Gua Bernyanyi.

Bab 13. Gua Bernyanyi.

Atmosfir pertarungan dirasakan oleh semua orang di area Pegunungan Berkabut. Aura niat membunuh begitu menyesakkan dada, dan ketegangan dirasakan semua peserta.

Ketika semua peserta sudah berada di dalam area Pegunungan Berkabut, datang badai salju disertai petir, dan semakin membatasi jarak pandangan mata. Suara ledakan energi karena pertarungan seketika hilang karena suara guntur yang menggelegar keras.

Apa yang dirasakan oleh semua peserta, juga dirasakan oleh tim Dewa Abadi. Saat ini mereka dekat dengan lingkaran tingkat kedua. Medan gravitasi yang semakin kuat mulai dirasakan.

Badai salju disertai petir, selalu datang saat dimulainya kompetisi Tombak Jiwa Berlian Petir, dan akan berhenti setelah satu hari berlalu. Badai salju petir berkumpul di puncak gunung, dan hawa dingin sulit untuk ditahan oleh kultivator tingkat tinggi.

Dari semua orang di tim Dewa Abadi, orang yang pernah berpartisipasi dalam kompetisi ini hanyalah Guru Li Ning. Tetapi, Guru Li Ning hanya sampai di lingkaran tingkat sepuluh. Dia tidak melanjutkan ke tingkat berikutnya dikarenakan tidak mampu menahan tekanan kuat dari medan gravitasi.

"Kita cari tempat perlindungan sampai badai ini berakhir!" Saran dari Guru Li Ning yang berjalan di sisi kiri Dewa Abadi, dan Nyonya Xiao Yihao di sisi kanannya sambil menggandeng Bei Mei.

"Di tengah hutan yang tertutupi oleh salju, di mana mencari tempat perlindungan?" Tanya Dewa Abadi.

Di depan dan sekeliling semua orang, salju sudah menutupi pepohonan besar, dan ketebalan salju mencapai ketinggian betis orang dewasa, untuk melangkah kaki butuh sedikit upaya. Oleh karena itu, menemukan tempat perlindungan dengan cuaca ekstrem seperti ini jelas sulit.

Untuk menghilangkan salju tebal yang menutupi jalan setapak, Dewa Abadi dan timnya tidak menggunakan elemen api karena menghemat energi. Energi digunakan untuk melawan peserta yang menyerang.

"Di dalam cincinmu!" Jawab Guru Li Ning.

Dewa Abadi menepuk keningnya sendiri karena lupa. Tetapi, sebelum berbicara, dia dan semua timnya merasakan aura pesaing yang datang dengan sangat cepat.

Walaupun tidak bisa melihat peserta yang datang itu, Dewa Abadi dan timnya masih bisa merasakan aura niat membunuh yang keluar dari tubuh mereka.

Dari aura mereka, pergerakan mereka dalam formasi mengepung, dan jumlahnya ada 15 orang. Dan, tim Dewa Abadi masih lebih unggul jumlah orang, 19 orang, dan juga unggul dalam hal basis kultivasi. Karena Guru Li Ning, Nyonya Er Lang dan Xiao Yihao tidak mengeluarkan aura kekuatannya di tingkat Creator Of The Multiverse, tim Dewa Abadi menjadi incaran peserta lain.

"Biarkan kami yang menghadapi mereka! Guru, Nyonya Xiao Yihao dan Guru Li, cukup melihat kita!" Pinta Yan Yan.

Yan Yan sudah tidak sabar untuk menunjukkan hasil latihannya selama ini, demikian juga dengan ketujuh saudarinya. Bei Mei yang ikut tidak dicegah oleh Nyonya Xiao Yihao, sebab basis kultivasi putrinya masih mampu melawan peserta yang datang ini.

Dewa Abadi jelas memilih peserta yang paling kuat, dan sisanya ditangani oleh timnya. Dia menghentakkan kaki di atas salju, lalu melesat cepat ke arah target; melewati pepohonan yang tertutup salju.

