Jam menunjukkan pukul 8 saat Ezra sibuk mengerjakan tugas kantor melalui laptop- nya. Sampai suara ketukan pada pintu kamarnya mengagetkannya.
“ kak.” ucap Elisa membuka pintu.
“ Elisa? Ada apa?” heran Ezra.
“ kakak sudah makan?”
“ belum, kenapa? Kau lapar? Aku akan memesankan makanan dulu.” ucap Ezra hendak meraih ponsel- nya.
“ tidak usah, kak, aku sudah masak, kakak mau?” ucap Elisa.
“ kau bisa masak?” kaget Ezra.
“ tentu, meski tidak seenak restoran, semenjak mommy- ku tiada aku yang menggantikannya memasak untuk ayahku.”ucap Elisa bangga.
“ aku jadi tidak sabar, ayo makan bersama.”ucap Ezra mematikan laptopnya.
“ lho, kak, dirumah masih bekerja?” ucap Elisa yang melihat laptop Ezra sebelum benar- benar dimatikan.
“ haha, hari ini kan aku menemanimu seharian, makanya aku memilih membawa pekerjaan.”
“ harusnya kakak kerja ajh, aku gapapa.” ucap Elisa merasa tidak enak.
“ kerja bisa dimana- pun, El, sudahlah ayo makan.” ucap Ezra menyuapkan masakan buatan Elisa kemulutnya.
“ enak.”
“ benarkah? Tidak keasinan?” ucap Elisa meyakinkan.
“ ini enak, El.” ucap Ezra jujur.
Nafas lega terdengar dari mulut Elisa, membuatnya semakin mengemaskan untuk di lihat.
“ kenapa, kak?”
“ apanya?”
“ kakak terus menatapku, ada kotoran, ya?” ucap Elisa memegang wajahnya memastikan tidak ada kotoran yang menempel.
“ kamu manis.”
“ banyak yang bilang, kak.” tawa Elisa. Membuat Ezra semakin betah menatap Elisa. Sampai suara notification masuk ke ponsel Elisa.
“ siapa? Kekasihmu?” ucap Ezra malas.
“ hanya grup alumni sekolah, kak.” ucap Elisa mengabaikan ponselnya.
“ soal apa? Penting?”
“ hanya minta reuni, tapi aku tidak bisa datang.”
“ kenapa?”
“ aku tidak begitu punya banyak temen kak, aku datang paling hanya dikacangin, lagi pula aku tidak memiliki uang untuk membayar uang reunian karena mereka berencana menyewa villa.”
“ kau bisa minta kekasihmu datang menemani, soal uang kau juga bisa minta dia.” ucap Ezra dengan nada kesal.
“dia takkan punya uang.”
“ bukankah dia bilang tadi bekerja?” heran Ezra tak percaya.
“ dia memang bekerja, kak, tapi uangnya hanya cukup buat makan dan balik modal tanpa cukup mengembalikan modal awal.” ucap Elisa menahan kesal.
“ dan dia malah menuntutmu melunasi pinjaman awalnya?”
“ …” Elisa tidak menjawab, dalam hal ini ia tak bisa membela kekasihnya karena yang dikatakan Ezra memang benar adanya.
“ kenapa tidak dia saja yang mencari bekerja? Dia itu laki- laki!”
“ dia selalu beralasan jika umurnya sudah lewat untuk mencari kerja, kak, itu sebabnya dia memaksaku agar aku bisa mencari kerja.” ucap Elisa entah membela, atau mungkin dalam hatinya juga kesal akan kelakuan kekasihnya itu.
“ baiklah aku akan membayarkan Reuni untukmu.” ucap Ezra saat memikirkan sebuah ide.
“ benar?” tanya Elisa girang.
“ benar, tapi ada syarat.”
“ apa itu kak?”
“ satu, kau harus berdandan cantik. Pakai cosmetic dan baju yang aku belikan.” Elisa hanya mengangguk.
“ dua, aku yang akan ikut denganmu.” ucap Ezra akhirnya.
“ oke, deal.” ucap Elisa santai.
“ kau tak ingin kekasihmu yang ikut?”
“ tidak, aku sudah pernah mengajaknya namun dia selalu beralasan tidak suka jalan- jalan.”
“ dan kau tidak pernah diajak kemana- mana?” Elisa hanya menggeleng.
“ oke.” ucap Ezra menghembuskan nafas kasar.
“ aku sudah selesai makan.” ucap Ezra. Nafsu makannya hilang saat mendengar kelakuan kekasih Elisa.
“ kakak taruh didapur saja, nanti aku bereskan.” ucap Elisa belum menyelesaikan makanannya.
“ El.” ucap Ezra duduk kembali kesebelah Elisa.
“ hem?”
