Wanita Suku Shiren Zu.

Bab 20. Wanita Suku Shiren Zu.

Setelah menyusuri jalan rahasia kurang dari satu jam, akhirnya Dewa Abadi dan istrinya melihat cahaya dan hembusan angin dingin dari arah depan. Mereka samar-samar mendengar suara badai salju disertai petir. Membuktikan jalan rahasia ini akan sampai pada ujungnya.

Putri Mahatma yang paling depan segera berhenti ketika dekat dengan pintu keluar. Dewa Abadi dan Lao Yi ikut berhenti. Mereka mengintip ke luar melalui celah-celah pintu.

Saat melihat ke luar, Dewa Abadi dan kedua istrinya melihat perkampungan Suku Shiren Zu, dimana mereka sedang berteduh di dalam rumahnya masing-masing. Rumah-rumah Suku Shiren Zu terbuat dari kayu, dibentuk seperti tenda; kayu disejajarkan rapi membentuk kerucut, atapnya ditutup dengan rerumputan liar agar air tidak masuk ke dalam rumah sementara, dan atap rumah mereka telah tertutupi salju.

Dinding pada kayu rumah Suku Shiren Zu ditutup dengan tanah liat, dan perabotan mereka juga terbuat dari tanah liat. Mereka benar-benar hidup dengan cara kuno. Padahal di luar wilayah Pegunungan Berkabut cara hidupnya sudah modern.

Dewa Abadi dan kedua istrinya melihat seorang pria Suku Shiren Zu penampilannya tidak jauh berbeda dengan orang yang dipenggal sebelumnya, hanya mengenakan kulit binatang untuk menutupi alat vitalnya.

Ketika melihat wanita suku, mereka juga mengenakan kulit binatang untuk menutupi orang vital dan dadanya. Ciri-ciri mereka seperti yang dikatakan oleh Nyonya Er Lang.

Untuk pria kulit tubuhnya berwarna coklat, sedangkan wanitanya berkulit kuning langsat. Wajah-wajah wanita suku ini menurut Dewa Abadi cukup manis, mereka juga mengenakan manik-manik sebagai perhiasan pada leher dan telinganya.

Manik-manik itu berasal dari inti binatang yang diburu, oleh mereka dijadikan perhiasan. Namun, melihat wanita yang lain, mereka ada yang mengenakan perhiasan dari permata dan belian yang dihasilkan dari menambang. Untuk alas kaki juga terbuat dari kulit binatang.

Dewa Abadi dan kedua istrinya mengagumi mereka karena tahan terhadap cuaca dingin ekstrem, tidak terlihat kedinginan. Dan mereka juga tidak menggunakan energi spiritual untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin. Bahkan anak-anak sudah terbiasa dengan badai salju petir, tidak takut maupun terganggu sedikitpun.

"Kehidupan mereka sungguh tenang, dan aku tidak melihat adanya manusia yang akan dimutilasi," kata Putri Mahatma.

"Mereka hidup tertutup dan berpindah-pindah, mungkin Infomasi kurang akurat, atau kurangnya penelitian!" Lao Yi menambahkan.

"Bagaimana dengan tulang-tulang manusia yang kita lihat sebelumnya? Bukankah itu bukti bahwa mereka pemakan manusia?" Tanya Dewa Abadi.

"Mana aku tahu sebelum mengetahui kehidupan Suku Shiren Zu dengan mata kepala sendiri!" Jawab Lao Yi.

Perbincangan berhenti ketika seorang pria suku berjalan ke arah pintu rahasia. Dewa Abadi dan kedua istrinya siap-siap untuk mengeliminasi orang itu jika masuk ke dalam pintu rahasia.

Akan tetapi, orang tersebut justru berhenti di depan patung batu di samping pintu rahasia. Orang itu meletakkan buah-buahan di bawah patung, lalu bersujud kepada patung sebagai bentuk penghormatan.

Dewa Abadi dan kedua istrinya melihat patung yang terlewat dari perhatian. Mereka baru sadar jika ada patung setinggi tiga meter. Patung pria itu membawa pentungan berduri, dan diletakkan pada dada kiri. Pakaiannya juga seperti yang dikenakan oleh Suku Shiren Zu, hanya menutupi bagian alat vitalnya.

Patung itu mengenakan mahkota yang terbuat adalah tengkorak binatang harimau. Yang menjadi pertanyaan Dewa Abadi dan kedua istrinya, patung siapa yang disembah oleh anggota Suku Shiren Zu?

Bibir orang itu komat-kamit seperti sedang berdoa dengan bahasanya tidak dimengerti. Setelah berdoa, orang itu kembali ke rumahnya. Di sana, sudah menunggu istrinya yang terlihat sedang marah kepada anak laki-lakinya.

"Kita berada di lingkaran tingkat berapa?" Tanya Dewa Abadi dengan mata terus memperhatikan kehidupan Suku Shiren Zu.

