Book Of Strength Enhancers.

Bab 03. Book Of Strength Enhancers.

Tidak ingin menerima siksaan dari Guru Tong, Dewa Abadi terpaksa mempelajari kitab pemberian guru barunya itu. Awalnya, dia tidak begitu tertarik dengan isinya, namun setelah mengetahui kelebihan mempelajari kitab ini, dia langsung bersemangat.

Kitab itu sendiri sudah sering dipelajari oleh murid-murid kuil sebelumnya. Tetapi, karena syarat untuk mengolah fisik diluar batas kemampuan, maka tidak ada satupun orang yang mau mempelajarinya.

Intinya, mempelajari Kitab Peningkat Kekuatan ini, seseorang harus sering menerima serangan lawan secara langsung. Serangan-serangan lawan akan meningkatkan kekuatan secara bertahap.

Tetapi, saat menerima serangan sudah pasti akan terluka parah, dan juga bisa mengakibatkan kematian. Hal inilah yang membuat murid-murid sebelumnya melarikan diri karena tidak ingin berlatih.

Berbeda dengan Dewa Abadi yang justru sangat membutuhkan kitab ini. Rasa sakit bahkan kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakutinya.

Dewa Abadi duduk bersila dan menjernihkan pikiran. Setelah siap, dia mengikuti gerakan tangan mengikuti instruksi Kitab Peningkat Kekuatan. Kedua tangannya saling bertemu di depan perutnya (dantian), kemudian dia mengeluarkan Kekuatan Jiwa Semesta gelang pertama.

Ketika Kekuatan Jiwa aktif, Kitab Peningkat Kekuatan mengeluarkan cahaya keemasan yang melesat masuk ke dalam dantiannya. Dewa Abadi merasakan nyeri pada perutnya, namun rasa itu tidak membuatnya mengurungkan niat karena tahu ini adalah proses pergantian teknik beladiri pasif.

Seandainya dia tidak memiliki Kekuatan Jiwa tingkat Semesta, sudah pasti akan merasakan sakit di sekujur tubuhnya, seperti yang dialami oleh murid-murid sebelumnya. Energi dari Kitab Peningkat Kekuatan merubah struktur tubuh si pengolah; memperkuat tulang, kulit, dan memperluas dantian agar mampu menampung energi serangan lawan.

Syarat-syarat itu sebelumnya sudah dimiliki oleh Dewa Abadi, jauh sebelum tinggal di Benua Kun. Oleh karena itu, dia hanya merasakan nyeri saja, tidak lebih...

Guru Tong tersenyum lebar saat mengintip melalui pintu masuk ke Labu Sihir. Dia melihat tubuh Dewa Abadi mengeluarkan cahaya keemasan yang selaras dengan Kitab Peningkat Kekuatan ciptaan Guru Surgawi.

"Akhirnya tugasku akan segera berakhir!"

Guru Tong seperti terbebas dari tekanan berat yang selama ini membebaninya. Dewa Abadi baginya seperti penolong.

Dia terus memperhatikan muridnya itu yang mulai bertranformasi. Ketika pengetahuan Kitab Peningkat Kekuatan sepenuhnya telah dicerna, Guru Tong menutup lubang Labu Sihir dengan energi spiritualnya.

Guru Tong menghilang dari puncak Gunung Suci, dia akan memenuhi permintaan Dewa Abadi dengan berbicara kepada tiga Mahaguru Agung agar menghentikan pencarian para bidadari.

Kebetulan, tiga Mahaguru Agung sedang berkumpul di satu ruangan. Kemunculan Guru Tong tidak mengejutkan mereka. Mereka mengucapkan salam dan diikuti oleh seluruh anggota kuil.

"Hentikan pencarian bidadari, apapun alasannya!" Perintah Guru Tong kepada ketiga Mahaguru Agung.

Sontak perintahnya mengejutkan semua orang, terutama ketiga Mahaguru Agung itu. Mahaguru Agung Pertama segera berdiri dan mendekati Guru Tong.

"Kakak tertua, tetapi mereka sangat penting dalam ritual yang akan datang, dan mereka adalah wanita-wanita pilihan para dewa!" Penjelasan Mahaguru Agung Pertama.

"Sudahlah, aku tahu apa yang kalian lakukan...! Jangan lagi mencari para bidadari, ini perintahku!"

Guru Tong tahu apa arti ritual itu, yaitu ritual yang sengaja dibuat oleh ketiga Mahaguru Agung untuk memuaskan nafsu duniawi. Selama ini, dia tidak pernah ikut campur, dan tidak melarang apapun yang dilakukan oleh ketiga juniornya ini.

"Sesuai perintah Kakak tertua!"

Mahaguru Agung hanya bisa mematuhi perintah Guru Tong, sebab mereka adalah juniornya. Guru Tong adalah murid terakhir Guru Surgawi, statusnya jelas lebih tinggi dari Mahaguru Agung.

"Mataku tidak buta dan telingaku tidak tuli! Kuil Mahaguru telah jauh melenceng dari pengajaran yang seharusnya...!"

Setelah memberikan teguran kepada semua orang, Guru Tong menghilang dari hadapan semua anggota kuil. Ketiga Mahaguru Agung menundukkan wajahnya karena malu, sebab segala perbuatan nista yang terselebung selama ini diketahui oleh Guru Tong.

Mahaguru Agung Ketiga melambaikan tangan kirinya agar semua orang keluar dari aula pertemuan. Di saat semua orang tidak ada, dia berbicara kepada kedua sahabatnya, "jika orang itu masih ada, kita tidak bisa leluasa melakukan apapun!"

"Apa rencanamu?" Tanya Mahaguru Agung Pertama.