“ kalau kau tidak pernah diajak kemana- mana, biasanya kalian kemana saat diajak kencan?” tanya Ezra yang penasaran.
“ kerumahnya.”
“ rumah?” antara kaget dan kesal kembali muncul menjadi satu di hatinya.
“ ya, membantu pekerjaanya, tapi semenjak mommy- ku tiada, aku tidak pernah membantunya lagi, kalau kesana aku hanya akan bermain dengan keponakannya yang masih kecil.” saat mendengar Elisa berkata seperti itu ada kelegaan di hati Ezra.
“ oh, aku pikir, kau dan dia berkencan didalam rumah.” ucap Ezra memancing.
“ tidak penah bisa, kak, dia selalu memegang teguh tidak akan menyentuh sebelum menikah.” ucap Elisa masih mengunyah makanannya. Tidak menyadari senyum kelegaan mengembang di wajah Ezra.
“ meski jujur, sebagai wanita dewasa aku menginginkan lebih dari ciuman, kak.” ucap Elisa jujur. Ezra hanya diam mendengarkan, senyuman tak pernah surut dari wajahnya.
“apa lagi teman- teman seumuranku sudah menikah dan punya anak.”gerutu Elisa.
“ bagaimana kalau kau menginginkannya aku yang memberikannya.” ucap Ezra dengan nada yang sedikit serak.
“ hahaha. Oke, kabari aku jika kakak siap.” tawa Elisa yang mengira Ezra hanya bercanda. Padahal sedari tadi Ezra terus menahan hasratnya. Dirumah, sendiri hanya ada sepasang pria dan wanita, ditambah kebiasaan Elisa yang tidak mengenakan apapun jika akan pergi tidur membuat siapa saja akan kesusahan meneguk saliva- nya sendiri. Apa lagi Elisa sendiri cukup manis, bahkan saat jalan- jalan bersama, bukan hanya Ezra yang di lihat oleh para wanita, Elisa- pun banyak dilirik oleh para pria.
“ aku akan kembali kekamar, kak.” ucap Elisa beranjak kekamarnya setelah selesai mencuci piring kotor yang tadi mereka pakai.
“ hem.” ucap Ezra masih lekat menatap tubuh Elisa.
Meski Elisa memiliki kekurangan di bagian kakinya yang terlihat jelas, Elisa termasuk wanita yang manis. Dengan wajahnya yang semi bulat yang didapatnya dari perpaduan ayah dan ibunya. Jangan lupakan mata bulat besarnya, hidungnya tak terlalu mancung namun terasa pas dengan bibir tipis seksi- nya, yang akan semakin seksi jika di poles dengan warna merah terang sesuai dengan rambut hitam ikal panjangnya. Dada besar Elisa dan postur tubuhnya yang tegap menutupi kekurangan di bagian tinggi badannya.
Setelah membereskan meja makan dan menaruh sisa makanan ke kulkas, Ezra beranjak kekamarnya. Ia melihat kamar Elisa yang lupa di kunci wanita itu. Biasanya Elisa selalu mengunci pintu kamarnya jika sedang tidur, namun kali ini mungkin wanita itu melupakan mengunci pintunya mengingat lampu kamarnya yang sudah redup. Itu adalah kebiasaan Elisa ketika tidur, selalu mematikan lampu kamarnya, ia bahkan tidak bisa tidur jika dalam keadaan terang.
Betapa terkejutnya Ezra saat mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit. Tampak Elisa yang hanya menggunakan terusan tidurnya.
Ezra yang merasa Elisa sudah tertidur langsung masuk kekamar Elisa dan mendekati Elisa yang tertidur. Setelah memastikan Elisa benar- benar tertidur, Ezra mendekatkan wajahnya dan mencium Elisa pelan, sangat pelan agar wanita itu tak terbangun. Menikmati bibir wanita yang selalu diimpikannya. Mengingat bibir ini pernah di rasai oleh pria lain entah mengapa terlintas rasa kesal di hati Ezra dan tanpa sadar membuatnya menekan bibir Elisa cukup kuat dan membuat wanita itu mengeliat pelan.
Tahu Elisa mengeliat pelan tanda akan terbangun Ezra bergegas keluar dari kamar Elisa, menutup pintu kamarnya pelan dan beranjak kekamarnya. Dari kamarnya tampak Elisa keluar dari kamarnya dan menuju ke toilet. Tampaknya Ezra tahu apa yang di lakukan Elisa dan terkekeh pelan sambil membayangkan apa yang dilakukan wanita itu tadi. Ezra hendak masuk kekamar Elisa lagi, namun kali ini pintu kamar wanita itu di kunci sehingga Ezra memilih kekamarnya kembali dan memegangi bibirnya yang masih menyisakan hangatnya bibir Elisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments