"Apa apa?" Ragna bertanya dengan bingung ketika dia melihat Leo yang tiba-tiba terlihat marah.
"Ayo pergi! Adikku sedang dalam bahaya."
Tanpa menunggu jawaban dari Ragna, Leo langsung bergegas ke arah kerajaan Estasia dengan kecepatan tinggi.
"Hei, tunggu aku!"
Melihat Leo pergi meninggalkannya, Ragna hanya bisa menghela nafas tak berdaya dan segera pergi menyusul Leo.
Setelah lebih dari lima menit berlari dengan kecepatan penuh dan tidak melambat sama sekali, mereka berdua akhirnya tiba di ibukota kerajaan Estasia.
'Apakah itu adalah adik Leo?'
Melihat gadis cantik yang duduk di bangku sebelah air mancur yang didekati Leo, Ragna berhenti berlari dan berjalan ke arah Leo dan gadis itu dengan langkah santai.
"Oi, bukankah sebelumnya kau bilang kalau adikmu sedang dalam bahaya?" Ragna berkata dengan nada tidak senang dan berpikir, 'Apa dia berbohong kepadaku?'
"Apa sebelumnya aku mengatakan itu?" Leo bertanya dengan wajah bingung.
Ragna: "...."
Leo: "...."
Melihat dua orang yang saling menatap dalam diam seolah-olah mereka sedang melakukan kontes tatap mata, Alice yang sedikit berkeringat karena suasana ini akhirnya memutuskan untuk ikut campur.
"Ehem! Tadi memang ada beberapa preman jahat yang menggangguku, tapi aku sudah membereskannya."
"Dengar kan? Sebelumnya Alice memang berada dalam bahaya! Aku tidak bohong."
Wajah Leo terlihat seolah dia adalah yang paling benar saat dia mengatakan itu, yang membuat sudut mata Ragna berkedut saat dia menahan amarahnya sementara Alice menatap kakaknya dengan tak berdaya sebelum dia menghela nafas karena kejahilan yang dilakukan kakaknya itu.
"Nah, tidak perlu menatapku begitu, aku hanya bercanda!" Leo menepuk bahu Ragna sambil tersenyum sebelum dia menunjuk Alice. "Ini adalah adikku, namanya Alice Vellasius. Kau bisa memanggilnya Alice atau adik Leo atau kak Alice atau nona Vessalius atau-!"
"Baik baik, aku mengerti!" Ragna menyela ucapan Leo sebelum dia menghela nafas lelah. 'Orang ini sangat menjengkelkan.'
"Ehem! Aku adalah adik Leo, Alice, salam kenal, Akagami!" Alice memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis.
"Akagami?" Ragna menatap Alice sambil mengerutkan kening dan berkata, "Apa kau juga mencoba bermain-main denganku?"
"Hehe, tentu saja tidak, Akagami!"
Ragna menghela nafas, "Ragna, namaku Ragna. Sebaiknya kau tidak memanggilku dengan julukan konyol itu lagi! Hm!"
Melihat Leo sedang fokus menatap ke arah kanan, Ragna mengalihkan pandangannya dan mengikuti tatapan Leo, dimana dia melihat ada dua kesatria berarmor lengkap yang sedang berjalan ke arahnya.
"Apa kalian berdua mengenal gadis ini?" Salah satu kesatria itu berkata sambil menunjuk ke arah Alice. Wajah kesatria itu terlihat tegas.
"Dia adalah adikku." Jawab Leo sambil menatap kesatria itu dengan waspada.
"Maaf, tapi Gadis ini baru saja melanggar aturan ibukota kerajaan Estasia. Jadi dia harus ikut dengan kami untuk mengikuti persidangan, termasuk kalian berdua."
Dengan pernyataan kesatria itu, mereka bertiga kemudian dibawa kesatria itu ke tempat persidangan, yaitu istana kerajaan Estasia.
.....
'Kenapa aku juga dibawa pergi ke tempat ini?'
Ragna mengamati orang-orang yang ada di pengadilan sambil bertanya-tanya kesalahan apa yang telah dia lakukan.
Menunggu lebih lama lagi, raja kerajaan Estasia, Gustave Breind Estasia, akhirnya sampai ke tempat pengadilan sebelum dia duduk di tahtanya dengan tenang.
Dia memiliki penampilan seorang pria tua berusia lima puluhan dengan tubuh kekar dan tinggi badan sekitar seratus sembilan puluh sentimeter lebih. Hanya melihat aura yang secara tidak sadar dikeluarkan dari tubuhnya saja, Leo dan Ragna dapat mengetahui kalau dia adalah orang yang kuat.
Sementara itu, di kedua sisi raja di belakang tahta, ada dua kesatria berarmor lengkap yang membawa pedang di pinggangnya yang berdiri diam dengan sikap tegak.
Dengan kedatangan sang raja, juru bicara mengumumkan dengan suara keras, "Sidang sekarang akan dimulai! Semuanya diharapkan untuk diam!"
"..."
Melihat semua orang yang terdiam, juru bicara mulai berbicara tentang aturan dan pasal pasal (?) kerajaan Estasia.
Setelah lebih dari sepuluh menit, sidang akhirnya memasuki inti permasalahan.
"Sekarang, mari kita dengarkan jawaban dari nona Alice!"
"Apakah benar bahwa anda telah melakukan pembunuhan di ibukota Estasia?"
Mendengar ucapan juru bicara itu, Leo dan Ragna segera menatap ke arah Alice dengan tatapan terkejut.
'Aku tidak menyangka kalau gadis kecil yang tampaknya baru berusia lima belas tahun ini akan membunuh seseorang, terlebih lagi di dalam ibukota Estasia.' Pikir Ragna sambil melirik ke arah Alice, yang saat ini sedang menatap ke bawah dengan wajah murung.
Sedikit menggeser tatapannya, Ragna sedikit terkejut ketika dia melihat Leo yang terlihat sangat tenang, seolah-olah dia tidak peduli dengan apa yang telah adiknya lakukan.
'Apa yang dia pikirkan saat ini?' Ragna kembali menarik pandangannya sambil bertanya-tanya di dalam pikirannya.
"Benar, aku baru saja membunuh lima orang di dalam gang kecil." Alice menjawab dengan jujur dan berpikir, 'Aku ingin tau apa yang dipikirkan kakak saat ini. Apa dia kecewa karena aku melakukan pembunuhan?'
"Apa alasan anda membunuh mereka?"
Pertanyaan kedua datang.
"Mereka mencegatku di gang gelap dan ingin melakukan sesuatu yang jahat kepadaku. Oleh karena itu... Aku membunuh mereka."
"Kak, maaf!" Alice meminta maaf dengan suara rendah sambil menunduk, tidak berani menatap langsung ke arah Leo.
Dia tidak takut dihukum karena membunuh seseorang, dan dia juga tidak menyesalinya.
Dia hanya takut kalau...
Leo akan membencinya dan kemudian meninggalkannya.
Itu adalah satu-satunya yang dia takuti.
"Jangan khawatir, aku tidak marah kok." Leo menepuk kepala Alice sambil tersenyum lembut, yang membuat Alice melebarkan matanya sementara air mata mulai muncul di sudut matanya.
"Um!" Alice tersenyum senang.
'Kupikir setidaknya dia akan menyangkal kalau adiknya membunuh seseorang, atau bahkan marah kepada adiknya. Aku tidak menyangka kalau dia akan menerimanya semudah ini. Dia kakak yang baik." Ragna tersenyum tipis saat dia melihat Leo yang sedang menghibur adiknya.
Sementara itu, juru bicara menoleh ke arah raja dan berkata dengan hormat, "Yang mulia, dia berkata dengan jujur."
"Hm!" Mendengar ucapan juru bicara, Ragna segera menatap ke arah juru bicara dan berpikir, 'Berdasarkan pernyataan yang baru saja dia katakan, sepertinya orang itu punya kemampuan untuk mendeteksi kebohongan.' Mungkin itu adalah skill miliknya.'
Pada saat ini, Raja menatap ke arah juru bicara dan menganggukkan kepalanya.
Melihat ini, juru bicara menundukkan kepalanya dengan hormat sebelum dia menoleh ke arah hakim.
Setelah anggukan singkat dari mereka berdua, hakim mengumumkan, "Karena nona Alice membunuh orang untuk membela diri, dia dinyatakan tidak bersalah."
Alice dan dua orang lainnya menghela nafas lega setelah mendengar ini, tapi kemudian hakim melanjutkan. "Tapi karena dia telah melanggar aturan kerajaan Estasia, dia tetap akan diberikan hukuman yang sesuai."
Setelah mendengar kalimat itu, mereka bertiga kembali menjadi tegang.
'Kuharap hukumannya tidak terlalu berat.'
Leo menghela nafas lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments