Lily kembali mengoperasikan laptopnya, wajah gadis itu terlihat sedikit lebih cerah, sepertinya dia tidak mengalami banyak hambatan saat melakukan sesuatu, namun Bastian tiba-tiba saja menerima panggilan lewat ponselnya, yang membuat pria itu bergegas menjauh. Dia segera berjalan menuju jendela, untuk memastikan bahwa suaranya tidak akan mengganggu Lily yang saat ini tengah sibuk.
Berselang beberapa menit, Bastian kembali, dia mendekat ke arah Lily, kemudian berbicara dengan suara yang sangat perlahan. ''Nona Lily, anggota kita telah mendapatkan lokasi di mana tuan Damian disekap, namun sepertinya kita memiliki sedikit kesulitan, karena itu berada di sebuah pulau yang mengharuskan menggunakan pesawat."
Lily melirik ke arahnya, "Aku tahu!"
Gadis itu kembali menggerakkan tangannya dengan sangat cepat, dia menguraikan beberapa pola khusus sebelum akhirnya tersenyum sambil berdiri dari kursi yang didudukinya.
"Ayo pergi!" ucap Lily.
"Kemana? Bukankah pekerjaanmu belum selesai, Lily?" tanya tuan Brahma Aditya.
Gadis itu mengerutkan keningnya. "Tentu saja untuk menyelamatkan Damian!"
"Tapi nona, pulau tersebut sangat terpencil dan tidak mungkin ada pesawat yang terbang ke arah sana," ucap Bastian, wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Bukankah kita bisa mempergunakan jet pribadi?" tanya Lily.
"Aku memang memilikinya, tapi untuk saat ini tidak bisa digunakan, karena satu-satunya orang yang bisa menerbangkannya tidak berada di tempat ini." ucap tuan Brahma Aditya.
Lily tertawa pelan, "Tentu saja dia tidak berada di sini, karena orang itu sendiri yang telah menculik Damian."
"Apaaa?" Bastian dan Tuan Brahma Aditya langsung berteriak dengan suara yang sangat nyaring.
Lily berjalan dengan santai, dia keluar dari ruang kerja milik Damian sambil menenteng laptop miliknya diikuti oleh tuan Brahma Aditya dan Bastian.
Beberapa orang pegawai nampak saling berbisik melihat keberadaan Lily, mereka sepertinya sangat penasaran dengan identitas gadis itu.
Tuan Brahma Aditya langsung melirik dengan mata tajamnya. "Lanjutkan pekerjaan kalian! Jangan terlalu banyak bergosip! Dan satu hal lagi, mulai sekarang bersikaplah lebih sopan terhadap Lily, dia itu calon cucu menantuku, tunangan Damian."
Para pegawai nampak saling berpandangan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala.
"Selamat siang, Nona Lily." ucap mereka bersamaan, Lily hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala, sementara dari kejauhan terlihat seorang OB berjalan dengan membawa teh di dalam nampan, langkahnya semakin dekat ke arah Lily.
Dia menghentikan kakinya sekejap untuk melirik, sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaannya kembali, namun baru saja beberapa langkah, tiba-tiba saja Lily memanggilnya.
"Kamu! OB!"
Pemuda itupun berhenti, kemudian berbalik ke arah Lily sambil mengerutkan dahinya. "Anda memanggil saya, nona?"
"Tentu saja, memangnya kau pikir di sini ada OB lain?"
Pemuda itu tersenyum kecut. "Apakah anda menginginkan sesuatu?"
Lily menatap dengan sangat tajam ke arahnya, "Tentu saja, jika tidak, untuk apa aku memanggilmu? Apakah kau merasa betah bekerja di tempat ini?"
Pemuda itu segera menganggukkan kepalanya, "Tentu, saya mendapatkan gaji yang lebih dari cukup untuk bertahan hidup."
"Benarkah? Kurasa gaji OB hanya cukup untuk makan sehari-hari, jam tangan Tudor Clair de Ross, paling tidak harganya sekitar 100 jutaan. Parfum Calvin Klein Etternity Eau De Toilette harga 849.000/100 ml. Sepatu samba OG harga 2.200.000, Apakah seorang OB digaji 200 juta per bulan, sehingga mampu mempergunakan barang-barang yang mewah? Sepertinya itu kurang masuk akal!" ucap Lily sambil melengkungkan senyuman tipis.
Bastian dan tuan Brahma Aditya saling berpandangan, mereka bahkan sama sekali tidak memperhatikan penampilan OB tersebut. Namun apa yang diucapkan Lily benar, pria itu sangat mencurigakan. Jika dia memang benar-benar seorang OB, tidak mungkin mempergunakan barang-barang mewah, bahkan para pekerja kantor masih menggunakan barang-barang KW, karena gaji mereka hanya berkisar antara satu atau dua digit.
"Nona, sepertinya anda salah paham, benda-benda ini dibeli dengan uangku sendiri," ucap pria tersebut sambil tersenyum.
Namun Lily mengetahui, bahwa pria itu saat ini tengah berbohong. "Benarkah? Apakah kau seorang pria kaya? Tapi kenapa memilih pekerjaan menjadi seorang office boy di perusahaan ini? Bukankah masih banyak pekerjaan lain? Jika barang-barang yang kau gunakan itu benar-benar milikmu, bukankah seharusnya kau juga sanggup untuk berkuliah di luar negeri, sehingga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?"
