Terima Atau Tidak

Semalaman aku tidak tidur karena harus menjaga ibu yang sedang sakit, membuat aku bangun kesiangan hari ini. Aku terpaksa harus mengambil cuti lagi, rasanya tidak enak sama mbak Santi kalau gini terus.

"Enggak kerja lagi, Hann?" tanya ibu, suaranya masih cukup parau. Sudah dua hari ibu batuk-batuk, membuat aku jadi khawatir akan kondisi kesehatan beliau.

Aku beralih duduk di sisi ibu, sambil memijit kakinya, aku menghela nafas panjang. Ku pandangi wajah ibu yang juga semakin jelas terlihat kerutan di sekitar matanya, akhir-akhir ini ibu tampak lebih tua, apa mungkin karena efek dari banyak pikiran? Aku hanya bisa menduga saja.

"Hann, kamu ngelamun lagi kan, kamu dengar enggak apa yang ibu tanyakan tadi?"

Bukannya tidak mendengar, aku hanya tidak tahu harus jawab apa.

"Dengar kok, Bu."

"Enggak enak sama mbak Santi, Nak. Kamu ini sudah empat kali enggak datang dalam bulan ini. Gimana kalau nanti mbak Santi malah nyuruh kamu berhenti kerja di tokonya?" tanya ibu sambil memandangku begitu dalam.

"Hanna udah pasrah aja, Bu. Kalau emang nantinya mbak Santi nyuruh aku berhenti, ya aku berhenti aja," jawabku lagi, dan setelah itu aku kembali membisu.

Bukannya putus asa, tapi aku tidak mau berharap terlalu banyak. Toko mbak Santi sekarang juga udah mulai rame, dan aku yakin kalau sebentar lagi dia juga bakal nyari pegawai baru.

"Hanna, ibu pengen banget lihat kamu bahagia sama orang yang kamu cintai. Ibu masih ingat, dulu kamu sering cerita sama ibu soal Rian. Terima aja pinangan dari keluarganya, ibu sih setuju aja kalau kamu sama dia, Hanna. Rian kan juga anak yang baik, gimana? Kamu mau kan?" tanya ibu meminta persetujuan aku. Sebenarnya aku mulai tidak yakin dengan Rian, dia juga sudah jarang menghubungi aku. Kalau mengingat kejadian minggu lalu saat dia jalan sama Ayu, hati ini selalu tidak yakin kalau Rian masih cinta sama aku.

Ibu kembali menegurku saat aku melamun lagi.

"Hann, gimana? Kok ngelamun terus, mau enggak?"

"Bu, Hanna enggak yakin kalau Rian masih cinta sama Hanna. Gimana kalau di luar sana dia udah ketemu sama perempuan lain?"

"Jangan mikir yang bukan-bukan, Nak. Ibu yakin Rian masih cinta sama kamu. Dia udah nunggu kamu bertahun-tahun loh, kalau memang dia enggak beneran cinta? Untuk apa dia nunggu kamu selama itu?"

"Hanna gak mau nikah, Hanna mau nemenin ibu aja. Kalau nanti Hanna nikah, siapa yang bakal jagain ibu?" tanyaku pada ibu, jawaban yang aku ucapkan tadi, itu semua cuma alasan supaya aku bisa menghindari menerima lamaran dari pihak keluarganya Rian.

"Hann, ibu sudah tua. Satu-satunya keinginan ibu adalah melihat kamu menikah dan bahagia sama orang yang kamu cintai, Hanna. Cuma itu, sesederhana itu keinginan ibu, apa kamu tidak bisa memenuhinya?"

Aku terdiam, ini berat bagiku. Haruskah aku menerima lamaran dari Rian? Tapi bagaimana kalau ternyata dia dan Ayu memang punya hubungan spesial? Aku bimbang, sisi lain hatiku menyuruh untuk menerima lamaran ini, aku juga tidak ingin ibu kecewa. Aku tahu kalau ibu menaruh harap padaku, tinggal aku satu-satunya anak ibu yang belum menikah.

Bukan tidak ingin menikah, aku juga ingin punya keluarga sendiri dan hidup seperti kak Yuni, tapi... Masih adakah lelaki di dunia ini yang cintanya tulus seperti ayah?

