Pertemuan Penuh Haru

Dikala kedua anaknya tertidur, Bella menatapnya sambil meneteskan air matanya. Dia menyesal telah memarahi kedua anaknya, karena membahas papinya kembali.

"Kenapa kalian selalu menguji kesabaran Mommy? Berapa kali Mommy katakan kepada kalian, jangan pernah membahas papi kamu lagi. Dia hanyalah laki-laki yang tak bertanggungjawab, yang tak menginginkan kalian. Dia hanyalah seorang baji*ngantuk. Mommy harap, sampai kapanpun Mommy tak akan pernah bertemu dengannya. Mommy membencinya."

Di tempat lain Berli sedang kebingungan. Dia sampai menyewa sebuah pakar IT dan dia juga menuntut pihak bank tempat dia menabung. Dia merasa tak terima, karena uang tabungannya tiba-tiba saja hilang. Untungnya dia masih memiliki uang tabungan perusahaan. Jika tak cukup untuk membiayai kehidupannya, dia berniat menjual perusahaan atau mungkin rumah yang dia tempati dengan daddy-nya. Dia juga akan menjual mobil daddy-nya.

"Iya, tapi siapa orangnya? Apa kamu bisa melacaknya? Selama ini aku tak memiliki musuh. Kenapa bisa seperti ini," ucap Berli kepada Brian.

"Permainan dia sangat pintar dan rapi. Aku masih butuh waktu untuk bisa membuka aksesnya. Orang ini bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki skill yang tinggi," jelas Brian.

Wajah Berli terlihat kusut. Sungguh kejadian ini membuat dirinya merasa gelisah, karena bisa saja hal itu ada tindak lanjutnya. Berniat menghancurkan dirinya. Tak akan dia biarkan hal itu terjadi. Dia tak ingin jatuh miskin.

Sesampainya di rumah, dia langsung masuk ke kamar Ernesto. Saat itu Ernesto sedang melamun di ranjang kamarnya.

"Beritahu aku berapa kode brankas ini!" Ucap Berli.

"Kamu mau apa? Apa uang yang selama ini kamu miliki, masih tak cukup? Dasar wanita licik! Menyesal aku, mengurus kau, dan percaya padamu. Gara-gara kamu, aku kehilangan anakku," ucap Ernesto.

"Hei, laki-laki tua tak berguna! Apa kamu tak ingat, kalau aku ini juga anakmu. Apa kamu lupa, telah meninggalkan benih di rahim wanita lain. Jangan buat aku semakin membencimu. Selalu saja kamu membedakan aku dengan putrimu yang malang itu. Aku yakin, putri kesayanganmu itu pasti saat ini hidup menderita. Siapa suruh juga dia tetap mempertahankan anak itu. Padahal laki-laki itu tak bertanggungjawab. Cepat katakan! Jangan buat aku merasa tak sabar!" ancam Berli.

Ernesto menolak memberitahu kode brankas di mana BPKB mobil, sertifikat rumah, buku cek untuk penarikan tabungan perusahaan, dan juga sejumlah aset Ernesto lainnya. Berli seperti orang yang tak waras. Dia langsung menarik baju Ernesto kasar.

"Sayangnya, aku masih membutuhkan kamu tua bangka! Jika tidak, pasti aku sudah mengirim kamu ke neraka bersama istri tercintaku. Kamu tahu tidak? Sebenarnya, aku menaruh dendam padamu dan anak kesayanganmu itu. Aku ingin menghancurkan kebahagiaan kalian, seperti apa yang aku dan mamiku rasakan saat itu. Di mana kamu tak menganggap kami ada."

"Lebih baik kamu bunuh aku! Aku tak akan pernah memberitahu kode itu. Dasar wanita licik, serakah!"

Berli seperti tak waras. Tawanya pun begitu menakutkan. Namun, hal itu tak membuat Ernesto takut. Dia lebih memilih mati, daripada harus memberitahu.

"Aku tak akan rela memberikannya kepada wanita ib*lis sepertimu," Ernesto berkata dalam hati.

Berli melempar barang-barang yang berada di atas nakas dekat ranjang Ernesto berbaring. Dia begitu marah pada Ernesto. Dia gelap mata, ingin membunuh Ernesto. Untung saja saat itu ART di rumah itu, masuk ke dalam. Melihat apa yang Berli lakukan.

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan! Tuan Ernesto bisa mati. Jika sampai hal itu terjadi, saya akan melaporkan kamu ke polisi!" ancam sang ART.

