Pov Author. Bertengkar Lagi.

Riri pulang saat hari sudah berganti menjadi malam, Arman sampai kelaparan menunggu istrinya pulang. Alhasil lagi-lagi dia dan Aya harus membeli makanan di luar, selama jadi istri, Riri sangat jarang memasak. Dia bangun pagi hanya untuk mencuci pakaian, menyapu halaman, beres-beres rumah, dan lainnya. Kadang dia hanya masak untuk Aya saja, sedangkan untuk menu makannya dengan suami, dia lebih memilih membeli makanan di luar. Sebenarnya Arman lebih suka memakan makanan yang dibuat oleh istrinya sendiri.

"Kamu habis dari mana, Ri?" tanya Arman begitu Riri pulang.

"Habis dari rumah mamanya Zena, Bang. Aku nunggu pakaianku selesai dijahit sama dia," ucap Riri.

Arman memperhatikan kantong plastik hitam yang dibawa Riri. Kelihatannya bukan cuma satu baju saja, tapi ada beberapa pasang baju lainnya.

"Lihatinnya gitu banget, kamu kenapa?"

"Kamu tiap minggu beli baju untuk apa sih, Ri?" tanya Arman, ia semakin geram melihat kelakuan istrinya yang cuma bisa menghambur-hamburkan uang.

"Emangnya kenapa? Bukannya kamu pengen istri yang cantik, ya jangan takut buat ngeluarin modal dong, Bang." Riri menjawab santai seraya duduk di dekat suaminya.

Arman masih mencoba untuk bersikap tenang, Aya sudah tidur dalam kamarnya, dia tidak mau membuat tidur anaknya terganggu.

"Ri, kamu masih suka ketemu sama Zidan? Tadi kamu juga ketemu sama dia kan? Pergi ke mana kamu tadi siang sama dia?"

"Jangan nuduh sembarangan kamu, Bang. Abang kan tahu kalau aku ke rumah bu Jeni, ibunya Zena."

"Ke rumah bu Jeni? Oke, aku percaya soal itu, tapi kamu perginya dengan Zidan kan? Ri, tadi kamu pergi enggak izin dulu sama aku, kamu pergi gitu aja. Sebenarnya kamu ini masih nganggap aku suami kamu atau enggak sih?"

Rasa marah mana bisa ditahan selamanya, Arman sudah dibuat kecewa oleh orang yang sangat dicintainya selama ini.

"Bang, aku sama Zidan cuma temenan biasa. Apa salahnya jalan sama dia? Dia teman aku, dia selalu memberikan apa yang aku minta, dia yang bayarin aku ini dan itu. Dia bahkan bisa ngasih ke aku lebih dari apa yang kamu beri untuk aku!" Riri beranjak dari sofa dan menyambar bajunya yang masih terlipat rapi dalam plastik itu, dia masuk dalam kamarnya. Males berurusan dengan sang suami, dan dia juga tidak mau dinasehati, dia tidak mau mendengar lagi apa pun yang akan dikatakan Arman.

"Ri, mau ke mana kamu? Aku belum selesai ngomong." Arman menyusul Riri.

"Mau ngomong apa lagi sih, Bang?"

"Tuh, paket kamu! Tadi Esih kemari buat nganterin itu, katanya dia mau ke sini malam ini untuk mengambil uangnya, sekalian sama uang paket minggu lalu," ucap Arman.

"Oh, pasti Esih kan yang udah ngarang cerita sama kamu. Pasti dia juga yang bilang kalau aku pergi berdua sama Zidan, iya kan?" tanya Riri menebak.

"Enggak, Esih enggak ngomong apa-apa kok," jawab Arman berbohong.

"Itu anak memang benar-benar ya, kali ini dia harus dikasih pelajaran." Riri mengepalkan kedua tangannya, matanya menatap tajam. Ada niat di hati untuk membuat Esih jera, entah apa yang ada dalam pikiran perempuan itu.