"Hanna, ibu tahu apa yang sedang kamu pikirkan, Nak. Tidak selamanya ibu bisa berada di dekat kamu, harus ada yang jagain kamu. Ibu ingin kamu punya pasangan hidup, kamu mau ya?"

Ini namanya bukan lagi meminta persetujuan aku, tapi ini desakan. Ibu begitu ngotot ingin supaya aku menerima lamaran Rian, ibu tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini, aku masih belum yakin untuk menerima Rian.

"Bu, beri Hanna waktu untuk berpikir, ini keputusan sulit untuk Hanna," ucapku untuk yang terakhir kalinya, dan ibu pun mengangguk.

Ibu menaruh harapan yang begitu besar sama aku, itu sebabnya aku juga tidak ingin membuat beliau kecewa.

Setelah memijit kaki ibu, aku pamit sama beliau untuk keluar sebentar. Hari ini aku ingin ketemu sama kak Yuni, aku harus membicarakan tentang keputusanku sama kakak.

 ~~~

 

Sore harinya aku pergi menuju toko mbak Santi dengan diantar sama kak Yuni.

"Kak, turun di sini aja! Kakak tunggu di sini, aku mau ketemu sama mbak Santi dulu." Kak Yuni mengangguk, dia tetap berada di atas motornya, sedangkan aku pergi masuk ke toko mbak Santi.

Ternyata tokonya mau ditutup, wajar saja, hari juga sudah sore. Aku berjalan pelan, ingin mengejutkan mbak Santi. Namun, kini malah aku yang terkejut saat mendengar obrolan mereka.

"Kamu serius?"

"Serius, Rick. Aku lihat sendiri kalau dia dan Ayu boncengan beberapa kali. Aku rasa mereka pacaran deh, dan aku baru tahu kalau ternyata Hanna dan Rian juga punya hubungan. Aku harap dugaanku ini salah, soalnya aku enggak mau kalau Hanna kecewa dan sakit hati sama sahabatnya sendiri," ucap mbak Santi dengan wajah sedih.

Kecewa?

Marah?

Itu semua sudah pasti, aku merasakan otak ini sudah mendidih. Benar yang aku curigai, Rian dan Ayu memang sudah menjalin hubungan diam-diam di belakang aku.

Tidak ingin terus berdiam di sini, aku pun masuk menghampiri mereka yang sedang berdiri di dekat meja kasir.

"Assalamualaikum, Mbak," ucapku.

"Waalaikumussalam," jawab mereka kompak, namun tak menghilangkan rasa terkejut itu.

"Hann, sejak kapan kamu di sini?" tanya mbak Santi dengan sebelah mata yang memicing.

"Baru aja, Mbak."

Bang Erick langsung menoleh ke arahku, dia sepertinya menyadari kalau aku sudah mendengar obrolan mereka tadi.

"Kamu sudah dengar apa yang kami obrolin tadi kan?"

"Bang, kenapa kamu enggak ngomongin ini dari awal?"

Aku ingin mendengar penjelasan mereka, saat ini aku juga kecewa sama mbak Santi dan bang Erick.

"Kamu jangan salah paham dulu, aku bukannya enggak ngomong ini sama kamu. Aku juga baru ngelihat mereka jalan beberapa hari yang lalu, aku ketemu sama Rian dan Ayu saat pulang dari toko baju," jawab bang Erick menjelaskan.

"Hann, sebaiknya kamu temui dulu Ayu, kamu tanyain tentang kejelasan hubungan dia sama Rian. Biar kamu enggak salah paham terus," saran mbak Santi.

"Sudahlah, Mbak, jangan bahas mereka lagi. Aku ke sini cuma mau ngomongin soal pekerjaan kok."

"Jangan bilang kalau kamu pengen berhenti kerja di sini sama aku."

Mbak Santi ternyata sudah bisa menebak duluan niat kedatangan aku ke sini.

"Mbak, toko kamu kan juga sudah semakin banyak pelanggannya. Jadi Mbak pasti kewalahan kalau sendiri, Hanna enggak masalah kalau Mbak memang pengen nyari pegawai baru," ucapku berterus terang.

Aku terpaksa keluar, aku tahu kalau mbak Santi pasti merasa sungkan untuk memecat ku.

Mbak Santi menggeleng cepat, dia menatap bang Erick. "Sudah ada Erick, Hann. Mbak enggak butuh pegawai lain, tapi kamu harus tetap kerja sama mbak."

