Setelah memesan mesin cuci yang sesuai kini mereka beralih ke cosmetic yang di janjikan Ezra. Tampak Ezra memilih menunggu sementara Elisa melihat- lihat. Elisa hanya menamati Ezra yang sedang bersandar di tiang. Wajah tampan Eza membuatnya banyak wanita yang meliriknya, tak heran dengan tinggi semampai dan badan berisi membuatnya terlihat sempurna, jangan lupakan wajahnya yang semi oval dengan rahang yang kekar, hidung yang mancung di tambah rambut hitam berkilaunya yang cocok dengan warna matanya yang juga hitam gelap menambah pesona tersendiri, bahkan di umurnya yang menginjak 30 tahun Ezra tidak memiliki keriput di wajahnya yang sama mulusnya dengan kulitnya bak kulit bayi.
Tampak salah seorang wanita yang sedari tadi menamati Ezra mendekati Ezra yang sedang asik dengan ponsel- nya. Elisa menahan tawa saat melihat wajah kecewa wanita yang ditolak halus oleh Ezra.
“ kak.” ucap Elisa menghampiri Ezra.
“ kau sudah selesai?”
“ belum, tinggal membayar ini. Di loket sebelah sana.” ucap Elisa memperlihatkan nota yang harus dibayar.
“ hanya itu yang kau beli?”
“ iya, aku tidak enak membeli banyak, kak, kakak sendiri tidak membeli apa- apa?”
“ kalau kau beli kebutuhanmu lagi, aku akan belanja juga.”
“ apa? Kenapa?”
“ aku hanya ingin membelanjakan buat adikku tersayang.”
“ tapi hanya ini yang kubutuhkan.”
“ tentu saja tidak, mommy- ku selalu belanja lebih banyak saat membeli cosmetic tidak mungkin kau hanya membutuhkan ini, apa tadi, kau bilangkan hanya memakai lipstik dan bedak kau harus beli yang lainnya juga.”
“ kakak tahu apa yang harus di beli?” heran Elisa.
“ yah, aku selalu ikut saat mommy- ku belanja jadi aku tahu sedikit.”
“ aku pikir karena kakak sering memakai- nya.” mendengar candaan Elisa membuat Ezra menyentil dahi Ezra lagi.
“Aw!” pekik Elisa.
“ kau pikir badan sebagus ini sering berdandan?” geram Ezra.
“ akukan hanya bercanda, kakak.” ucap Elisa tertawa sambil memegangi dahi- nya. Takut jika kata- katanya akan membuat Ezra marah.
“ sudah sini.” ucap Ezra menggenggam tangan Elisa.
“ kak.” ucap Elisa masih dalam genggaman Ezra.
“ hem?” ucap Ezra malas karena sedang memilih cosmetic yang cocok untuk Elisa.
“ kakak kenapa menolak perempuan tadi yang hendak mendekati kakak?” tanya Elisa jujur, apa lagi menurutnya perempuan yang tadi dilihatnya cukup cocok untuk Ezra.
“ hem? Malas ajh, lagi pula dia sudah memiliki kekasih.” ucap Ezra masih memilihkan lipstik.
“ kakak tahu?” tampak wajah kaget Elisa.
“ ya, aku melihatnya saat dia bersama lelaki, dia mengatakan dia sedang bersama kakak- nya tapi dia lebih terlihat mengandeng kekasih dari pada kakak- nya.” ucap Ezra sedikit terkekeh melihat wajah terkejut Elisa.
“ kakak, juga mengandengku, padahal kau itu juga kakak- ku.” ucap Elisa mengangkat tangannya yang masih di gandeng Ezra.
“ biar kamu ga tersesat.” bisiknya.
“ emangnya aku anak kecil, akukan juga sering kesini.” gerutu Elisa.
“ haish, sudah jangan cerewet. Lihat bibirmu.” ucap Ezra mencoba lipstik yang dirasa cocok untuk bibir Elisa.
“ inikan mahal kak, lagi pula aku masih memiliki lipstik.” kaget melihat merk yang di coba Ezra.
“ gapapa, ini lebih cocok dengan bibirmu dan sesuai untuk warna rambut hitam panjangmu.”
“ buat apa mahal- mahal, kak, belum tentu cocok di bibirku, kulitku sensitive- soalnya.” heran Elisa.
“ kalau begitu kita juga harus beli pelembab agar kulit dan bibirmu tidak kering.” ucap Ezra meminta SPG untuk mengambil yang dipesan.
