In Another World With The System
Di suatu tempat di dalam dungeon Verinus, seorang pemuda sedang terbaring sekarat, dan tubuhnya mengeluarkan banyak darah, hingga mewarnai tanah dibawahnya dengan warna merah darah.
Pemuda itu memiliki rambut hitam, mata berwarna abu-abu, dan wajah yang tampan. Sangat disayangkan bahwa wajahnya yang tampan terlihat kosong dan ternodai oleh darah, sehingga menutupi ketampanannya.
Dengan tubuh terbelah menjadi dua di bagian perutnya, kaki kiri hancur lebur, dan tangan kanan yang terputus, suatu keajaiban besar bahwa pemuda itu masih hidup.
'Kenapa dia melakukan ini?' Leo bertanya pada dirinya sendiri di dalam benaknya.
Mengingat salah satu temannya yang melemparkannya ke sarang monster, ekspresi sedih melintas di wajah Leo.
'Kenapa aku dikhianati oleh temanku?'
'Jika saja aku lebih kuat... Mungkin situasi ini tidak akan terjadi padaku.'
'Apa aku... akan mati?'
Dengan penglihatannya yang kabur, Leo melihat serigala ganas yang berjalan ke arahnya sambil menggeram.
Namun sebelum dia dapat melihat apa yang akan dilakukan serigala itu, penglihatannya menjadi semakin kabur, dan kesadarannya perlahan tenggelam ke dalam kegelapan.
....
"Eh!!"
Membuka matanya, dan menemukan bahwa dia telah berada di tempat lain, Leo melihat area sekelilingnya dengan bingung.
Kemanapun dia memandang, yang dia lihat hanyalah warna putih tanpa ada apapun.
Bahkan batas tempat itu tidak terlihat.
Selain itu, dia menemukan bahwa tubuhnya telah sembuh sepenuhnya, yang membuat kebingungannya semakin bertambah.
"Katakan! Apa kau menginginkan kekuatan?"
"Hah?!"
Menyadari ada suara seseorang yang tidak pernah dia dengar, pemuda itu segera melihat sekelilingnya dengan waspada, tapi dia tidak melihat ada seorangpun.
"Aku akan bertanya sekali lagi! Apa kau menginginkan kekuatan?"
Mendengar suara asing yang menanyakan pertanyaan yang sama sekali lagi, ekspresi wajah pemuda itu terlihat ragu untuk sesaat, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk bertanya, "Siapa kau?"
Suara itu mendengus, "Kau tidak perlu mengetahui siapa diriku."
"Jadi, apa jawabanmu, bocah?"
Pemuda itu menelan ludahnya dengan gugup, dan dia berkata dengan penuh tekad, "Ya, aku menginginkan kekuatan."
"Jawaban yang bagus."
Suara itu terdengar puas.
Setelah itu, tiba-tiba ada kabut hitam yang muncul dalam jarak sepuluh meter dari pemuda itu sebelum seorang pria yang terlihat berusia dua puluhan muncul.
Pria itu memiliki rambut berwarna hitam dan mata merah, dan memakai jubah hitam yang compang-camping.
Selain itu, ekspresi wajahnya terlihat sangat kosong, dan ada aura yang sangat menakutkan yang merembes keluar dari tubuh pria itu, entah disengaja atau tidak.
Ketika pemuda itu melihat pria yang baru saja muncul, tubuhnya tiba-tiba sedikit gemetar, tapi dia tetap berdiri diam dan menatap lurus ke depan, wajahnya penuh dengan tekad.
"Tidak perlu takut! Aku tidak berniat untuk menyakitimu." Pria itu berkata dengan tenang sambil menatap pemuda berusia tujuh belas tahun yang ada di depannya. "Untuk sekarang kau tidak perlu mengetahui siapa aku. Kau hanya perlu tau kalau aku ada disini untuk menemuimu."
"Menemuiku?"
"Aku ingin kau mewarisi kekuatanku!"
Perkataan pria itu mengejutkan pemuda itu.
Berpikir sejenak, dan tidak dapat menebak alasan pria itu ingin mewariskan kekuatannya kepadanya, pemuda itu bertanya dengan ekspresi bingung, "Kenapa kau memilihku?"
