Gadis Bernyanyi.

Bab 16. Gadis Bernyanyi.

Giliran Nyonya Xiao Yihao yang dibuat kewalahan menghadapi junior Dewa Abadi. Kurang dari 30 menit, Nyonya Xiao Yihao harus mengakui kehebatan Dewa Abadi.

Tetapi, Dewa Abadi terus-menerus menghajar gua surga Xiao Yihao, sampai akhirnya meminta ampun dan menyerah. Dewa Abadi baru berhenti setelah menyemburkan air surga ke dalam rahimnya.

"Kalau tidak dihajar seperti ini, kalian akan terus menggodaku," kata Dewa Abadi sambil berpakaian.

Ibu dan putrinya tersenyum, dan berusaha berdiri untuk mengenakan pakaiannya. Dewa Abadi kembali melanjutkan apa yang telah tertunda. Saat berada di gua penyimpanan, dia melihat banyak kotak kayu. Ketika dibuka, isinya tanaman langka yang diambil di area lingkaran tingkat pertama dan kedua.

Dewa Abadi mengambil tanaman unsur jiwa untuk memenuhi kebutuhan semua wanitanya, dan mengambil semua harta yang berharga karena memiliki nilai jual tinggi.

Di dalam gua ini, banyak jeruji besi berbentuk persegi, tempat untuk memenjarakan peserta yang terjebak ke dalam lubang bawah tanah. Di atasnya, ada lubang yang terhubung dengan jebakan di jalur lorong-lorong gua. Para peserta yang terjebak sebelumnya sudah dibebaskan oleh Nyonya Xiao Yihao, dan mengambil semua harta mereka sebagai kompensasinya.

Setelah berpakaian, Nyonya Xiao Yihao dan putrinya membantu Dewa Abadi yang sedang mengumpulkan tanaman langka, dan disimpan di dalam cincin dimensinya.

Dari cerita Nyonya Xiao Yihao, di ranjang batu itu adalah tempat untuk mengeksekusi kultivator. Terlihat jejak darah kering pada rongga-rongga batu. Jika yang ditangkap adalah wanita, maka pria Suku Shiren Zu akan menggaulinya hingga pingsan, dan selanjutnya sudah pasti dimutilasi.

Dewa Abadi dan Bei Mei melihat tumpukan kerangka manusia di sudut gua. Tulang-tulang itu dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan lem, dan juga senjata oleh Suku Shiren Zu.

"Apakah ada lagi gua penyimpanan?" Tanya Dewa Abadi saat duduk di ranjang batu tempat eksekusi tahanan.

Nyonya Xiao Yihao mendekati Dewa Abadi, lalu jari-jari lentiknya membelai dada bidangnya, dia menjawab, "ada dua gua penyimpanan di lorong yang berbeda. Kita bisa lewat dari lorong itu dan di sana!"

Dewa Abadi mengikuti jari telunjuk tangan kiri Nyonya Xiao Yihao yang menunjukkan dua jalur menuju gua penyimpanan Suku Shiren Zu. Dengan banyaknya lorong-lorong gua yang rumit ini, bisa ditebak jika ujung gua ini mungkin berada di dekat puncak gunung.

"Apakah gua ini menuju ke atas? Jika benar, kita lewat gua ini saja!" Tanya Dewa Abadi kepada Nyonya Xiao Yihao, dan melihat Bei Mei berdiri di sampingnya.

"Coba aku periksa lebih teliti lagi."

Dewa Abadi dan Bei Mei melihat Nyonya Xiao Yihao memejamkan mata. Dan, suara wanita bernyanyi kembali terdengar yang berasal dari lorong-lorong rumit. Kali ini, nyanyian wanita itu terdengar sedih, dan membuat Dewa Abadi saling berpandangan dengan Bei Mei.

"Aku bertemu dengannya di dunia yang indah... Aku sangat bahagia... Tetapi, kekasihku pergi meninggalkanku...."

"Aku penasaran dengan sosok wanita yang bernyanyi ini! Apakah dia dari Suku Shiren Zu atau memang putri duyung?" Ujar Dewa Abadi ketika mendengar nyanyian wanita bernyanyi.

"Mungkin saja yang bernyanyi ini gadis suku!" Sahut Bei Mei sambil melihat ibunya membuka mata.