"Kamu bayar sendiri, aku enggak punya uang." Arman meletakkan semua pesanan itu di dekat Riri, yang saat ini sedang duduk di depan lemari sambil merapikan bajunya yang mulai sedikit berantakan.

"Kenapa belum kamu bayarin, Bang?"

"Gimana mau aku bayarin, semua uangnya kamu yang simpen, sayang."

"Masa kamu enggak pegang duit sama sekali, kalau begitu rugi dong kamu tiap hari ke kebun. Itu sama aja kamu enggak dapet apa-apa. Mending kamu minta hak kamu segera dibagi sama ibu, Bang. Kalau udah kek gitu, nanti kamu bisa melakukan apa saja sesuka hati kamu," ucap Riri tanpa pikir panjang.

"Aku sudah mengambil lebih dari hakku, Ri. Semua itu untuk keperluan sehari-hari kamu. Bahkan aku harus mengurangi jatah Hanna, kamu sebenarnya pernah mikir enggak sih sampe ke situ? Aku jadi bingung sama kamu, otak kamu ini dipenuhi sama uang, uang, dan uang."

"Kok malah nyalahin aku? Kalau kamu udah enggak senang sama aku, ya ceraikan saja aku, Bang!"

Deg...

Kata-kata ini yang Arman tidak ingin dengar, inilah alasan kenapa dia tidak ingin mengatakan apa-apa sama istrinya. Pikiran sang istri masih belum sedewasa pemikiran adiknya, Hanna.

Arman terpaku diam mendengar ucapan Riri, suasana hening. Riri kembali sibuk dengan pekerjaan yang masih merapikan pakaian di lemari. Tidak ada lagi yang bicara saat itu, perdebatan mereka berakhir begitu saja kala Riri mengeluarkan kata cerai.

Dari luar terdengar lagi orang yang memberi salam, itu sudah pasti Esih, dia datang untuk mengambil uang pesanan Riri.

"Biar aku saja yang membuka pintunya," ucap Riri saat melihat suaminya hendak bangun dan membuka pintu.

Arman pun kembali duduk di lantai dekat dengan ranjangnya. Dengan pikiran tidak menentu dia menyadarkan punggungnya ke tepi tempat tidur.

"350 ribu ya, Ri." Esih mencuri pandang ke dalam rumahnya Riri, ia mencoba mencari keberadaan Arman.

"Ngapain kamu celingak-celinguk begitu? Nyari bang Arman ya?" tanya Riri dengan kilatan tajam matanya.

"Dia ada di rumah enggak?"

"Ngapain kamu nanya-nanya suami aku? Kamu masih cinta sama dia?" tanya Riri mulai curiga.

"Ri, bukan gitu. Aku cuma kasihan aja sama bang Arman, dia itu suami kamu, seharusnya kamu bisa ngehargai dia. Tapi kamu malah nyakitin perasaan dia dengan kembali menjalin hubungan sama Zidan," ucap Esih.

Esih dan Arman memang teman dekat, dari SMA Esih sudah menyimpan rasa untuk Arman. Perempuan itu juga pernah menyatakan perasaannya kepada Arman, tapi lelaki itu menolaknya mentah-mentah. Arman hanya mencintai Riri, cuma Riri yang ada di hatinya. Riri adalah primadona di sekolah mereka. Tidak ada yang berhasil lepas dari kecantikannya, termasuk Arman.

Arman menyia-nyiakan orang yang sangat mencintainya, dan malah memilih Riri sebagai tambatan hatinya, tempat terakhir untuk melabuhkan cintanya padahal saat itu Riri sama sekali tidak menaruh rasa cinta sama Arman.

Arman mau melakukan apa pun untuk Riri, dia selalu memberikan apa yang Riri inginkan. Pernikahan mereka terjadi itu pun karena mertuanya, yang tak lain adalah ibunya Riri. Wanita itulah yang membujuk Riri supaya mau menikah dengan Arman.