"Kakak tertua turun gunung pasti karena permintaan seseorang... Aku menduga orang yang dikurung di dalam Labu Sihir adalah orang yang memintanya! Kita tahu selama ini dia mencari pewaris ajaran Guru Surgawi. Jika orang itu adalah benar-benar pewarisnya, waktunya tidak akan lama lagi... Kita tunggu dia pergi untuk selamanya!"

Perkataan Mahaguru Agung Ketiga terkesan ambigu. Namun, kedua sahabatnya tersenyum menandakan bahwa tahu apa yang dimaksudkannya.

"Jika apa yang kau katakan itu benar... Aku sudah lama mengincar Labu Sihirnya, dan kita tidak perlu menghentikan pencarian para bidadari. Kita bisa memerintahkan para budak untuk mencari mereka secara diam-diam!"

Mahaguru Agung Kedua mengungkapkan keinginannya yang terpendam kepada sahabatnya. Mereka bertiga tertawa karena sebentar lagi Guru Tong meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Dengan kepergian Guru Tong, maka mereka secara mutlak menjadi penguasa tertinggi di Alam Anak.

"Aku akan perintahkan orang untuk mengawasi Gunung Suci! Jika muridnya itu meninggalkan Gunung Suci, kita bunuh dia agak tidak mengikuti jejak kakak tertua!" Rencana Mahaguru Kedua yang tidak ingin Dewa Abadi menjadi biang masalah setelah kepergian Guru Tong.

"Kau benar, aku setuju! Untuk sementara waktu, kita hentikan pencarian bidadari. Setelah dia tidak ada, baru kita lanjutkan kembali. Ini untuk mengantisipasi jika dia perginya lebih lama dari perkiraan kita!" Dukungan Mahaguru Agung Pertama.

"Kita tahu apa yang harus dilakukan. Kita berpisah dan akan bertemu lagi setelah orang tua itu pergi!" Pamit Mahaguru Agung Ketiga.

Dia berubah menjadi sinar dan keluar dari aula pertemuan, lalu diikuti oleh Mahaguru Agung Kedua. Tersisa Mahaguru Agung Pertama yang tidak meninggalkan aula, dia duduk di kursi kebesarannya.

"Berbagi masalah itu melegakan, tetapi berbagi kesenangan itu tidak menyenangkan!" Gumam Mahaguru Agung Pertama yang ditujukan kepada kedua sahabatnya.

Sifat serakahnya muncul di saat sendiri. Sudah sejak lama dia ingin menyingkirkan kedua sahabatnya itu, namun terkendala kekuatan dan juga dukungan. Melawan dua orang seorang diri, dia jelas tidak mungkin mengalahkan mereka. Tetapi jika satu lawan satu, dia yakin bisa mengalahkannya.

Satu-satunya cara menyingkirkan kedua sahabatnya itu di saat terpisah seperti ini. Tetapi, Mahaguru Agung Pertama harus melihat situasinya saat menyingkirkan mereka secara bergantian dan tidak membuat keributan.

Permasalahan terbesarnya nanti, di saat bentrok yang akan terjadi, kekuatan mereka akan mudah diketahui oleh banyak orang, bahkan dirasakan hampir seluruh kehidupan di Alam Anak. Jika dia membunuh salah satu sahabatnya dan diketahui oleh orang lain, maka sama saja menghancurkan reputasinya.

Mahaguru Agung Pertama tersenyum penuh kemenangan karena menemukan cara, dia berubah menjadi sinar dan meninggalkan aula pertemuan...

Guru Tong menemui ketua kuil beladiri yang bernama Guru Guan, dia memerintahkannya untuk mengumpulkan anggota kuil dari kekuatan tingkat Divine Realm hingga Ruler Of Multiverse.

Guru Guan sedikit keheranan karena baru pertama kali ini Guru Tong memberikan perintah, dia berspekulasi bahwa tujuannya ini terkait dengan kompetisi Tombak Jiwa Berlian Petir.

"Berapa orang yang Anda butuhkan?" Tanya Guru Guan dengan antusias.

"Dua puluh orang saja, tetapi yang terbaik!" Jawab Guru Tong.

"Untuk kapan?" Tanya Guru Guan sekali lagi.

"Besok siang, berkumpul di puncak Gunung Suci. Baiklah, besok aku tunggu di puncak!" Jawab Guru Tong, lalu menghilang dari hadapan Guru Guan.

Seketika kedua mata Guru Guan berbinar-binar karena diizinkan memasuki wilayah Gunung Suci. Langsung muncul banyak rencana untuk memanen tanaman spiritual langka saat memasuki wilayah terlarang itu. Dia segera menemui orang-orang yang sudah dipilih dalam pikirannya, sesuai perintah Guru Tong.

Guru Tong muncul di puncak Gunung Suci dalam posisi duduk bersila di samping Labu Sihirnya. Walaupun tidak melihat ke dalam labunya, dia tersenyum karena tahu apa yang dikerjakan oleh muridnya ini; di mana Dewa Abadi kesal karena tidak bisa keluar dari dalam labu, dan tidak ada yang dikerjakan.

Dewa Abadi ingin mempraktekkan Kitab Peningkat Kekuatan. Jika benar kitab ini mampu memberikan kekuatan dengan menerima serangan, maka dia akan terus menggunakannya. Tetapi, jika terkurung di dalam Labu Sihir seperti saat ini, bagaimana bisa dia mengetahuinya?

"Guru botak, keluarkan aku dari sini!?" Teriakkan Dewa Abadi sambil melihat ke atas; melihat pintu keluar dari Labu Sihir.

Mendengar suara teriakan muridnya, Guru Tong tidak tersinggung, justru tertawa...

Terpopuler

Comments

Qing shan

Qing shan

🙏🙏🙏🙏

2024-04-06

1

Qing shan

Qing shan

🤩🤩🤩

2024-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!