"Ujung gua ini memang menuju ke lingkaran tingkat keempat. Tetapi, akses jalan keluarnya belum terhubung dengan dunia luar. Kurang dari dua meter penggalian, maka akan ada jalan keluar lain!" Keterangan Nyonya Xiao Yihao setelah panca inderanya melakukan penjelajahan lorong gua.

Dengan kekuatan tingkat tinggi, hal yang mudah bagi Nyonya Xiao Yihao untuk menjelajahi rumitnya Gua Bernyanyi ini. Tetapi panca indera akan berbeda saat berada di luar gua karena adanya badai salju petir; panca indera sulit untuk digunakan sebagai mestinya saat ada cuaca ekstrem.

"Di lokasi mana hunian Suku Shiren Zu?" Tanya Dewa Abadi.

"Suku Shiren Zu selalu berpindah-pindah tempat, tetapi masih berada di dalam wilayah Pegunungan Berkabut. Selama ini, mereka juga mencari cara untuk mendapatkan Tombok Jiwa Berlian Petir, tidak hanya kita!" Jawab Nyonya Xiao Yihao, kedua matanya tertuju pada lorong yang diinginkan oleh Dewa Abadi.

"Kita menuju ke gua penyimpanan berikutnya yang terdekat dulu!" Imbuhnya.

Dewa Abadi turun dari ranjang batu. Ibu dan putrinya itu kembali memeluk pinggangnya karena akan menggunakan Teknik Perubahan Wujud dengan berubah menjadi udara.

Dewa Abadi melesat ke dalam lorong dengan membawa dua wanita. Dia berpikir, kenapa Suku Shiren Zu berpindah-pindah tempat tinggal jika bisa membuat gua? Bukankah lebih nyaman dan aman tinggal di gua? Tetapi, mereka justru memilih hidup di luar dengan cuaca yang sewaktu-waktu bisa berubah.

Ketika bertanya kepada Nyonya Xiao Yihao, jawabannya, tidak tahu, sebab sifat Suku Shiren Zu sulit ditebak. Tetapi yang jelas, suku pemakan manusia ini tidak akan meninggalkan Pegunungan Berkabut. Mereka akan terus menjelajahi seluruh wilayah pegunungan, dan tidak pernah sekalipun melangkah kaki ke luar wilayah ini.

Seandainya Suku Shiren Zu benar-benar mau keluar dari wilayahnya, sudah dipastikan akan membuat kekacauan di Benua Kun, sebab mereka terbiasa hidup dengan tekanan kuat dari medan gravitasi. Medan gravitasi membentuk fisiknya menjadi kuat, jika keluar dari area medan gravitasi sudah dipastikan tubuhnya menjadi sangat ringan, seringan kapas.

Tanpa mengandalkan teknik kultivasi terbang, Suku Shiren Zu bisa terbang dan melompat sangat tinggi melebihi kultivator. Jika bertempur dengan kultivator satu lawan satu, jelas kultivator yang kekuatannya setara akan kalah telak; kalah dalam hal kekuatan fisik dan kecepatan.

Anggota Suku Shiren Zu yang dikalahkan oleh Nyonya Xiao Yihao berpura-pura pingsan karena takut dibunuh. Ketika Nyonya Xiao Yihao melihat Dewa Abadi sedang berhubungan intim dengan Bei Mei, mereka segera melarikan diri.

Nyonya Xiao Yihao tidak mengejar mereka, sebab mereka bukan lawan tanding yang patut diperhitungkan. Lawan sesungguhnya adalah Kepala Suku Shiren Zu dan panglimanya, termasuk para peserta kompetisi yang juga tidak kalah kejamnya.

Melesat seperti angin, Dewa Abadi dan kedua wanitanya itu tiba di gua penyimpanan kedua. Di tempat ini, ada 20 anggota suku, dan 12 orang dari mereka yang sudah dikalahkan oleh Nyonya Xiao Yihao.

Tanpa perlu bertarung, anggota suku itu memilih untuk kabur karena tidak ingin berhadapan dengan Nyonya Xiao Yihao. Dewa Abadi dan kedua wanita itu tersenyum melihat kekonyolan manusia kerdil itu. Dikatakan kerdil karena tinggi badannya tertinggi mencapai 160 cm, terpendek 135 cm.