"Esih, kamu ke sini cuma mau ngambil duit aja kan? Aku sudah memberikan uangnya. Jadi, sebaiknya kamu pulang sekarang! Oh ya, jangan sok jadi ustadzah di depan aku. Aku tahu mana yang terbaik untuk keluargaku, dan tolong berhenti untuk ikut campur dalam hidupku."

Bam!

Riri menutup pintu dengan kasar, membuat Esih terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang. "Aku yakin pernikahan kamu tidak akan bertahan lama, Ri. Dia juga punya hati, tidak semestinya kamu menyakiti perasaan bang Arman." Esih memutar badannya dan pergi meninggalkan kediaman pasangan suami istri itu.

 -----

 -----

"Sendiri aja, Hann? Yuk, bang Erick anterin!" ucap Erick yang kebetulan masih nunggu penumpang datang.

"Kok sendiri, Bang? Yang lain ke mana?" tanya Hanna saat itu.

"Riko sama Samsul lagi nganterin penumpang yang lain," jawab Erick, dia bergegas menuju motornya yang terparkir di dekat pondok kecil, tempat dia dan temannya biasa nongkrong sambil menunggu para penumpang datang.

"Senang banget jadi tukang ojek, Bang. Kenapa enggak kerja di toko aja, kan enak enggak panas-panasan gini?"

"Buat sampingan aja, Hann. Lumayan kan bisa nambah-nambah tabungan untuk mahar nikah," cicit Erick. Hanna hanya tertawa saja mendengar jawaban cowok itu, dia meraih helm yang dipegang Erick, memakainya dan kemudian naik ke atas motor.

Di tengah perjalanan Hanna tak sengaja melihat bang Andi dan istrinya, Mei.

"Itu bang Andi kan?" tanya Erick memastikan, dia mulai memelankan laju sepeda motornya.

"Iya, Bang. Tumben mereka pulang sepagi ini, biasanya kalau mau pulang ke rumah ibu, pasti pulangnya sore." Hanna mulai merasa ada yang tidak beres.

Kepulangan Andi adalah untuk mengambil semua bajunya yang masih berada di rumah ibunya. Dia akan tinggal di rumah barunya, Hanna tidak tahu kalau rumah abang pertamanya itu juga sudah rampung. Semua tidak akan berjalan lancar tanpa mengambil bagian untuk dirinya dan ibu, entah akan seperti apa reaksi Hanna kalau tahu Andi juga melakukan hal yang sama seperti Arman.

"Kamu beneran mau menetap di sana, An?" tanya bu Erni begitu melihat Andi mengambil semua bajunya yang masih tersimpan dalam lemari.

"Iya, Bu. Nanti malam aku sama Mei mau adakan acara syukuran rumah baru. Ibu enggak usah khawatir, Andi bakal sering-sering jenguk ibu kok," ucap Andi meyakinkan.

Wajah bu Erin berubah pias, beliau tidak tahu kalau rumah Andi akan selesai dalam sekejap mata.

"Jadi selama ini uang itu, semuanya kamu yang pakek, berarti Arman tidak mengambil seperser pun?"

"Ibu, uang hasil panen jagung lebih banyak diambil sama Arman, aku hanya mendapatkan sedikit dari sana!" sungut Andi, tiba-tiba nada suaranya terdengar begitu kasar.

"Bang, jangan bicara seperti itu sama ibu!' tegur Mei mengingatkan.

"Kenapa jadi kamu yang marah?" bu Erni tidak terima putranya berbicara dengan suara tinggi di depannya.

"Wajar dong, Bu. Ibu itu enggak pernah sekali pun aku lihat negur Arman, dia dan istrinya sudah buat keluarga kita malu. Aku juga males tinggal di sini lagi, tiap hari saat keluar dari rumah, aku selalu mendengar cibiran para warga. Ibu tahu enggak apa yang mereka katakan tentang keluarga kita? Mereka bilang kalau kita tidak peduli dengan apa yang Riri lakukan, kita diam aja saat tahu kalau Riri sudah berselingkuh dengan lelaki lain, dengan Zidan."