Yan Yan, Putri Mahatma dan lainnya sudah memilih target yang bisa dikatakan seimbang dengan basis kultivasinya. Mereka melakukan hal yang sama seperti Dewa Abadi; menghentakkan kaki di atas salju dan melesat ke arah target.

Nyonya Er Lang, Guru Li Ning dan Xiao Yihao berbagi tugas, melindungi Dewa Abadi dan yang lainnya dari belakang. Hal ini untuk mengantisipasi kedatangan peserta kompetisi yang jauh lebih kuat.

Dewa Abadi memilih lawan yang memiliki basis kultivasi lebih kuat satu tingkat, di tingkat Realm Of True Immortal (Ranah Abadi Sejati) level 10. Peserta yang datang ini ada 3 orang dengan kekuatan sama hanya beda levelnya. Dua orang itu dipilih oleh Putri Mahatma dan Lao Yi.

Mao Yu Jie dan Madam Hua Xinxin memilih lawan yang basis kultivasinya sedikit lebih rendah, beda satu level. Yan Yan dan yang lainnya terpaksa memilih lawan yang lemah karena tidak ada pilihan lain.

Lawan Dewa Abadi seorang pria tua. Walaupun lawannya mengenakan topeng, dari kulit leher dan tangannya bisa diketahui usianya. Pria tua itu kaget karena Dewa Abadi muncul di depannya. Tanpa basa-basi, orang tua itu menyerang karena dianggap lemah; melayangkan tinjunya yang mengeluarkan energi supernatural.

Tetapi yang mengejutkan pria tua itu, Dewa Abadi menerima pukulan berenergi tinggi dengan tubuhnya, dan kekuatannya meresap ke dalam pori-pori kulit. Sekali lagi, pria tua itu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seharusnya, dengan serangannya itu, Dewa Abadi sudah pasti tewas.

"Apakah hanya ini kekuatanmu?" Tanya Dewa Abadi yang sengaja memancing emosi lawan.

Dari tubuh orang tua itu mengeluarkan tujuh bola energi berwarna biru, bukti bahwa tidak lagi menyembunyikan kekuatannya, dan juga tersulut emosinya karena diremehkan.

"Mampus kau?!" Teriakkan pria tua itu sambil menggerakkan ketujuh bola energinya dengan lambaian tangan kanannya.

Swosh Swosh Swosh...

Ketujuh bola energi melesat ke arah Dewa Abadi. Namun serangan itu dengan mudah diatasi; dengan kedua telapak tangannya menyerap serangan lawan.

Pria tua itu terbelalak melihat serangannya diserap kembali. Karena tidak percaya dengan apa yang dilihat, orang itu kembali mengeluarkan bola energi basis kultivasinya, dan melakukan hal yang sama.

Melihat serangannya kembali diserap, pria tua itu akhirnya percaya bahwa lawannya kali ini memiliki kemampuan unik. Karena serangan energi tidak mempan, dia mengeluarkan senjata pedang.

Melihat lawan mengeluarkan senjata, Dewa Abadi juga mengeluarkan tombak hasil kreditan. Melihat tombaknya ini, hatinya terasa sakit karena harus terlilit hutang.

"Bing Cailing... Aku pasti mengobrak-abrik gua surgamu?!" Kekesalan Dewa Abadi sambil melesat ke arah lawan, menghunuskan tombak kreditan.

"Aku bukan wanita, aku pria asli, tolol?!" Umpatan kemarahan dari pria tua itu, dan melesat ke arah Dewa Abadi dengan menghunuskan pedangnya.

Di kejauhan, Bing Cailing yang disebut namanya sampai terpeleset, dan hampir saja lehernya terkena sabetan pedang lawannya. Untung saja lawan lebih lemah darinya sehingga mampu dihindari.

Boom... Swosh...

Ujung tombak dan pedang saling berbenturan, dan memicu gelombang kejut energi yang melelehkan salju tebal. Dewa Abadi dan lawannya melayang di atas salju yang menutupi tanah, saling memberikan tekanan energi yang terfokus pada senjatanya.

