Kompetisi Dimulai.

Bab 12. Kompetisi Dimulai.

Pintu Naga seperti namanya, sebuah gapura besar dengan ukiran seekor naga disepanjang pintu. Pintu Naga itu dicat warna merah yang melambangkan api atau semangat, dan memiliki dua kepala pada tiangnya.

Ketika seseorang mendekati Pintu Naga, dengan jelas merasakan medan gravitasi naik tiga kali lipat, membuat siapapun yang mendekat tertekan. Tetapi, ketika lonceng berbunyi, tekanan medan gravitasi di sekitar Pintu Naga turun setengahnya.

Jika menuju ke wilayah Pegunungan Berkabut melalui jalan lain, medan gravitasinya seperti yang dikatakan oleh Nyonya Er Lang. Oleh karena itu, Pintu Naga menjadi satu-satunya pintu untuk masuk ke Pegunungan Berkabut.

Tidak jauh dari Pintu Naga, ada sebuah menara setinggi 20 meter. Di puncak menara itu ada sebuah lonceng yang juga di ukir naga. Itulah lonceng yang akan dibunyikan.

Di depan Pintu Naga, banyak peserta yang berkelompok, tidak hanya tim Dewa Abadi saja. Setiap kelompok itu rata-rata mengenakan topeng. Tujuan mereka menggunakan topeng, agar saat mengeliminasi peserta lain wajahnya tidak dikenali, sehingga saat kompetisi berakhir tidak diincar oleh pihak keluarga korban.

Kedatangan tim Dewa Abadi tidak menjadi perhatian orang lain, karena banyak kelompok yang serupa. Hanya orang-orang kuat yang tidak mengenakan topeng karena ditakuti.

Segala tingkatan aura kekuatan dengan sengaja dikeluarkan untuk menjauhkan yang lemah. Orang-orang itu rata-rata memiliki kekuatan tingkat The Realm Of Eternal Darkness. Akibatnya, di depan Pintu Naga didominasi oleh orang-orang kuat itu.

Suasana semakin ramai ketika datang dari pihak-pihak kerajaan, lalu disusul oleh pihak kekaisaran. Suasana semakin ramai ketika kehadiran Tiga Mahaguru Agung dan anggotanya.

Dewa Abadi dan timnya jauh berada di belakang para peserta. Bei Han, Xiang Ding, Paman Sun Kepala Kredit, dan si An Na pegawai Gedung Artefak juga hadir, mereka tidak berpatisipasi, hanya datang untuk memberikan semangat.

Walaupun Dewa Abadi tidak menarik perhatian, tidak dengan para wanitanya. Aroma wangi khas wanita yang memancing kaum pria mendekat dengan maksud berkenalan.

Jika ada peserta wanita dalam kompetisi yang didominasi kaum pria, wanita itu dianggap pemberani dan layak untuk dijadikan pasangan hidup. Satu kelompok dengan jumlah 10 orang mendekat tim Dewa Abadi.

Teng... Teng... Teng... Roarrr....

Lonceng Naga dibunyikan oleh seorang guru dari kuil, lalu disusul oleh suara raungan Naga yang keluar dari mulut patung naga. Seketika letupan energi kecil keluar dari tubuh para peserta yang bersemangat. Tidak ketinggalan sorakan peserta, dan penonton.

Kelompok yang akan mendekati tim Dewa Abadi segera balik badan mengurungkan niatnya, mereka tidak ingin didahului peserta lain.

Tiga Mahaguru Agung berada di depan Pintu Naga. Sebelum melangkah kaki, Mahaguru Agung Pertama melihat ke belakang, kedua matanya mencari seseorang. Berhubungan hampir semua peserta menggunakan topeng, dia tidak menemukan orang yang dicari.

"Saudara tertua, di luar gunung kita adalah sahabat dan seperjuangan. Di dalam, kita adalah pesaing. Aku harap keikutsertaan kita kali ini semakin menarik, dan tidak menciptakan kebencian di antara kita!" Mahaguru Agung Kedua berbicara.

"Iya. Saat ini kita adalah saudara di dalam kita adalah lawan. Apapun yang terjadi di dalam, semua itu tergantung kemampuan dan keberuntungan kita. Aku harap, kita bisa berada di puncak bersama-sama!" Timpal Mahaguru Agung Pertama.

Diiringi dengan tepuk tangan dan sorakan, Tiga Mahaguru Agung terlebih dahulu masuk, melangkah kakinya ke Pintu Naga setelah berbasa-basi sejenak. Lalu diikuti oleh anggotanya masing-masing. Mereka bertiga menuju ke arah yang berbeda.

Setelah orang-orang yang disegani itu masuk, disusul oleh pihak kekaisaran, kerajaan dan kelompok lainnya. Kaisar dan para raja mengutus orang pilihannya, mereka tidak mungkin berpartisipasi karena harus memimpin wilayahnya masing-masing. Mereka datang hanya formalitas, apalagi Mahaguru Agung berpatisipasi, jelas mereka datang untuk menghormati Mahaguru Agung.