Bei Mei melihat jari kelingkingnya sendiri dengan di angkat di depan matanya. Entah apa yang dipikirkannya. Dewa Abadi melihatnya, dan tersenyum saat menebak pikiran Bei Mei.

"Biarpun berukuran kecil, mereka masih bisa memiliki anak," kata Dewa Abadi.

Bei Mei tersipu malu karena pikirannya dibaca oleh Dewa Abadi. Nyonya Xiao Yihao menahan tawanya karena juga tahu yang dipikirkan oleh putrinya ini.

"Yang kecil tidak ada rasa setelah merasakan yang ini...!" Ujar Nyonya Xiao Yihao sambil memegang junior Dewa Abadi.

"Kambuh lagi!" Gerutu Dewa Abadi yang digoda.

"Ronde kedua, yuk?" Tantangan Nyonya Xiao Yihao dengan jari telunjuk menunjuk ke arah ranjang batu yang juga ada di gua ini.

Seumur-umur dan memiliki banyak istri, baru pertama kali Dewa Abadi menemui wanita penggoda seperti Nyonya Xiao Yihao. Wanita ini diawal pertemuan terlihat baik dan setia kepada suaminya. Ternyata, jauh dari suami terkuak sisi gelapnya.

"Ya... tolong disembuhkan kalau begitu dengan ronde kedua!" imbuh Nyonya Xiao Yihao.

Dewa Abadi tidak menanggapi tantangannya, tapi bukan berarti munafik yang tidak mau berhubungan intim, melainkan situasinya yang kurang tepat saja. Agar Nyonya Xiao Yihao dan putrinya tidak terfokus pada hal-hal ini saja, dia bertanya.

"Siapa wanita yang bernyanyi ini?"

Seketika raut wajah mesum Nyonya Xiao Yihao berubah ketika ditanya. Dia melihat ke arah lorong di belakang Dewa Abadi. Melihat ekspresinya, jelas Dewa Abadi penasaran.

"Gadis yang bernyanyi ini bukan manusia, melainkan roh penasaran yang dibunuh oleh panglima Suku Shiren Zu... Dia ingin bertemu denganmu!" Ungkap Nyonya Xiao Yihao.

Ketika panca indera Nyonya Xiao Yihao menjelajahi semua lorong gua, kesadarannya sempat berkomunikasi dengan gadis yang selalu bernyanyi sedih dan gembira. Saat Nyonya Xiao Yihao akan bertanya kepada roh gadis bernyanyi, gadis itu terlebih dahulu berbicara, dia ingin ingin bertemu dengan Dewa Abadi.

Saat ditanya alasannya, gadis itu tidak menjawab dan kembali melantunkan lagu sedih yang menceritakan perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, Nyonya Xiao Yihao butuh waktu lama untuk menemukan ujung gua ini.

Nyonya Xiao Yihao tidak segera mengutarakan keinginan gadis itu kepada Dewa Abadi, sebab masih memikirkan tujuannya, dan mengingat-ingat siapa gadis bernyanyi itu.

"Bertemu denganku? Apakah gadis itu mengenalku?" Jelas Dewa Abadi keheranan, sebab dia dan semua istrinya baru tinggal di Benua Kun.

"Iya, dia ingin bertemu denganmu. Kenal atau tidak, kamu bisa mengetahuinya setelah bertemu nanti," kata Nyonya Xiao Yihao.

"Aku ingin menemuinya setelah mengambil harta Suku Shiren Zu. Ayo bantu!"

Dewa Abadi dan kedua wanitanya itu segera mengambil semua harta milik Suku Shiren Zu. Dewa Abadi tidak sabar ingin bertemu dengan gadis bernyanyi itu, dia sangat penasaran.

Dari banyaknya peserta pria yang mengikuti kompetisi, dan yang masuk ke Gua Bernyanyi ini, kenapa yang dipilih oleh gadis bernyanyi itu adalah dirinya dan bukannya pria lain? Aneh pikirnya.

Terpopuler

Comments

Qing shan

Qing shan

💪💪💪

2024-04-08

1

Qing shan

Qing shan

🥰🥰🥰

2024-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!