Dengan kompak, Dewa Abadi dan lawannya menarik senjatanya, lalu kembali saling serang, mengeluarkan segala keterampilan dalam menggunakan senjatanya. Yang mengejutkan pria tua itu, tombak lawan mengeluarkan kilatan petir yang menyambar.

Pria tua tidak mau kalah, apalagi unggul dalam hal basis kultivasinya, dia mengeluarkan elemen api yang mengalir ke pedangnya yang menjadi berapi-api.

Baru saja mengeluarkan elemen api pedang, Dewa Abadi tiba-tiba mundur dan berkata kepadanya sambil menjentikkan jari tangan kanan.

"Membosankan?"

Setelah berbicara, bermunculan bola-bola energi berwarna kuning, dan itu adalah bola energi Kekuatan Jiwa Semesta. Aura kekuatan yang dikeluarkan sampai membuat pria tua itu ketakutan. Pria tua itu segera melarikan diri, naik ke lingkaran tingkat kedua.

Akan tetapi, bola-bola energi Kekuatan Jiwa Semesta mengejarnya, dan lebih cepat dari orang itu. Ketika bola-bola energi itu mendekat, orang tua itu menggunakan pedangnya untuk menghancurkan serangan.

Boom...

Ledakan pertama ketika bola energi kunang-kunang itu ditebas pedang. Akibatnya, pria tua itu merasakan sakit kepala ekstrim. Karena dampak ledakan itu, pria itu dihujani oleh bola-bola energi yang lainnya. Dan, dalam waktu singkat, pria tua itu tewas mengenaskan. Dewa Abadi menghampiri lawannya yang tewas, dan mengambil kristal energi spiritual yang keluar dari perutnya.

"Lumayan," kata Dewa Abadi setelah menelan kristal energi, sedikit memberikan energi pada dantiannya.

Apa yang dilakukan oleh Dewa Abadi, juga dilakukan oleh kedelapan istrinya; menggunakan Kekuatan Jiwa dengan tingkatan yang berbeda-beda, mereka dengan mudah melenyapkan lawannya. Sedangkan Mao Yu Jie, Madam Hua Xinxin, Bing Cailing, Xiaoli, Moon Qiang, Shan Jing dan Bei Mei juga mengalahkan lawan dengan sedikit upaya. Semua orang Kembali berkumpul.

Mengalahkan lawan tidak membuat semua orang melakukan eforia, biasanya saja karena lawan tidak memberikan perlawanan sengit.

"Di depan aku sempat melihat kerumunan peserta lain di depan gua. Ayo kita lihat!" Ajakan Putri Mahatma.

"Gua? Aku tidak pernah tahu disekitar sini ada gua... Apa mungkin gua itu dibuat oleh penduduk lokal Gunung Berkabut?" Guru Li Ning langsung menebak.

"Selama 1.000 tahun ini, tidak mengherankan jika ada gua. Ayo kita selidiki!" Nyonya Er Lang mendukung Putri Mahatma.

Dewa Abadi dan timnya kembali melanjutkan perjalanan ke puncak, tujuan mereka ke gua itu. Mereka kembali menerjang badai salju disertai petir. Tidak butuh waktu lama, mereka tiba di gua yang disebutkan oleh Putri Mahatma.

Saat tiba, sudah ada beberapa kelompok peserta yang saling menjaga jarak. Mereka ragu-ragu untuk masuk ke gua itu. Dari dalam gua itu, semua orang mendengar suara angin seperti lantunan wanita sedang bernyanyi; terdengar samar-samar. Dan, di atas gua ada tulisan yang diukir di batu.

"Gua Bernyanyi."

Terpopuler

Comments

Ardi Muhammad

Ardi Muhammad

gua apakah itu

2024-04-10

0

Qing shan

Qing shan

💪💪💪

2024-04-08

1

Qing shan

Qing shan

🥰🥰🥰

2024-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!