“ Elisa!” panggil sebuah suara.
“ Nathan? Kau disini?” toleh Elisa dan melihat sosok kekasihnya.
“ aku bersama Fino, dia mengajakku melihat- lihat, dan kau sedang apa disini?”ucap Nathan mendekat ke arah Elisa dan Ezra.
“ ah, dia Ezra, kakak tiri yang pernah aku ceritakan.”
“ Nathan.” ucap Nathan mengajak salaman.
“ Ezra.” Ezra menerima salam dari Nathan.
“ apa yang kalian lakukan disini dan bergandengan tangan.” lirik tangan Ezra yang masih menggandeng Elisa.
“ ini karena dia cerewet saja jadi aku menggandengnya agar diam, tuan, dan aku hanya mentraktirnya sebagai bentuk pengenalan saudara baru mungkin.” ucap Ezra dengan nada sedikit mengejek.
“halo, Elisa, halo..” panggil Fino terhenti melihat sosok yang tidak dikenalnya.
“ Ezra.” ucap Ezra mengenalkan dirinya sendiri.
“ aku Fino.”
“ kamu mau bareng kekasihmu? Belanjaannya biar aku yang bawa sampai kerumah.” ucap Ezra yang melihat suasana canggung diantara mereka berempat.
“ eng…, Nath?” lirik Elisa seolah bertanya pada kekasihnya.
“aku cuma bawa motor berdua sama Fino.” jawab Nathan.
“ kalau begitu aku ikut kakak lagi ajh.”
“ aku nanti kerumahmu.” ucap Nathan sebelum akhirnya diajak pergi oleh Fino.
“ ok.”
Selepas Nathan meninggalkannya, Ezra terus menatap Nathan. Nathan memiliki tinggi yang hampir sama dengannya walaupun masih lebih tinggi Ezra, dengan warna rambut yang sama dengan warna matanya; dark brown. Pipinya yang tirus namun tidak menyurutkan rahangnya yang kekar di tambah dengan bulu- bulu halus disekitar leher dan bawah bibirnya, tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang kusam memperlihatkan jelas umurnya yang tak lagi muda.
“ kenapa, kak?” heran Elisa yang melihat Ezra hanya menatap kekasihnya.
“ tidak, aku merasa kekasihmu lebih tua dari aku jika dilihat dari wajahnya.” ucap Ezra hati- hati.
“ memang, dia beda 10 tahun dari aku.”
“ what? 10?” ucap Ezra kaget hampir berteriak.
“ ehem.”
“ kenapa?”
“ apanya?”
“ kenapa kamu mau? Perbedaanmu dan dia bahkan sangat jauh.” heran Ezra.
“ mau gimana lagi kak, tidak ada yang mau sama aku, beruntung dia mau sama aku.”
“ haish, kau terlalu polos, kau tahu?” geram Ezra menuntun kakinya kearah baju- baju wanita.
“ aku sungguh- sungguh, kak, bahkan saat aku sekolah tidak sedikit orang yang menjahui- ku, temanku bahkan bisa dihitung dengan jari.”
“ hem. Aku ingatkan, sekali lagi, jangan terlalu percaya sama orang.” geram Ezra.
“ tapi buktinya kami telah berjalan cukup lama kak, 7 tahun.” bela Elisa.
“ dan sampai sekarang dia tak ada niat melamarmu?” ucap Ezra geram meski dalam hati ia bersyukur Elisa belum dilamar pria mana- pun.
“ dia sedang ada masalah, kak, dan aku tidak ingin memaksanya.”
“dan dia memaksamu untuk membantu masalahnya? Bahkan menyuruhmu bekerja?” geram Ezra.
“.…” Elisa terdiam. Sampai Gadis itu melihat ada yang asik untuk mengerjai Ezra.
“ kak beli kaca- mata, gak?” ucap Elisa menahan tawa.
“ buat apa? Kau tidak …” heran Ezra hendak menoleh kearah yang ditunjuk Elisa, namun seketika pria itu membuang pandangannya karena yang dimaksud kaca mata adalah Bra wanita oleh Elisa.
“ hahaha, wajah kakak merah banget, lho.” canda Elisa.
“ haish, lagi pula kenapa benda seperti itu harus di pamerkan di tempat yang semua orang lewat sie.” geram Ezra. Yang hanya di jawab tawa oleh Elisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments