupan dengan baik 😢😢😢😢😢😢

2024-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!