Setelah mendapatkan perawatan beberapa hari, Lily kembali pulang ke rumah kontrakan mereka yang kecil. Mona, ibu Lily bekerja sebagai seorang buruh pemetik teh. Sementara Yanuar, sang suami, telah pergi meninggalkan mereka karena sebuah kecelakaan besar saat tengah bekerja di tambang.
Rumah itu terlalu sempit, hanya ada 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Selama beberapa tahun terakhir, Lily menempati kamar depan, sementara adiknya Dany, tidur di kamar tengah bersama sang ibu.
"Beristirahatlah nak, kau tidak perlu lagi datang ke sekolah, ibu sudah mengunjungi kepala sekolahmu kemarin dan meminta agar mereka mengeluarkan ijazahmu segera," ucap Mona.
Lily mengurutkan keningnya, "Kenapa bisa seperti itu, ibu?"
Mona menarik nafas panjang sebelum akhirnya menceritakan kejadian beberapa bulan yang lalu, pada saat Lily dibawa ke rumah sakit, keluarga Ferdinand meminta agar Mona tidak melaporkan putri mereka Yura pada polisi, sebagai gantinya seluruh biaya rumah sakit akan ditanggung oleh pihak keluarga besar, bahkan Lily akan mendapatkan ijazah kelulusannya, meskipun tidak melanjutkan pendidikan.
Sebagai seorang pebisnis besar yang memiliki kehormatan tinggi dan begitu banyak disanjung oleh orang-orang, tentu saja tuan Ferdinand tidak ingin nama baik mereka tercemar, hanya karena kelakuan putri manjanya. Karena itu mereka pasti akan berbuat sesuatu, untuk memudahkan apa yang diinginkan oleh Lily.
"Baiklah..." jawab Lily, dia bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Setiap pagi Mona akan pergi untuk bekerja, dia kembali ke rumah sekitar pukul 17:00 sore harinya. Sementara Lily berusaha untuk bangkit, dia akan membentuk kembali karakter Elena dalam hidup keduanya, meskipun tubuh yang dia tempati saat ini sangatlah lemah, namun dengan perjuangan dan semangat yang tidak kenal lelah, gadis itu terus berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Setiap pagi dia akan berlari di lapangan, kemudian melakukan olahraga lainnya. Setelah beristirahat sejenak, dia kembali melakukan pergerakan jurus-jurus beladiri, kemampuannya di masa lalu mengajarkan dia untuk tidak tunduk kepada siapapun.
"Keluarga Ferdinand, tunggu kehancuran kalian!" gumamnya dengan suara yang sangat pelan sambil mengepalkan kedua tangannya, dia telah menargetkan keluarga tersebut sebagai pihak pertama yang akan mendapatkan pembalasan.
Yura harus mengalami apa yang selama ini telah dialami oleh pemilik tubuh yang ditempatinya, dia berjanji jalan di masa depan akan semakin sulit untuk keluarga itu bisa berkembang.
Kemampuan Elena tidak hanya terbatas pada fisik, namun dia memiliki kemampuan lain sebagai seorang hacker. Dia hanya harus memiliki satu laptop, maka dalam sekejap seluruh usaha yang dibangun oleh keluarga Ferdinand akan segera hancur hingga tak tersisa.
Satu bulan berlalu dengan sangat cepat, perkembangan Lily semakin terlihat, tubuhnya mulai menonjolkan otot-otot yang sangat kuat, dia terus menempa dirinya dengan berbagai pelatihan berat.
Hari ini Mona baru saja mendapatkan kabar buruk, ibunya yang bernama Resti masuk rumah sakit, sehingga dia bergegas untuk pulang kampung. Sementara Lily akan tetap tinggal di kontrakan mereka, gadis itu menolak untuk ikut serta.
"Kamu yakin tidak ingin ikut, Lily?" tanya Mona. Lily menganggukkan kepala, ada banyak sekali rencana yang telah tersusun dalam otak cantiknya, dia tidak mungkin meninggalkan rumah itu, apa pun yang terjadi.
"Jaga rumah baik-baik, kalau ada apa-apa jangan lupa untuk menghubungi ibu." ucap Mona.
Lily kembali mengangguk, dia segera berjalan menuju kamarnya. Sebuah celengan berbentuk ayam jago yang terbuat dari keramik baru saja dia pecahkan, selama hampir 10 tahun, Lily menyimpan seluruh uang saku yang diberikan oleh orang tuanya.
Kali ini dia mulai menghitung satu persatu, ada satu juta dua ratus ribu yang terkumpul. Dia memberikan satu juta kepada ibunya untuk biaya perjalanan sekaligus kebutuhan mereka selama di kampung, sementara dirinya memiliki pegangan 200.000 untuk makan dan kebutuhan sehari-harinya.
