...Cintailah takdirmu, meski pun itu kejam....
...>Zella <...
.......
...☠️☠️☠️...
Suatu ketika pernah ada pepatah yang mengatakan, Amarah yang berlebihan bisa membuatmu kehilangan banyak hal.
Namun pepatah itu hanya angin lalu bagi Zella, dia sudah kehilangan segalanya bahkan kehidupannya yang damai pun sudah hilang. Sampai pada akhirnya, dia hanya memiliki satu tujuan yaitu balas dendam!
"Zella, jangan-" teriakan semua seketika terhenti begitu Zella melayangkan tinjunya.
Buugh.
Bugh.
Plaak.
Beberapa pukulan dan satu tamparan melayang tepat di wajah Sasha, hingga membuat bibirnya robek cukup parah.
Zella mencengkeram leher Sasha seolah ingin mencekiknya, "Denger baik-baik Sashanjing! sekali lagi lo bikin ulah sama gue, saat itu juga nyawa lo di pertaruhkan!"
Degh.
Sasha tak bisa menjawab dia kesusahan berucap karena bagian dalam mulutnya terasa sangat sakit, wajahnya nampak lebam keunguan dan mata kanannya bengkak, dia hanya bisa menatap benci ke arah Zella sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Sampai pada akhirnya, Ziven berlari dan langsung memeluk tubuh Zella dari belakang.
"Zel, udah dia bisa mati! lo nggak mau jadi pembunuh di kampus ini, kan?"
Zella menghela nafas kesal, dia melepas cengkeraman di leher Sasha begitu saja hingga membuat kepala Sasha terhuyung dan hampir menghantam paving.
Ziven melepas pelukannya, dia meraih tangan Zella yang terlilit perban.
"Luka lo terbuka lagi, Zel." Tutur Ziven melihat perban di tangan Zella kembali merah.
Tanpa menjawab ucapan Ziven, Zella menyuruh pemuda itu membalikan tubuhnya.
"Balik badan, Ven." Ujar Zella.
Nafasnya masih terengah-engah, serta emosi yang keluar belum berhasil dia tuntaskan, dan itu membuat moodnya sangat hancur.
Ziven menaikan satu alisnya sambil menatap bingung ke arah Zella, "Emang ada apa, Zel?"
"Jangan banyak tanya deh, gue lagi nggak mood." Protes Zella tampak kesal.
Tak ingin menambah rasa jengkel perempuan itu, Ziven langsung mematuhi perintah Zella. Begitu dia berbalik, tanpa permisi Zella melingkarkan kedua tangannya di leher Ziven.
"Gendong, gue nggak punya tenaga buat jalan." Ujarnya tanpa malu.
"L-lo serius?"
Ziven bertanya dengan gagap, jantungnya tiba-tiba berdegup sangat cepat di susul semburat merah di kedua pipinya.
"Lo nggak tuli, kan? buruan deh gue nggak suka ngulang perintah."
Mau tak mau Ziven akhirnya menggendong Zella, dia tak ingin menambah mood Zella semakin buruk. Sebelum mereka pergi Zella menyuruh salah satu mahasiswa di sana untuk membawa Sasha ke rumah sakit.
"Salah satu dari kalian, bawa tuh Sashanjing ke rumah sakit. Jangan sampai dia meninggal di sini!" ujar Zella.
Para mahasiswa yang merasa takut dengan tatapan Zella, akhirnya mengangguk setuju namun ucapan Zella selanjutnya membuat semua orang yang ada di sana membeku termasuk Ziven.
"Peringatan buat Sasha juga berlaku buat kalian semua! Selagi gue masih diam, jangan pernah kalian mengusik gue kalau kalian tidak ingin kejadian seperti ini menimpa kalian, paham!"
Zella mengamati semua orang yang ada di sana, perlahan mereka semua mengangguk sambil menundukkan kepala. Merasa sudah cukup Zella mengajak Ziven pergi menuju Unit Kesehatan Kuliah, tangannya mulai terasa perih dan dia ingin segera melepas perban yang sudah basah oleh darah.
...***...
Di seberang jalan, lebih tepatnya sebuah mobil yang sedang berteduh di bawah pohon cemara. Di dalam mobil tersebut nampak seorang pria yang sejak tadi sudah mengamati perkelahian di halaman kampus Lucifer.
Dia Kennan, pemuda yang menjadi asisten Elzion. Awalnya dia berniat menuju kediaman Elzion, namun tanpa sengaja dia melihat mobil Zella memasuki pekarangan kampus.
Hingga akhirnya Kennan memutuskan untuk berhenti dan melihat Zella, tanpa dia duga dia melihat adegan kekerasan terpampang nyata dari perempuan itu.
Kennan semakin di buat terkejut, ketika Zella menghajar seorang gadis tanpa ampun bahkan nampak gadis itu sangat babak belur.