"...Kau adalah kandidat yang paling cocok untuk mewarisi kekuatanku."
"Hah? Aku kandidat yang paling cocok untuk mewarisi kekuatanmu? Itu sangat konyol." Pemuda itu tersenyum mengejek seolah dia mencela dirinya sendiri, "Apa kau yakin tidak salah memilih orang?"
"Aku mengetahui semua hal tentangmu, Leo."
Mendengar namanya dipanggil oleh pria misterius itu, Leo sedikit melebarkan matanya karena terkejut, "Kau mengetahui namaku?"
"Aku mengetahui semua tentangmu."
"...."
Pria itu menjelaskan, "Pada awalnya, kau hanyalah orang biasa yang hidup di dunia modern, hingga kau dan teman sekelas mu dipanggil ke dunia lain oleh kerajaan Velgia.
"Namun karena kekuatanmu sangat lemah dan kau tidak mempunyai skill apapun, pada akhirnya kau dianggap sebagai beban dan kemudian dibuang ke dalam dungeon oleh salah satu teman sekelasmu."
"Selain itu, aku juga tau kalau kau memiliki adik perempuan di dunia asalmu."
"Tunggu! Bagaimana kau tau?"
"Aku menggunakan kekuatanku melihat semua ingatanmu." Pria itu mengatakannya seolah itu bukan masalah besar, yang membuat sudut mata Leo sedikit berkedut.
Leo menghela nafas, "Karena kau sudah mengetahui semuanya, seharusnya kau juga tau kalau aku sangat lemah."
"Apa kau mau mewarisi kekuatanku?" Pria itu mengabaikan ucapan Leo dan menanyakan pertanyaan yang sama sekali lagi.
"Ugh, sudah kukatakan kalau aku sangat lemah, kenapa kau bersikeras ingin aku mewarisi kekuatanmu? Aku tidak cocok."
Mendengar keluhan Leo, pria itu menutup matanya sejenak, lalu dia menatap lurus ke mata Leo, yang membuat tubuh Leo bergidik tanpa sadar karena kekosongan menakutkan yang ada di mata pria itu.
Setelah keheningan singkat, pria itu mulai berbicara, "Kau adalah orang yang bodoh, lemah, dan tidak punya pengalaman, namun kau adalah orang yang pemberani."
"Sejauh ini, orang yang bertemu denganku akan berlari ketakutan karena auraku, tapi kau tidak. Walaupun kau merasa takut, kau tidak lari setelah melihat auraku. Ini membuktikan keberanianmu."
"Selain itu, kau memiliki afinitas yang sama dengan diriku dan manusia dengan potensi terbesar yang pernah aku lihat."
"Mungkin kau tidak bisa melihatnya sendiri, tapi aku bisa melihatnya dengan jelas."
"Dengar, bocah!"
"...Alasanku memilihmu bukan karena aku merasa kasihan atau tebakan bodohmu yang lain, tapi karena kau adalah kandidat yang paling cocok untuk mewarisi kekuatanku."
"Jadi aku akan bertanya sekali lagi! Apa kau mau mewarisi kekuatanku?"
....
Mendengarkan ucapan pria itu, Leo sedikit membuka mulutnya karena tercengang.
Leo tidak menyangka kalau dirinya akan dinilai setinggi ini.
Ini membuatnya terkejut.
Menutup matanya sejenak, dan mengepalkan tangannya erat-erat, Leo segera menatap ke depan dengan ekspresi penuh tekad, "Tuan, tolong wariskan kekuatanmu kepadaku!"
Pria itu mengangguk, "Bagus. Kalau begitu aku akan langsung memulai prosesnya."
Berjalan ke arah Leo, dan berhenti tepat di depannya, pria itu menempelkan jari telunjuk tangan kanannya ke tengah dahi Leo, dan kemudian dia memulai prosesnya.
Boom!
Aura kegelapan yang sangat kuat tiba-tiba meletus dari pria itu hingga menciptakan hembusan angin yang sangat kencang di ruangan yang serba putih itu, namun hal itu tidak mempengaruhi mereka berdua.
Di ujung jari pria itu, muncul sebuah kubus kecil yang diselimuti kabut Kegelapan yang sangat pekat, dan kemudian kubus kecil itu bersentuhan dengan dahi Leo dan masuk ke dalam kepalanya.