Bang Erick kerja sama mbak Santi? Bukankah ini sedikit aneh, dia punya toko mebel sendiri, punya cafe juga, dan beberapa usaha lainnya. Bang Erick berasal dari keluarga kaya raya, memilih bekerja sama mbak Santi, rasanya bang Erick seperti orang yang gila kerja.

Apa dia punya niat lain? Kok aku jadi curiga sama mereka berdua sekarang.

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

isssh .udah pasti la Erick tu suka ma kmu Han🙄

2024-06-12

1

P 417 0

P 417 0

kepada sama aku🙄

2024-06-12

1

lihat semua
Episodes
1 Ipar menyebalkan
2 Bagas menggila
3 Meninggalnya Bu Sumi
4 Ipar pelit
5 Kemunculan Mantan Kak Riri
6 Kenyataan Memang Begitu
7 Awal Semua Masalah Bermula
8 Pov Author
9 Tawaran Kerja
10 Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11 Mimpi Serasa Nyata
12 Ada Apa Di antara mereka?
13 Pov Author
14 Hutang
15 Marahnya Ibu
16 Tidak Mau Disalahkan
17 Pov Arman.
18 Pov Author. Bertengkar Lagi.
19 Kasih Sayang Ibu
20 Terima Atau Tidak
21 Malam Penuh Kejutan
22 Kado Ulang Tahun
23 Ibu Sakit
24 Bertengkar Lagi
25 Malam Terakhir Bersama Ibu
26 Pov Author Menyesal
27 Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28 Surat Dalam Lemari
29 Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30 Keputusan Terbaik
31 Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32 Kedatangan Rian
33 Dituduh Selingkuh
34 Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35 Sakit Apa
36 Pov Author. Detik Mendebarkan
37 Berpisah
38 Jangan Dekati Aku Lagi
39 Pov. Esih
40 Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41 Harus Tegas
42 Bertemu orang-orang yang memuakkan
43 Pov Author. Bukan sekedar Suka
44 Awal Yang Baru
45 Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46 Pov. Riri
47 Pov Author. Diikuti
48 Penyesalan Riri
49 Mimpi buruk
50 Ternyata Riri
51 Pov Author. Zidan Selingkuh
52 Siapa Dia
53 Diteror
54 Mulai Beraksi
55 Jebakan
56 Melarikan Diri
57 Melawan
58 Kita Berhak Bahagia (Akhir)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Ipar menyebalkan
2
Bagas menggila
3
Meninggalnya Bu Sumi
4
Ipar pelit
5
Kemunculan Mantan Kak Riri
6
Kenyataan Memang Begitu
7
Awal Semua Masalah Bermula
8
Pov Author
9
Tawaran Kerja
10
Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11
Mimpi Serasa Nyata
12
Ada Apa Di antara mereka?
13
Pov Author
14
Hutang
15
Marahnya Ibu
16
Tidak Mau Disalahkan
17
Pov Arman.
18
Pov Author. Bertengkar Lagi.
19
Kasih Sayang Ibu
20
Terima Atau Tidak
21
Malam Penuh Kejutan
22
Kado Ulang Tahun
23
Ibu Sakit
24
Bertengkar Lagi
25
Malam Terakhir Bersama Ibu
26
Pov Author Menyesal
27
Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28
Surat Dalam Lemari
29
Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30
Keputusan Terbaik
31
Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32
Kedatangan Rian
33
Dituduh Selingkuh
34
Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35
Sakit Apa
36
Pov Author. Detik Mendebarkan
37
Berpisah
38
Jangan Dekati Aku Lagi
39
Pov. Esih
40
Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41
Harus Tegas
42
Bertemu orang-orang yang memuakkan
43
Pov Author. Bukan sekedar Suka
44
Awal Yang Baru
45
Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46
Pov. Riri
47
Pov Author. Diikuti
48
Penyesalan Riri
49
Mimpi buruk
50
Ternyata Riri
51
Pov Author. Zidan Selingkuh
52
Siapa Dia
53
Diteror
54
Mulai Beraksi
55
Jebakan
56
Melarikan Diri
57
Melawan
58
Kita Berhak Bahagia (Akhir)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!