“ makasih kak, kakakku ajh tidak pernah membelikan aku sebanyak ini.” ucap Elisa membawa kantong belanjaan.
“ tidak apa- apa, bayar aku dengan tubuhmu.” goda Ezra.
“ oke.” ucap Elisa cepat.
“ kau mau?”
“ maksud kakak minta pijitkan. Aku jago mijit lho” ucap Elisa menyingsingkan lengannya. Ezra hanya tersenyum mendengar kepolosan Elisa. Ia lalu membaringkan tubuhnya agar Elisa leluasa memijatnya.
"duduk dong! kenapa malah tidur?" geram Elisa.
"duduk?" heran Ezra.
" iya, memang kakak mau di pijat atau di SPA?" geram Elisa.
Ezra hanya mengangkat kedua bahunya dan memilih menuruti perkataan wanita itu.
Suara bel dibunyikan saat Elisa sedang memijat Ezra.
“ siapa?” ucap Elisa saat membukakan pintu.
“ Nath? Kau datang?” ucap Elisa senang melihat kedatangan kekasihnya, Ezra hanya mengintip sebentar yang datang dan memilih masuk ke kamarnya.
“ tentu, aku sudah mengatakan akan datang.”
“ ok, ayo masuk, aku akan buatkan minum, mau apa? Coffee? Tea? Air dingin?” ucap Elisa hendak membuatkan minum.
“ Coffee, please.”
“ siap.” canda Elisa.
***
10 menit berlalu masih terdengar suara canda sepasang kekasih, membuat Ezra enggan beranjak dari kamarnya. Menunggu dan terus menunggu hingga tidak lagi terdengar suara canda membuat Ezra memilih mengintip keadaan diluar dan melihat kamar Elisa. Betapa terkejutnya Ezra melihat Elisa sedang mencium kekasihnya. Ezra memilih menutup pintunya kembali dengan pelan, beranjak kehalaman rumahnya dan menghisap satu atau mungkin dua batang nicotine untuk mengatasi rasa kesal yang tiba- tiba datang dihatinya.
Pria itu bukan pecandu nicotine, namun nicotine selalu menjadi teman baginya saat pikirannya sedang suntuk dan kesal seperti sekarang ini. Ezra mengacak rambutnya kasar, ia ingin marah namun ia tak merasa memiliki hak apapun untuk marah, ia juga tak berhak melarang Elisa mencium kekasihnya karena Elisa sendiri merupakan wanita dewasa yang pasti memiliki kebutuhan dewasa seperti yangg sedang dilakukannya saat ini, bahkan mungkin lebih. Membuat dada Ezra semakin sesak.
“lho, kakak merokok?” panggil Elisa yang melihat Ezra merokok.
“ hem.” jawab Ezra sekenanya, masih tidak ingin melihat Elisa sekarang yang akan menambah rasa kesalnya.
“ aku baru tahu, selama ini aku tidak pernah melihat kakak merokok.” ucap Elisa.
“ mana kekasihmu?” ucap Ezra dingin.
“ Nath? Dia sedang kekamar mandi.” ucap Elisa ragu, baru pertama kali ia melihat Ezra dingin kepadanya.
‘kamar mandi? Apa mereka benar- benar baru saja melakukan itu?’ batin Ezra mulai menatap Elisa. Melihat keadaan Elisa yang masih rapi Ezra menjadi sedikit lega karena merasa Elisa tidak akan melakukannya dengan kekasihnya karena ada Ezra dirumah.
“ kau sudah mau pulang?” tanya Ezra melihat Nathan yang sudah keluar dari rumahnya.
“ iya, kak, masih ada kerjaan.” ucap Nathan, sopan.
“ jangan panggil, kak, kau lebih tua dari aku.” ucap Ezra dengan nada biasa namun terkesan mengejek.
“ kau- kan calon kakak ipar- ku.” canda Nathan.
‘cih, siapa yang calon kakak ipar? Kau bahkan tidak mempersiapkan masa depanmu dan kau yakin aku akan menjadi kakak iparmu?’ batin Ezra kesal.
“ aku pulang dulu.” ucap Nathan memeluk Elisa. Tidak menyadari tatapan dingin dari Ezra.
***
“ kak?” panggil Elisa yang melihat Ezra memilih kembali kekamarnya selepas kepulangan Nathan.
“ hem?” jawab Ezra dingin.
“ kau kenapa?”
“ apanya?”
“ kau marah padaku?”
“ kenapa kau tanya seperti itu.”
“ kau tiba- tiba jadi dingin, kak.” ucap Elisa dengan suara sedikit tercekat.
“ tu? Kenapa kau menangis Elisa? Kau sakit? Kekasihmu melakukan apa tadi?” ucap Ezra yang tahu Elisa akan menangis. Ezra menghentikan langkahnya dan mendekati Elisa.
“ kau berbeda dan aku tidak suka kau mengacuhkanku, kak.” ucap Elisa tertunduk.
“aku tidak apa- apa, El, aku hanya lelah.” ucap Ezra sebagai alasan, khawatir jika Elisa menangis. Mendengar itu Elisa memeluk Ezra. Ezra yang tiba- tiba di peluk langsung gugup dan salah tingkah, terutama karena dada besar Elisa mulai mengelitik perut Ezra.
“ Kak.”
“ hem?” ucap Ezra masih diam dan belum membalas pelukan Elisa.
“ kau tahu? Aku pikir saudara tiri itu selalu seperti cerita- cerita dongeng yang galak dan jahat, tapi kakak meruntuhkan pandanganku, aku bersyukur kakak menjadi bagian dari keluargaku.” ucap Elisa masih membenamkan wajahnya di dada bidang Ezra. Ezra tak menjawabnya, memilih membalas pelukan Elisa dan menepuk punggung Elisa hangat.
‘ kau tahu? Aku memang bersyukur bertemu denganmu, El, tapi aku tidak bisa bersyukur menjadi bagian dari keluargamu. Kau pasti tidak akan mengatakan aku baik jika tahu perasaanku sesungguhnya padamu, El.’ batin Ezra.
🌸🌸🌸🌸
yang baru hadir kasih bintang yang banyak yuk bt author😊😊😊😊
jangan lupa likenya jika kalian suka sama karya author ya😄😄😄😄
maaf ceritanya masih belepotan maklum ini adalah karya kedua author setelah the false love lho
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments