Bianca yang semula memiliki niat lain atas kedekatannya dengan Alvino, tapi sekarang gadis itu tidak bisa menampik bahwa dirinya seringkali terpesona oleh pesona seorang Alvino. Terkadang Bianca juga kehilangan kendali saat terang-terangan menatap lelaki itu penuh cinta.
Bagiamana tidak jatuh cinta jika hampir setiap hari Bianca diperlakukan sangat istimewa oleh Alvino. Apartemen mewah, kebutuhan yang tercukupi, juga kasih sayang yang melimpah semuanya Alvino berikan untuk Bianca. Dan mana mungkin Bianca se-munafik itu untuk menutup hati padahal jelas-jelas Alvino sudah berada didalam sana.
Sempurna. Satu kata untuk Alvino adalah sempurna. Pemuda tampan dan gagah itu sangat berhati malaikat. Tidak pernah Bianca menemui orang sebaik dan setulus Alvino didunia ini. Bianca yang semula mengolok James untuk membuat Alvino bahagia, tapi justru malah berinisiatif dan bersemangat untuk membuat lelaki itu senang.
Apartemen Bianca~
Alvino baru saja tiba di apartemen yang sudah hampir satu minggu ditempati Bianca. Lelaki itu selalu menyempatkan diri untuk menemui Bianca disela kesibukannya yang padat. Bukan hanya mengunjungi, Alvino juga sudah dua kali menginap disana.
"Lusa aku ada pekerjaan di kota B, ku harap kau mau menemaniku kesana." Alvino duduk di sofa sambil melonggarkan dasi yang melingkar dilehernya.
"Mana mungkin begitu Al, aku tidak mau mengganggu pekerjaanmu." Bianca menaruh minuman dingin yang baru saja diambil, menaruh di atas meja kemudian menuangkannya kedalam gelas.
"Siapa yang bilang mengganggu Bee? aku yang memintamu." Alvino meraih gelas yang sudah terisi kemudian menenggaknya sedikit. "Kebetulan kota yang akan aku kunjungi berada didekat laut, anggap saja kita akan liburan. Kau juga pasti suntuk kan setiap hari hanya diam dirumah."
"Baiklah.. Aku akan menuruti apapun keinginanmu Al." Bianca menyimpulkan senyuman manisnya. Selalu tampil sebagai gadis yang penurut, tidak pernah mendebat apapun yang ingin Alvino lakukan justru membuat gadis itu seperti bertekuk lutut sungguhan.
"Al? hm.. Sepertinya panggilan itu terlalu biasa.. Kapan kau akan memanggilku sebagai seorang kekasih?" Alvino menatap gadis yang belakangan ini menghangatkan hatinya. Pancaran mata keduanya sudah jelas menyiratkan bahwa mereka memang saling mencintai.
"Apa maksutmu.. Kau ingin aku memanggilmu apa?"
"Sayang.. baby.. atau apapun itu." Alvino meraih wajah Bianca dan menatap gadis itu semakin intens. "Bee, itu panggilan sayangku untukmu.." Suara Alvino begitu lembut terdengar. Hembusan napas Alvino bahkan bisa di rasai menerpa kulit Bianca.
"Kalo begitu aku akan memanggilmu Honey. Lebah dan madu adalah perpaduan yang cocok bukan?"
Hahaha.. Keduanya tergelak. Tertawa begitu renyah.
"Panggilan yang bagus.. haha.. Kau selalu saja membuatku tertawa." Alvino masih tertawa kecil karena candaan yang diciptakan Bianca. Baru kali ini Alvino merasakan zona seperti ini.
"Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang~"
"Sudah makan?" tanya Alvino dan Bianca menggelengkan kepala. "Kita kencan malam ini." Alvino lalu beranjak dari sofa untuk mengambil kaos polos favoritnya. Dibanding memakai setelan jas, Alvino lebih suka dengan kain ringan itu. Begitupun Bianca. Bianca juga ikut berganti pakaian, bergaya santai seperti anak muda pada umumnya.
"Sudah siap?" tanya Alvino yang sudah kembali duduk di sofa menunggu Bianca selesai.