"Andi, ibu sudah menegur mereka. Ibu sudah mengingatkan Arman supaya mengajari istrinya berlaku benar. Sebagai orang tua, ibu sudah mengingatkan dia, selebihnya itu urusan dia sama istrinya."

"Ya, tapi aku malu, Bu. Aku yang malu saat mendengar ibu-ibu di warung itu mengatakan kalau Riri seperti menjual dirinya pada Zidan."

----

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

entah mu di bwa kmna ini😴😴

2024-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 Ipar menyebalkan
2 Bagas menggila
3 Meninggalnya Bu Sumi
4 Ipar pelit
5 Kemunculan Mantan Kak Riri
6 Kenyataan Memang Begitu
7 Awal Semua Masalah Bermula
8 Pov Author
9 Tawaran Kerja
10 Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11 Mimpi Serasa Nyata
12 Ada Apa Di antara mereka?
13 Pov Author
14 Hutang
15 Marahnya Ibu
16 Tidak Mau Disalahkan
17 Pov Arman.
18 Pov Author. Bertengkar Lagi.
19 Kasih Sayang Ibu
20 Terima Atau Tidak
21 Malam Penuh Kejutan
22 Kado Ulang Tahun
23 Ibu Sakit
24 Bertengkar Lagi
25 Malam Terakhir Bersama Ibu
26 Pov Author Menyesal
27 Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28 Surat Dalam Lemari
29 Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30 Keputusan Terbaik
31 Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32 Kedatangan Rian
33 Dituduh Selingkuh
34 Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35 Sakit Apa
36 Pov Author. Detik Mendebarkan
37 Berpisah
38 Jangan Dekati Aku Lagi
39 Pov. Esih
40 Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41 Harus Tegas
42 Bertemu orang-orang yang memuakkan
43 Pov Author. Bukan sekedar Suka
44 Awal Yang Baru
45 Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46 Pov. Riri
47 Pov Author. Diikuti
48 Penyesalan Riri
49 Mimpi buruk
50 Ternyata Riri
51 Pov Author. Zidan Selingkuh
52 Siapa Dia
53 Diteror
54 Mulai Beraksi
55 Jebakan
56 Melarikan Diri
57 Melawan
58 Kita Berhak Bahagia (Akhir)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Ipar menyebalkan
2
Bagas menggila
3
Meninggalnya Bu Sumi
4
Ipar pelit
5
Kemunculan Mantan Kak Riri
6
Kenyataan Memang Begitu
7
Awal Semua Masalah Bermula
8
Pov Author
9
Tawaran Kerja
10
Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11
Mimpi Serasa Nyata
12
Ada Apa Di antara mereka?
13
Pov Author
14
Hutang
15
Marahnya Ibu
16
Tidak Mau Disalahkan
17
Pov Arman.
18
Pov Author. Bertengkar Lagi.
19
Kasih Sayang Ibu
20
Terima Atau Tidak
21
Malam Penuh Kejutan
22
Kado Ulang Tahun
23
Ibu Sakit
24
Bertengkar Lagi
25
Malam Terakhir Bersama Ibu
26
Pov Author Menyesal
27
Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28
Surat Dalam Lemari
29
Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30
Keputusan Terbaik
31
Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32
Kedatangan Rian
33
Dituduh Selingkuh
34
Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35
Sakit Apa
36
Pov Author. Detik Mendebarkan
37
Berpisah
38
Jangan Dekati Aku Lagi
39
Pov. Esih
40
Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41
Harus Tegas
42
Bertemu orang-orang yang memuakkan
43
Pov Author. Bukan sekedar Suka
44
Awal Yang Baru
45
Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46
Pov. Riri
47
Pov Author. Diikuti
48
Penyesalan Riri
49
Mimpi buruk
50
Ternyata Riri
51
Pov Author. Zidan Selingkuh
52
Siapa Dia
53
Diteror
54
Mulai Beraksi
55
Jebakan
56
Melarikan Diri
57
Melawan
58
Kita Berhak Bahagia (Akhir)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!