Dewa Abadi dan timnya tidak buru-buru masuk ke Pintu Naga, mereka akan masuk setelah semua peserta bergerak terlebih dahulu. Semua orang yang tidak ikut melihat kepergian para peserta.

Di lingkaran pertama, tidak ada terjadi sesuatu ataupun perkelahian, sebab area pegunungan area lingkaran tingkat pertama dalam jangkauan mata memandang. Tetapi, saat di area lingkaran tingkat kedua, mata jenis apapun tidak bisa melihat kedalam hutan, bahkan Mata Surgawi diblokir oleh energi tak kasat mata.

"Paman Han, apakah tidak bergabung dengan kita?" Dewa Abadi bertanya kepada Kepala Desa Han.

Bei Han melirik istrinya, lalu menjawab dengan ekspresi tak berdaya, "ingin sebenarnya bergabung, tapi desa tidak bisa ditinggalkan terlalu lama!"

"Kami dan penduduk desa mengandalkan kamu untuk mengharumkan nama Desa Bei!" Sahut Xiang Ding.

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin!" Dewa Abadi tidak bisa menjanjikan menjadi yang terbaik dalam kompetisi.

"Apakah Nona Mao Yu Jie, Madam Hua Xinxin dan yang lainnya juga ikut?" Tanya Dewa Abadi.

"Kota Wuqi sudah hancur, dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk sementara waktu. Daripada tidak melakukan apapun, aku dan yang lainnya berpatisipasi. Siapa tahu kita menghasilkan pendapatan tambahan untuk membangun ulang bisnis!" Jawab Mao Yu Jie mewakili Madam Hua Xinxin dan yang lainnya.

Paman Sun Kepala Kredit menambah perkataan Mao Yu Jie, "Shimo Ling, dengan kamu memenuhi kesepakatan kita, hasil dari kompetisi bisa digunakan untuk membangun kembali Mansion Dewi Senja dan Gedung Artefak. Berusahalah!"

Ketika Dewa Abadi dan rombongannya sedang mengobrol sambil menunggu semua peserta masuk, datang Pangeran Chen saat mengetahui Bing Cailing dan Mao Yu Jie.

Walaupun Bing Cailing dan Mao Yu Jie mengenakan topeng, Pangeran Chen mengetahuinya karena ada Paman Sun dan si An Na. Jika ada Paman Sun dan An Na, pasti Mao Yu Jie juga hadir.

Hanya dengan sekali pandangan, Pangeran Chen tahu yang mana Mao Yu Jie dan Bing Cailing. Dia tidak sendirian, bersama dengan empat pengawalnya.

"Yu Jie, bagaimana tawaran dari kami?"

Belum dekat dengan tim Dewa Abadi, Pangeran Chen bertanya kepada Mao Yu Jie dengan suara lantang. Akibatnya, tim Dewa Abadi menjadi perhatian semua orang.

"Pria ini lagi, menyebalkan!?" Gerutu Mao Yu Jie yang tidak suka dengan Pangeran Chen.

"Ada masalah apa?" Tanya Dewa Abadi sebelum Pangeran Chen mendekati Mao Yu Jie.

"Keluarga kerajaan mengirim surat lamaran pernikahan kepadaku. Tapi hingga hari ini, aku tidak memberikan jawaban sebelum mereka memenuhi syarat dariku!" Jawab Mao Yu Jie.

"Menikah dulu baru penuh syaratnya!" Celetuk Dewa Abadi.

"Enak saja kalau ngomong?! Siapa juga yang suka dengan Chao Chen! Aku membuat syarat agar mereka mengurungkan niat untuk menjadikan aku sebagai istri putra mahkota Kerajaan Ma?!"

Mao Yu Jie langsung emosi sambil mencubit pinggang Dewa Abadi hingga meringis kesakitan. Semua wanita tersenyum melihat Dewa Abadi seperti ini.

"Kamu tidak tahu motto di dalam asmaraku," ucap Dewa Abadi n ketika Mao Yu Jie melepaskan cubitannya.

"Motto apa?" Tanya Mao Yu Jie ketus.

"Jadikan berbadan dua baru nikahi!" Jawab Dewa Abadi dan langsung kembali mendapatkan cubitan.

Bei Han, Paman Sun dan Xiang Ding sontak tertawa terbahak-bahak karena motto itu sangat lucu. Para wanita menahan tawanya. Pangeran Chen yang diabaikan menjadi kesal.

"Aku ini putra mahkota, tetapi kalian tidak sedikitpun menaruh hormat kepadaku!?" Pangeran Chen menegur semua orang.

Dewa Abadi segera mendekati Pangeran Chen, namun dihalangi oleh Bing Cailing karena tidak ingin terjadi keributan sebelum menyelesaikan kompetisi.

"Jika kau laki-laki sejati, ikut berpatisipasi dalam kompetisi. Aku menantangmu?!" Walaupun tubuh Dewa Abadi dihalangi, tetapi tidak dengan mulutnya.