"Sudah Honey.. Ayo kita berangkat." Bianca tersenyum manis sambil malu-malu karena memberanikan diri memanggil Alvino seperti itu.
"Hahaha.. Kau manis sekali." Alvino merentangkan tangan meminta sebuah pelukan dan tanpa menunggu lama Bianca langsung naik kepangkuan Alvino dan memeluknya.
Lalu dua insan itu melakukan sesi makan malam diluar. Hangout disebuah pusat perbelanjaan menghabiskan waktu hingga larut malam. Menciptakan kemistri sebagai sepasang kekasih yang semakin nyata.
~
Sam sedang bersama Alice di apartemen miliknya. Dua insan itu juga sedang merajut kasih tidak kalah dengan Alvino. Namun bedanya Sam dan Alice sering melakukan hubungan badan, sementara Alvino dan Bianca belum se-intim itu.
Sam begitu terpikat dengan gadis yang membuatnya terpesona itu. Bahkan Sam meminta gadis itu untuk berhenti bekerja agar bisa menemaninya kapanpun ia mau. Sam berani menjanjikan uang saku untuk Alice meskipun sebenarnya ia juga tidak tahu bagaimana caranya mencari uang.
Sedang bersantai diruang tengah~
"Mana mungkin aku berhenti bekerja, Sam. Aku tidak mau bergantung kepadamu. Lagipula aku bekerja hanya setengah hari, setelah bekerja kita bisa kembali bersama. Bukannya kau juga punya kesibukan dengan mata kuliahmu?" Alice menatap pria yang pertama kali jatuh cinta kepadanya. Tidak menyangka bahwa akan ada pria seperti Sam dihadapannya.
"Entahlah.. Rasanya aku tidak bisa jauh darimu." Rayuan buaya kepala merah ala Sam keluar. Namun kali ini rasanya bukan sekedar rayuan. Sam memang merasakan hal itu. Benar-benar tidak mau jauh dari Alice. Mungkin karena Alice berbeda, gadis itu sama seperti dirinya yang meng-Agungkan sexx. Sama-sama bergairah diatas ranjang kapanpun dan dimanapun. Walaupun sebenarnya Sam seringkali kewalahan menghadapi libido Alice yang benar-benar tinggi. Tapi apapun itu Sam justru merasa tertantang.
"Manja sekali! kau pasti selalu mengatakan hal ini kepada perempuan lain juga. Apalagi kepada wanita yang kemarin datang. Dia kekasihmu kan?" Alice bisa menebak. Meskipun tidak pernah terlibat percintaan tapi Alice tahu bahwa dirinya adalah orang ketiga. Buktinya Sam sampai menyembunyikan dirinya didalam lemari kan waktu itu.
"Sudahlah jangan membahas itu. Yang terpenting kau dan aku bersama disini.. Kita menikmati ini bukan?" Sam kini menatap Alice cukup intens.
"Tentu. Aku sama sekali tidak terbebani meskipun kau memiliki kekasih.." Alice tersenyum kecil. Lagipula untuk apa sebuah status. Buktinya saat ini Sam sedang mengingkari sebuah hubungan. Yang terpenting Alice senang dan menikmati zona ini.
"Gadis manis..Kau sangat pengertian ternyata.." Sam memberikan kecupan diwajah Alice dan membuat Alice masih mempertahankan senyumannya.
"Aku senang berada disampingmu." Alice balas menatap Sam cukup intens. Kemudian saling mengikis jarak diantara mereka sampai tidak ada lagi ruang yang memisahkan.
"Kau senang? benarkah?" Sam semakin mendekatkan wajahnya. Hidung mereka sudah hampir menempel satu sama lain.
"Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini." Cup! Alice memejamkan mata dan mencium bibir Sam tanpa aba-aba. Tidak bisa berkata-kata lagi selain mengungkapkannya lewat ciuman itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nur Santri Sihaloho
jangan" si alice ini si Eve,soalnya dia tinggal sendiri gk punya ortu,klw Bianca ortunya cerai masing" kawin lagi
2021-03-12
0
momnya🦆🐊Algi
bingung mo koment apa..
2020-10-29
1
Triiyyaazz Ajuach
kakak dan adik sama" bucin
2020-09-11
0