"Jadi dia tidak hanya kejam pada Arzen, tapi pada semua orang yang mengganggunya?" gumam Kennan tanpa mengalihkan pandangan dari perkelahian itu.
Saat dia sedang fokus mengamati situasi, dia kembali di kejutkan dengan kedatangan seorang pemuda yang langsung mencegah Zella.
Kedua pupil mata Kennan melebar begitu melihat interaksi mereka, nampak pemuda itu sudah terbiasa melerai dan menenangkan Zella.
"Siapa dia? apa Zion tau kalau ada pria lain yang sedang mendekati istrinya?"
Kennan mengambil ponselnya lalu memotret Zella yang sedang berada di gendongan pemuda itu, Kennan menarik salah satu sudut bibirnya hingga membentuk seringai.
"Zion harus tau kelakuan istrinya selama ini," gumam Kennan.
Dia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku, lalu menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan area kampus Lucifer.
...***...
Ziven baru saja sampai di UKK, dia langsung membantu Zella melepas perban di tangannya. Ketika perban sudah terbuka, kedua pupil mata Ziven langsung melotot. Dia melihat telapak tangan Zella di penuhi staples tembak.
"Zel, ini apa? Kenapa tangan lo jadi kaya gini hah?" sentak Ziven tanpa sadar meninggikan suaranya.
"Jangan cerewet, Ven! Gue cape." Sahut Zella yang kini sudah berbaring di ranjang UKK.
"Tapi lo perlu kerumah sakit, Zel! Tangan lo bisa infeksi kalo kaya gini." Cecar Ziven.
"Nanti lah, toh gue nggak bakal mati karena luka segini." Sahut Zella enteng.
Ziven mendengus sebal, " Mulut lo emang nggak bisa bicara yang baik-baik, Zel?"
"Nggak, udah dari sananya gue kaya gini."
Ziven menggelengkan kepalanya pelan, dia melihat bibir Zella sedikit pucat dan keringat yang berada di keningnya semakin banyak.
"Lo sakit, Zel?" tanya Ziven.
Dia mengambil tisu lalu menyeka keringat di kening Zella, sedangkan Zella memilih memejamkan kedua matanya.
Mereka berdua saling diam untuk beberapa saat, Ziven mengamati wajah Zella dari dekat. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik serta alisnya yang sedikit tebal, di tambah sifat bar-bar yang di miliki Zella semakin membuat Ziven mengaguminya.
Sosok Zella yang baru, membuat dia teringat dengan seseorang. Di tengah kekaguman Ziven, tiba-tiba dia mendengar perkataan Zella yang terkesan aneh.
"Ven, menurut lo dunia ini apa? Fiksi atau kenyataan?" Zella bertanya tanpa membuka kedua matanya.
Meski pertanyaan itu membuat Ziven heran, namun dia tetap menjawabnya.
"Bagi gue dunia ini nyata, dan nggak ada yang namanya dunia fiksi, Zel."
"Kalau misalnya lo masuk ke dalam novel, gimana? Apa lo bakal berubah jadi jahat kalo lo memasuki karakter yang memiliki banyak beban hidup dan menjadi korban keegoisan semua orang?" kini Zella memiringkan tubuhnya menghadap Ziven.
Senyum simpul terlihat di wajah pemuda itu, dia menatap lembut ke arah Zella. Tatapan yang membuat Zella kebingungan, seakan Ziven sedang melihat orang lain pada dirinya.
"Nggak, gue bakal tetap menjadi diri gue sendiri! nggak perduli julukan apa yang melekat dan sebenci apa orang-orang sama gue, itu nggak bakal merubah keadaan bahwa tuhan masih sayang sama gue dan memberi gue kesempatan kedua untuk menjadi orang yang lebih baik."
Ziven menjeda ucapannya, dia meraih kedua tangan Zella lalu menggenggamnya dengan lembut.
Ziven kembali melanjutkan perkataannya, "Terkadang kita hanya kurang bersyukur dan menyalahkan takdir yang membelenggu kehidupan kita, tanpa tau kalau kehidupan kali ini adalah jalan utama menuju kunci kebahagiaan yang kita inginkan."
"Tapi kalo lingkungan dan orang di sekitar lo yang bikin lo jadi antagonis, apa yang bakal lo lakuin?" Zella sangat penasaran dengan jawaban Ziven, dia ingin tau pendapat orang lain jika menjadi karakter penjahat.
Hingga tiba-tiba Ziven merubah raut wajahnya menjadi dingin, tatapannya sangat tajam di susul senyum yang menghilang. Zella nampak terkejut, dia bangun dari ranjang secara mendadak suasana di dalam ruangan itu seketika berubah mencekam.
"Zel, jangan bilang lo.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sofi Sofiah
luar biasa teka teki cerita yg sangat di tunggu2
2024-05-05
0
Fitria Uncoe
kalo perlu mrka cerai j thor, biar Zella m Zevan tpi sblm t balas dendam dlu....
2024-05-04
0