Pria itu nampak kikuk, dia tak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gadis kecil di depannya.
"Katakan padaku! Berapa banyak uang yang telah diberikan oleh Anton Wijaya untuk menjadi mata-mata di perusahaan ini?" tanya Lily sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Apa maksudmu, nona? Aku adalah office boy yang baru saja direkrut selama 2 bulan terakhir, dan sama sekali tidak mengenal orang dengan nama yang anda sebutkan!" jawab pria itu, keringat mulai mengucur di dahinya.
"Benarkah? Bagaimana jika aku mengatakan bahwa ayahmu hanyalah seorang ojol dan ibumu pembantu rumah tangga, namun kau mempergunakan barang-barang mewah? Ini sangat tidak masuk akal." jawab Lily kembali, membuat pria itu bergetar ketakutan.
Awalnya dia berpikir bahwa Lily akan mempercayai alasannya, namun ternyata gadis itu telah memeriksa data dirinya dan mengetahui alamat rumah yang di tempatinya, sekaligus mengerahkan beberapa orang mata-mata untuk mengikuti pemuda itu.
"Dan kau! Gadis yang mempergunakan pakaian ketat, kemari! Apa kau pikir ini klub malam, sehingga mempergunakan pakaian yang kurang bahan? Tubuhmu itu terlalu besar, sehingga pakaian kecil ini tidak mampu menutupi sepenuhnya. Siapa orang yang ingin kau goda? Damian?" tanya Lily.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya, namun bibirnya tetap menyunggingkan senyuman yang sangat manis. "Nona muda, tidak ada peraturan tertulis tentang pakaian yang harus digunakan oleh seorang pegawai di perusahaan ini, lagi pula aku adalah sekretaris bos, jadi tentu saja penampilanku harus sesempurna mungkin, agar tidak mempermalukan Bos Damian."
"Apa kau pikir aku tidak mengetahui trik yang digunakan oleh seorang jalang untuk menjerat korbannya? Kau sengaja melakukan hal itu, agar Damian tergoda olehmu." ucap Lily membalas kesombongan gadis itu.
"Kalian berdua memang sangat tidak tahu malu! Bahkan hanya demi uang yang tidak seberapa, kalian telah menunjukkan sikap yang angkuh di depanku! Apakah kalian berpikir, bahwa aku tidak mengetahui apapun? Sayangnya aku telah berhasil mengenali kalian, bahkan dari saat aku menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di perusahaan ini," ucap Lily.
Deg...
Deg...
Deg...
Detak jantung ke dua orang itu tiba-tiba melaju dengan sangat cepat, wajah mereka langsung pucat, namun beberapa saat kemudian segera menguasai situasi dan kembali bersikap biasa.
"Apa yang kau ketahui?" gadis itu menatap tajam ke arah Lily.
"Kau benar-benar ingin mengetahuinya? Tapi kuharap setelah ini kau bisa menjadi lebih tebal muka, karena semua orang yang berada di tempat ini memiliki telinga. Mereka juga bisa mendengar dengan sangat jelas apa yang akan aku ucapkan," jawab Lily.
"Apa maksudmu?" gadis itu terlihat sangat marah, namun dia tidak bisa gegabah, apalagi saat ini ada Bastian dan tuan Brahma Aditya bersama Lily.
"Kau adalah putri dari Johan Fernandez, salah seorang pegawai yang pernah dipecat dari perusahaan ini karena melakukan korupsi, ayahmu saat ini berada di dalam penjara, statusmu sendiri adalah simpanan dari tuan Anton Wijaya. Nama aslimu Felicia Fernandez tapi kau memalsukannya dan menggunakan nama Eva. Apakah itu cukup jelas ataukah aku harus mencari tahu lebih banyak lagi tentangmu?" jawab Lily hingga membuat para pegawai yang saat ini tengah bekerja langsung ribut.
Mereka berkasak-kusuk sambil mendiskusikan tentang tuan Johan Fernandez yang sebelumnya pernah korupsi besar-besaran, saat menjabat menjadi bagian administrasi perusahaan Damian.
"Kau!" gadis itu menunjuk wajah Lily, dia melompat dan berniat untuk melukai gadis kecil yang saat ini berdiri di depannya, namun Lily tidak akan membiarkan dirinya terluka, dengan cepat, dia menggerakkan tangan dan juga kakinya, untuk memberikan serangan sambutan pada gadis itu.
Bugh...
Bugh...
Duagh...
"Bastian! Bawa mereka! Dan ingat! Jangan sampai manajer personalia itu lolos!" ucap Lily. Beberapa orang pria bertubuh kekar segera mendekat, kemudian menyeret OB dan sekretaris sombong itu keluar, sementara pria lainnya bergegas menuju ruangan manager personalia.
"Ayo kakek!" ajak Lily
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🌸 Airyein 🌸
Nah denger tuh lu pada 😎
2024-10-23
1
Nia Risma
suka cerita yg sat set gini tanpa banyak drama nya
2024-09-27
1
Note 2
tanpa basa basi lgsg gercep
2024-08-26
2