"Argh, sial!"

Berli merasa kesal, hingga akhirnya dia memilih pergi. Entah harus cara apalagi dia bisa mewujudkan keinginannya. Dia begitu serakah, ingin menguasai semua harta kekayaan Ernesto.

Ernesto menangis. Dia menyesali perbuatannya. Andai saja dia dulu tak mengusir Bella dari rumahnya, Berli tak mungkin bertindak semena-mena seperti sekarang ini.

"Maafkan Daddy, Bel. Andai dulu kamu mau menggugurkan kandunganmu, Daddy pasti taka akan mengusirmu. Daddy sayang sama kamu. Bagaimana nasib kamu sekarang?"

"Saran saya, sebaiknya Anda melaporkan semua yang diperbuat Berli pada Anda! Agar dia mendapatkan hukuman, karena sudah berbuat jahat," ucap sang ART.

"Bagaimana saya bisa melaporkannya? Saya tak bisa pergi kemana-mana. Penyakit stroke ini membuat saya tak berdaya. Apa kamu bisa membantu saya, melaporkannya? Namun, kamu harus hati-hati! Berli berbahaya. Bisa saja dia melenyapkan nyawa kamu dan saya. Dia akan berusaha keras, untuk mewujudkan keinginannya," ucap Ernesto kepada ART kepercayaannya.

Berli pergi meninggalkan rumah menuju perusahaan. Dia akan meminta uang ke perusahaan. Ini kesempatan bagi Bella untuk menemui Daddy-nya. Sasarannya tepat. Dia datang di kala Berli tak ada.

Tak banyak yang berubah dari rumah tempat dia dulu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kesalahan maminya, karena telah membawa Berli ke rumah. Semuanya berubah. Berli telah merebut kebahagiaan dia dengan daddy-nya.

"Apa kamu sudah siap?" tanya Arga.

"Iya, aku siap. Apapun yang terjadi nanti, aku siap. Aku siap, jika nanti Daddy tak menerima kehadiran kedua anakku," jawab Bella dan Arga mengiyakan.

Alangkah terkejutnya sang penjaga, saat melihat wajah Bella. Tak banyak yang berubah dari Bella.

"Syukurlah, Nona Bella sudah kembali. Kasihan papi Anda. Kakak Anda memperlakukan dia dengan buruk. Bukan itu saja, dia juga bersikap semena-mena di rumah ini," jelas sang penjaga.

Mendengar hal itu, Bella merasa geram. Rasa dendamnya semakin menjadi pada wanita yang mengaku kakaknya.

"Apa wanita iblis itu ada?" tanya Bella.

"Tidak ada. Kakak Anda sudah pergi. Anda bisa bertemu Daddy Anda sekarang juga," ucap sang penjaga.

Wajah Bella terlihat sedih, saat memasuki rumah yang memiliki sejuta kenangan untuk dirinya.

"Nona Ana? Akhirnya, Anda datang. Tolong Daddy Anda! Kasihan nasibnya dia. Tadi saja, kakak kamu hampir membunuh Tuan Ernesto. Untung saja , saya datang tepat waktu. Jika tidak, pasti saat ini Anda sudah kehilangan Daddy Anda," ucap sang ART.

"Apa ini Anak-anak Anda?" Tanya sang ART. Bella mengiyakan.

Bella dan kedua anaknya langsung diantar ke kamar Ernesto berada. Sejak pertama masuk, Bella sudah meneteskan air matanya melihat kondisi daddynya. Bella berjalan, semakin mendekat ke arah ranjang di mana daddy-nya berada. Dia tampak ragu dan merasa khawatir. Khawatir Daddy-nya tak menerima kehadiran kedua buah hatinya.

Ernesto menangis. Dia tak menyangka, kalau akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan anaknya yang sudah lama tak bertemu dengannya. Pertemuan penuh haru. Keduanya terlihat menangis. Bella memeluk tubuh Daddynya.

"Maafkan Daddy, Daddy sayang kamu!"

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

Terima Bella dan cucu kembarmu biar kan mrk yg akan menghancurkan anak mu yg serakah itu 😡😡😡

2025-01-17

0

Leng Loy

Leng Loy

Si Berli serakah banget tidak sesuai dengan namanya Berlian

2024-08-02

2

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Tuan Enersto lebih baik sekarang semua aset serahkan pada Bella mumpung dia dtg, Bella pindahkan papi kamu ke tempat yg aman. Bila saatnya tiba usir Berlin dr rumah jg perusahaan

2024-04-28

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!