"Tidak tahu. Kita culik salah orang untuk diintrogasi!" Jawab Lao Yi dan memberikan saran agar mengetahui semuanya.

Tanpa sengaja, Dewa Abadi menyentuh tonjolan pada dinding jalan rahasia yang dekat dengan pintu masuk. Dia dan istrinya melihat ada pintu rahasia lain, dan masuk ke dalam ruangan itu.

Ketika berada di dalam, pintu rahasia tertutup dengan sendirinya. Dewa Abadi dan istrinya tidak khawatir karena ada tonjolan di dinding untuk membuka pintu rahasia. Dengan adanya pintu rahasia dari batu, membuktikan bahwa pengetahuan Suku Shiren Zu cukup tinggi, mekanisme pada jebakan dan pintu rahasia cukup rumit jika dipelajari.

Di ruang rahasia ini cukup luas, lebar 10 meter dan panjang 14 meter. Ada ranjang kayu, lemari kayu dan semua perabotan juga terbuat dari kayu. Dewa Abadi melihat lembaran kulit binatang yang dilukis.

Melihat lukisan itu adalah pria yang dibunuhnya, ruangan ini pasti miliknya. Dan kemungkinan pria itu adalah penjaga pintu rahasia dan juga gua yang didiami oleh Tian Mei Yin.

"Aku menemukan catatan dari kulit binatang," kata Putri Mahatma dengan memegang gulungan kulit binatang.

Putri Mahatma duduk di ranjang kayu beralaskan kulit binatang beruang, terasa lembut saat disentuh, dan tidak terasa dibawahnya adalah kayu. Dewa Abadi dan Lao Yi duduk di sampingnya.

Ketika gulungan itu dibuka, Dewa Abadi dan kedua istrinya tersenyum karena gulungan ini adalah sebuah peta lokasi-lokasi perkampungan Suku Shiren Zu. Menurut keterangan di peta, Suku Shiren Zu berpindah-pindah tempat, tetapi pindah ke tempat suku lain yang sudah pindah.

Sederhananya, Suku Shiren Zu berpindah tempat ke tempat suku yang sama. Dan lokasi mereka memutari Pegunungan Berkabut. Dengan adanya peta ini, Dewa Abadi dan istrinya mengetahui lokasinya saat ini yang berada di lingkaran tingkat ketiga.

Jika tidak ada halangan dan mengetahui adanya pintu rahasia, kemungkinan ujung lorong yang tadi dilalui menuntun mereka ke lingkaran tingkat keempat. Bagi Dewa Abadi, tidak ada masalah harus berada di lingkaran tingkat berapa saat ini.

Dengan adanya peta ini, akan mempermudah untuk mencari musuhnya itu, dan tidak lagi kebingungan harus mencari informasi. Cukup mengikuti rute perpindahan tempat, pasti akan bertemu dengan panglima suku.

"Mungkin lokasi panglima suku ada di sini sekarang," kata Putri Mahatma dengan menuju ke peta lingkaran tingkat kesebelas, dekat dengan puncak Gunung Berkabut.

Ketika sedang mempelajari peta, Dewa Abadi dan kedua istrinya mendengar suara pintu terbuka. Mereka segera menggunakan Teknik Perubahan Wujud agar tidak diketahui.

Tidak berselang lama menunggu, masuk seorang wanita dengan usia 27 tahun, kulitnya kuning cerah, dan terkesan berkulit putih. Wanita ini berbeda dengan wanita suku lainnya, tubuhnya lebih bersih dan cantik. Rambutnya hitam berkilauan sepanjang pinggang, tinggi badan 164 cm.

Wanita itu membawa busur dan anak panah yang digantungkan di dinding. Dewa Abadi dan kedua istrinya segera menjauhi tempat tidur ketika wanita itu akan berbaring.

Tetapi sebelum rebahan, wanita itu melepaskan kulit binatang yang menutupi bagian organ intimnya. Terpampang jelas di mata Dewa Abadi melihat organ intim wanita itu yang lebat dengan rambut, tertata rapi membentuk segitiga.

Sebagai pria normal, melihat wanita telanjang bulat, jelas junior Dewa Abadi terbangun. Lao Yi segera memegang junior itu agar tenang. Justru tindakannya semakin membesarkan ukuran junior Dewa Abadi.

Wanita itu rebahan hanya mengenakan kulit binatang yang masih menutupi dadanya, kaki kiri ditekuk, dan kaki kanan sedikit dilebarkan. Dan semakin terlihat jelas keindahan gua wanita itu di mata Dewa Abadi.

Putri Mahatma tersenyum melihat suaminya yang tidak berkedip melihat pemandangan gratis. Dia mencium bibir Dewa Abadi agar meredam hasratnya. Namun, justru tindakan kedua istrinya ini semakin membuat Dewa Abadi sulit memendam hasratnya.