Ketika itu terjadi, Leo merasakan kekuatan yang sangat besar memasuki tubuhnya, tapi perasaan itu menghilang dengan cepat, seolah tidak terjadi apa-apa sama sekali.
Lima menit berlalu dengan cepat, dan pria itu akhirnya menurunkan tangannya sementara percikan abu-abu muncul saat Leo membuka matanya kembali.
Pewarisan kekuatan telah selesai.
"Apakah sudah selesai?" Leo bertanya.
"Ya." Pria itu mengangguk.
"Jadi, apa sekarang aku sudah mendapatkan seluruh kekuatanmu?" Leo bertanya dengan penuh semangat.
"Tidak." Pria itu menggelengkan kepalanya.
"Hah?!" Leo membuat ekspresi bingung.
Melihat wajah bingung Leo, pria itu menjelaskan, "Kekuatanku terlalu besar untuk kau terima secara langsung. Namun aku sudah menduganya, jadi kau tidak perlu khawatir tubuhmu akan meledak karena tidak mampu menampung seluruh kekuatanku."
Pria itu mengatakan hal yang mengerikan dengan wajah santai, yang membuat Leo merasa sedikit ngeri.
Pria itu melanjutkan, "Aku telah membuat sistem yang akan membuatmu mendapatkan kekuatanku secara bertahap saat kau bertambah kuat. Yang perlu kau lakukan hanyalah berlatih agar kau bertambah kuat dan menerima kekuatanku sepenuhnya."
"...Apakah kau paham?"
"Aku paham." Leo mengangguk, dan setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Anu, tuan! Bisakah anda memberitahukan namamu?"
"Namaku ya?" Pria itu menutup matanya sejenak saat ingatan masa lalu tiba-tiba muncul di benaknya, yang membuat dia tersenyum tanpa sadar.
"Magnus... Itu adalah namaku."
"...."
Leo terdiam, hanya menatap wajah orang di depannya dan tidak mengatakan apa-apa, yang membuat pria itu, atau Magnus, merasa ada sesuatu yang salah.
"Apa ada yang aneh dengan namaku?"
"Ah, tidak tidak. Hanya saja... Ini pertama kalinya aku melihatmu tersenyum sejak kita bertemu." Kata Leo sambil tersenyum.
"Apakah tadi aku tersenyum?"
"Benar. Walaupun sangat singkat, aku tadi melihatmu tersenyum."
"...Begitu ya." Magnus berbalik dan berjalan menjauh dari Leo. "Urusanku di sini telah selesai. Sebentar lagi kau akan keluar dari tempat ini."
"Tunggu sebentar, guru!" Leo buru-buru menghentikan Magnum.
"Guru?" Magnus menoleh ke belakang sambil mengulangi perkataan Leo dengan bingung, tapi begitu dia melihat ke belakang, ekspresi terkejut melintas di wajahnya yang dingin.
Leo tidak melihat ekspresi terkejut Magnus, dan dia terus membungkukkan badannya tanpa menyadari kalau saat ini Magnus menatap dirinya dengan ekspresi terkejut.
Setelah diam selama beberapa saat, Leo akhirnya berbicara, "Terimakasih karena telah mewariskan kekuatanmu kepadaku, Guru!"
"Aku berjanji akan berlatih dengan keras dan menjadi kuat agar tidak mengecewakan dan tidak mempermalukan dirimu."
"Lalu... Aku akan melampauimu." Leo berkata dengan suara keras di akhir kalimat.
Setelah mengatakan itu, tubuh Leo perlahan larut menjadi partikel-partikel kecil sebelum dia menghilang dari tempat itu dan kembali ke dalam dungeon, yang membuat ruangan putih itu kembali sunyi seperti sedia kala.
Tanpa sadar, saat ini bibir Magnus telah melengkung membentuk senyuman. "Aku serahkan semuanya kepadamu, penerusku!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Raysonic™
alif lam lam Alif Ha
2024-06-24
0
ini sebab berapa kata Thor? pendek kayanya
2024-04-24
1
Cowok Rese
harusnya pakai tanda petik satu, bukan }{}
2024-03-31
3