Sebelum Pangeran Chen menjawab, Dewa Abadi kembali berbicara kepadanya, "seorang wanita baik, akan mendapatkan suami yang baik pula. Apalagi jika pria itu pemberani!!"

Perkataan Dewa Abadi membuat Pangeran Chen kesulitan untuk membalasnya. Dia jelas tidak berani mengikuti kompetisi brutal. Tetapi, dia jelas tidak mau dipermalukan dihadapan Mao Yu Jie dan semua orang.

"Aku putra mahkota dan akan menjadi seorang calon raja. Mana mungkin seorang calon raja mengantarkan nyawanya? Nyawaku jauh lebih berharga dari kau!"

"Ohh... Jadi maksudmu nyawa Mahaguru Agung tidak berharga?" Dewa Abadi menyahut dengan suara keras.

Ucapannya memantik berbagai macam komentar yang menyudutkan Pangeran Chen. Dan, Pangeran Chen telah salah berucap. Salah satu pengawal segera mengajak kembali Pangeran Chen agar tidak salah berbicara lagi.

"Pangeran pengecut... Mao Yu Jie adalah kekasihku. Berhentilah untuk mengejarnya?!" Dewa Abadi sengaja memberikan peringatan kepada Pangeran Chen, tujuannya untuk membantu Mao Yu Jie.

Dipanggil sebagai seorang pengecut dan juga mendapatkan ancaman, tubuh Pangeran Chen gemetaran karena amarah. Namun, dia melihat Raja Chao melotot kepadanya karena telah salah berbicara tentang Mahaguru Agung dan semua peserta kompetisi.

Salah satu peserta yang mendengar perkataan Pangeran Chen ikut berbicara karena tidak terima direndahkan, "memang nyawaku tidak berharga, tetapi aku tidak bersembunyi di balik punggung keluarga?!"

Karena satu orang, peserta lainnya ikut berkomentar menyudutkan Pangeran Chen, Raja Chao menjadi malu dan buru-buru meninggalkan Kota Berkabut, termasuk Pangeran Chen yang tidak ada tempat untuk menyembuhkan wajahnya.

Dewa Abadi menjadi perhatian utama dari keluarga kerajaan dan kekaisaran. Salah satunya adalah Putri Qin Shinzhui. Tetapi, semua wanita dengan kompak menggunakan tubuhnya untuk menghalangi pandangan mata agar tidak bisa melihat Dewa Abadi.

Mao Yu Jie tersenyum manis karena dibelah oleh Dewa Abadi. Hatinya semakin berbunga-bunga karena diakui sebagai kekasih.

Akhirnya, semua peserta telah masuk ke Pintu Naga. Tidak berselang lama, Tim Dewa Abadi segera masuk. Bei Han, Xiang Ding dan Paman Sun, dan si An Na memberikan semangat kepada tim Dewa Abadi.

Selama kompetisi berlangsung, semua orang bisa melihat peserta yang diinginkan melalui Cermin Sihir. Tetapi, Cermin Sihir tidak secara langsung menunjukkan detailnya, hanya pergerakan mereka saat berada di lingkaran tingkat di Gunung Berkabut.

Paman Sun, si An Na dan beberapa pegawai Mansion Dewi Senja tetap berada di Kota Berkabut menunggu Madam Hua Xinxin dan Mao Yu Jie, mereka tinggal di penginapan.

Ketika Dewa Abadi dan timnya melewati Pintu Naga, Medan gravitasi kuat segera menekan tubuh mereka. Dengan gravitasi tinggi, terbang jelas tidak bisa, melompat saja hanya bisa setingkat dua meter.

Semakin naik ke Gunung Berkabut, medan gravitasinya semakin besar, dan ini baru di area lingkaran pertama. Karena memiliki Batu Keabadian, medan gravitasi di area lingkaran pertama tidak begitu dirasakan oleh Dewa Abadi.

Nyonya Xiao Yihao memegang tangan Bei Mei agar tidak terlalu besar menerima tekanan gravitasi. Dari semua wanita yang ikut, hanya Bei Mei yang basis kultivasinya tergolong rendah, tetapi semangatnya tinggi untuk mengikut Dewa Abadi.

"Arah mana yang harus kita jelajahi?" Tanya Dewa Abadi kepada Nyonya Er Lang.

"Karena semua orang terfokus naik ke area tingkat kedua, kita lebih baik menyusuri area tingkat pertama di sisi selatan terlebih dahulu," kata Nyonya Er Lang sambil tangan kanan menunjuk ke arah selatan.

Dewa Abadi memimpin jalan karena tubuhnya mampu menerima serangan mendadak. Dia menjadi tameng atas kemauannya sendiri...

Terpopuler

Comments

Ardi Muhammad

Ardi Muhammad

oke ditunggu yah

2024-04-10

0

Qing shan

Qing shan

👍👍👍

2024-04-08

1

Qing shan

Qing shan

😍😍😍

2024-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!