"Kendalikan diri!" Bisik Putri Mahatma setelah mencium Dewa Abadi.

Dewa Abadi menarik napas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan untuk menenangkan dirinya. Dia melakukannya sampai tiga kali. Tetapi, tetap saja juniornya tidak mau tidur karena wanita itu menyentuh organ intimnya sendiri sambil berbicara.

"Kapan aku menjadi istri panglima? Apakah aku kurang cantik, apakah dia sudah bosan karena sudah banyak istri?"

Wanita itu terlihat kesal karena kecantikannya tidak menarik perhatian panglima.

Tidak ingin wanita itu terus membuat junior Dewa Abadi meminta jatah, Lao Yi mengambil tindakan dengan menampakkan diri di dekat wanita itu. Wanita itu jelas kaget. Sebelum bangun melakukan perlawanan, Lao Yi segera memukul keningnya hingga pingsan.

Kemudian, Lao Yi mengambil selimut yang sudah ada di sudut ranjang, lalu menyelimuti wanita itu agar tubuh telanjang tidak ditonton oleh Dewa Abadi. Baru setelah itu, juniornya perlahan mulai tertidur.

Setelah wanita itu pingsan, Putri Mahatma menyegel kekuatannya agar saat bangun nanti tidak melakukan perlawanan. Dewa Abadi duduk di kursi membelakangi wanita itu agar tidak memancing hasratnya.

Tetapi, Lao Yi istrinya yang super cantik ini tersenyum, dan membangkitkan juniornya lagi. Lao Yi melihat junior suaminya ini yang sudah siap tempur.

Berbeda dengan Putri Mahatma yang geleng-geleng kepala karena suaminya ini tidak pernah ada kata puas walaupun sudah memiliki banyak istri. Dan istri-istrinya jauh lebih cantik dari wanita yang pingsan ini.

"Wanita ini membawa informasi yang kita butuhkan," kata Putri Mahatma agar mengalihkan pikiran suaminya.

"Tugas kalian!" Sahut Dewa Abadi yang enggan mengintrogasi wanita setengah telanjang...

Setelah pingsan selama 30 menit, wanita Suku Shiren Zu akhirnya siuman. Pandangan mata ketika terbuka melihat sosok wanita yang sangat cantik, dan kecantikannya itu tidak pernah dilihatnya. Wanita itu adalah Lao Yi yang duduk di sampingnya.

"Aku tidak akan membunuhmu, asal kau katakan di mana panglima!" Lao Yi mulai mengintrogasi wanita itu.

Wanita itu tidak bisa sedikitpun menggerakkan tubuhnya karena kekuatannya disegel. Dia menatap tajam ke arah Lao Yi dan tidak mau berbicara. Dia melihat Lao Yi mengeluarkan sebuah belati tajam.

"Aku lihat kamu masih perawan, bagaimana jika belati ini merusak kesucianmu atau dirusak oleh suamiku ini!" Ancaman Lao Yi dengan memainkan pisaunya pada paha kanan wanita itu.

Tubuh wanita itu sedikit gemetaran karena ujung belati menyentuh organ intimnya, lalu matanya membulat lebar ketika Dewa Abadi membuka topengnya. Kedua matanya tidak berkedip melihat ketampanannya.

"Bagaimana, pilih belati ini atau suamiku? Atau kamu tidak memilih keduanya setelah mengatakan di mana sekarang panglima suku!"

Wanita itu tersadar dari kekaguman melihat Dewa Abadi ketika merasakan perih di paha kanannya, kedua matanya melihat belati yang dipegang oleh Lao Yi menempel di paha.

Lao Yi, Dewa Abadi dan Putri Mahatma keheranan melihat wanita itu tersenyum tipis, dan kembali menatap wajah Dewa Abadi. Lao Yi yang kesal karena tidak ditanggapi, menggores paha wanita itu dengan sayatan memanjang, dan berhenti di dekat organ intimnya. Wanita itu meneteskan air mata dengan tatapan melihat Dewa Abadi.

"Akan aku katakan, asal kalian memenuhi keinginanku!" Akhirnya wanita itu membuka mulutnya.

"Tidak ada negoisasi, pilihanmu hanya menjawab!" Lao Yi jelas tidak akan mau menuruti kemauan wanita itu.

Namun, Putri Mahatma menahan bahu Lao Yi dan berbicara kepada wanita itu, "apa yang kamu inginkan? Selama tidak melewati garis batas kemampuan, kita akan berusaha memenuhinya!"

Wanita itu tersenyum melihat Putri Mahatma yang masih memakai topeng, dan kembali melihat Dewa Abadi...

Terpopuler

Comments

Qing shan

Qing shan

💪💪💪

2024-04-09

1

Qing shan

Qing shan

🥰🥰🥰

2024-04-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!