"Lily..." suara Mona bergetar, matanya terlihat berkaca-kaca saat menerima uang itu. Dia tentu tahu jika putrinya tidak mudah mengumpulkan uang sebanyak itu dan harus menyimpan seluruh uang saku yang diberikan olehnya ataupun sang suami beberapa tahun yang lalu, namun tanpa ragu gadis itu memberikan 75% padanya tanpa memikirkan kehidupannya sendiri.
"Ibu tidak perlu khawatir, di masa depan aku tidak akan membiarkan keluarga ini kekurangan. Pergilah ibu, temani nenek. Jika dia telah sehat, ajak untuk tinggal bersama kita," ucap Lily sambil memeluk sang ibu.
"Ibu mengerti," Mona menghapus air matanya menggunakan telapak tangan dan mengelus kepala Lily.
"Anak baik," ucap sang ibu, meski jauh di lubuk hatinya dia tidak terlalu yakin dengan apa yang diucapkan oleh Lily, namun sebagai seorang ibu, doa terbaik pastinya akan selalu dia curahkan untuk kebahagiaan dan juga masa depan putrinya.
Jika Lily memiliki niat untuk merubah kehidupan mereka di masa depan, maka hal yang paling penting untuk dirinya hanyalah mendukung agar gadis itu tetap memiliki semangat juang yang tinggi.
"Umm... Ibu hati-hati, titip salam untuk nenek." ucap Lily. Dia segera mendekat ke arah Dany dan memeluknya.
"Jangan merepotkan ibu! Anak laki-laki harus bisa menjaga keluarganya." ucap mona sambil mengelus kepala bocah itu.
"Kakak tidak perlu khawatir, aku akan menjaga ibu." jawab Dany sambil mengangkat jari kelingkingnya.
Lily tersenyum tipis sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari sang adik, keduanya terlihat sangat harmonis dan saling menyayangi, hingga membuat Mona tak kuasa menahan rasa sedihnya.
Mona dan Dany keluar dari rumah, keduanya sudah naik ojek untuk pergi menuju terminal. Saat sosok mereka menghilang melewati belokan, aura yang dikeluarkan oleh Lily berubah menjadi dingin, matanya terlihat sangat tajam.
Malam harinya Lily tak bisa tidur, perutnya terasa sangat lapar, namun tidak ada sisa makanan di dapur. Sepertinya dia lupa untuk membeli persediaan selama Mona berada di kampung, mau tak mau gadis itu pun segera keluar dari rumah, hari telah menunjukkan pukul 23:00 malam.
Gadis itu berjalan dengan sangat tenang, hingga suara tembakan membuatnya langsung waspada. Dia melompat ke arah pohon besar dan berlindung untuk menghindari orang-orang yang saat ini terlibat baku tembak tak jauh dari tempatnya.
"Hahaha... Kau tidak akan pernah bisa selamat dariku, Damian!" ucap seorang pria berkulit hitam, tubuhnya terlihat berkilat karena keringat dan juga pantulan dari lampu jalan. Dia mengarahkan moncong senjatanya ke depan, kemudian menarik pelatuknya.
Dor...
Dor...
Dor...
Tiga kali tembakan segera meluncur ke arah pemuda yang saat ini tengah berlari dengan nafas yang mulai memburu, membuat tubuhnya ambruk seketika. Lily menahan nafas sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
Bruk...
Pemuda itu tersungkur di atas jalanan beraspal, sementara pria berkulit hitam bersama orang-orangnya segera pergi meninggalkan tempat itu, mereka takut jika suara tembakan akan membuat orang-orang berbondong-bondong ke sana.
Lily bergerak, dia memeriksa keadaan pemuda itu. "Kau terluka! Aku akan membawamu ke rumah sakit."
Pemuda itu menggelengkan kepala, matanya hampir saja tertutup. "Jangan!"
Dahi Lily berkerut, tak lama kemudian gadis itu menganggukkan kepala. "Tetap sadar! Aku akan membawamu ke rumahku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
AuroraRora
gaskeun gais
2024-10-23
1
Qaisaa Nazarudin
Uuhh gak sabar aku menunggu tuh keluarga hancur lebur..
2024-09-11
2
🍁FAIZ❣️💋𝐇𝐖𝐀①①🆁&🅶👻ᴸᴷ
Seneng bingit kalo bintang utamanya tangguh dan pemberani gini.. gak kayak yang ono di tindas malah memaafkan.. NAIF
2024-07-30
5