Mimpi Serasa Nyata

Ceklek...

Pintu terbuka, wajah kusut kak Mei terpampang jelas di depanku. Bisa dipastikan kalau saat ini suasana hatinya sedang tidak baik.

"Ada apa, Hann?" tanya kak Mei dengan sikap dingin.

"Kak, aku mau ambil popoknya Iqbal."

"Eh, popok ya? Emangnya dia udah diem?" tanya kak Mei dengan kening berkerut.

"Udah, Kak. Tuh, ibu lagi gantiin popok dia," jawabku terus terang.

Kak Mei kembali masuk dan mengambil popok Iqbal.

"Dia tidur sama Hanna aja malem ini," ucapku setelah kak Mei keluar.

"Enggak usah, Hann. Biar dia sama kakak aja." Kak Mei menjawab tanpa menoleh ke arahku, dia berjalan menuju kamar mandi belakang yang bersebelahan dengan dapur.

Aku pun tidak memaksa, jadi aku segera kembali ke dalam kamarku sendiri untuk melanjutkan tidurku.

Baru saja aku merebahkan tubuhku dan memeluk guling, tiba-tiba ada sebuah pesan via WhatsApp masuk. Aku langsung membuka pesan dari Ayu, entah kenapa hatiku tiba-tiba enggak enak.

[Hanna, hari minggu ini dia akan kembali lagi ke sini, katanya dia ingin membawa keluarganya untuk ngelamar kamu]

Kabar ini membuat aku hampir jantungan, siapa yang dimaksud Ayu? Siapa yang ingin ngelamar aku?

Baru saja aku ingin bertanya sama Ayu, satu pesan mendarat lagi di ponselku. Ini masih dari Ayu.

[Hann, Rian mau ke rumah kamu, dia ingin melamar kamu.]

Ternyata Rian, cowok itu ingin melamar aku? Yang benar saja, hal ini sudah lebih dulu dia katakan sama aku dua minggu yang lalu. Namun entah kenapa hatiku tidak yakin, aku masih belum siap.

Segera ku pejamkan mata ini, berharap mimpi indah menemani malamku, tidak satu pun dari chatt Ayu yang aku balas. Aku tidak ada niat untuk membicarakan masalah ini dengan dia, lagian akhir-akhir ini Rian dan Ayu juga sering chattingan bareng, hatiku sedikit tidak yakin kalau cintanya masih untukku.

.

"Tempat apa ini?"

Aku terus memutar pandangan ke sekeliling, tidak ada yang terlihat selain tembok dengan nuansa putih semua. Di depanku ada sedikit kabut, berasap. Aku mencoba berjalan lebih dekat, jantung ini berpacu cepat kala melihat sosok lelaki yang sudah sejak lama aku rindukan.

Tidak salah lagi, itu adalah ayah. Ya, lelaki yang sedang duduk bersila itu adalah ayahku, tapi... Kenapa wajahnya ditekuk begitu? Ayah terlihat sedih.

"Ayah."

Ayah segera memutar pandangannya menghadap ke arahku, ada embun bertengger di pelupuk matanya.

"Hanna." Ayah merentangkan kedua tangannya hendak menyambut pelukanku. Aku berlari dalam pelukan ayah, lama sudah aku tidak merasakan pelukan hangatnya.

"Kenapa Ayah sedih? Apa Ayah kesepian?"

"Tidak, bukan itu yang membuat ayah sedih, Hann."

"Lalu apa, Yah?"

"Hanna, keadaan kalian saat ini, itulah yang membuat ayah sangat sedih. Nak, percayalah! Tidak ada satu pun orang tua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya saling menjauh. Ayah ingin kalian kembali akur, sama seperti saat ayah masih berada di dekat kalian." Ayah menangis sambil memelukku.

Aku tergugu, tidak tahu bagaimana cara mengatakannya sama ayah. Hatiku juga sakit sekali. "Ayah, Hanna juga tidak ingin ini semua terjadi. Hanna juga tidak tahu bagaimana caranya supaya mereka menjadi abang-abang Hanna seperti yang dulu. Ayah, mereka sudah menikah, punya istri dan kehidupan masing-masing. Sebagai adik, Hanna sudah mengalah dengan banyak hal, tapi mereka tetap mempertahankan egonya masing-masing. Hanna capek, Ayah." Aku menangis dalam pelukan ayah.

"Sabarlah anakku! Ayah yakin kamu bisa melewati ini semua, cuma kamu harapan ayah satu-satunya, bahagiakan ibu kamu, Nak. Jangan pernah menyakiti perasaannya, cuma kamu yang ibu punya di dunia ini sebagai tempat berkeluh-kesah. Ayah yakin kalau kamu bisa mengembalikan moment indah seperti dulu," ucap ayah. Perlahan aku melihat sinar putih di sekitar ayah menghilang, tatapanku menjadi silau.

"Ayah!"

"Ayah..."

Aku menjerit ketakutan, tidak ku temukan ayah di sisiku. Aku mencarinya kemana-mana, tapi ayah tidak ada, jeritanku perlahan juga menghilang. Tempat yang tadinya putih, kini menjadi gelap, aku tersadar dan kembali membuka mata.

Ternyata itu semua hanya mimpi, aku langsung bangun. Aku mulai mengucek mata ini, mulai ku arahkan pandangan ke atas jam dinding di dekat lemari, ternyata sudah subuh.

Dengan gerakan pelan, aku bergerak turun dari atas ranjang. Kakiku terasa dingin saat menapaki lantai, udara di waktu subuh seperti ini memang membuat tubuh menggigil.

Saat sedang berwudhu, ingatanku kembali terbayang akan mimpi tadi. Ayah, kehadirannya memang sudah lama aku rindukan, sering kali aku memimpikan ayah, tapi tidak pernah terasa senyata ini.

Pelukan itu benar-benar masih membekas sampai sekarang, seolah ayah memang datang untuk menemui aku.

 

"Hann!" teriak Ayu memanggil aku.

"Itu Ayu, kan? Ngapain dia ke sini?" tanya mbak Santi. Saat ini kami sedang duduk santai, kebetulan toko sedang sepi.

"Iya, Mbak. Sepertinya dia baru pulang kuliah, mungkin Ayu mau singgah sebentar di sini," jawabku pelan.

Ayu memarkirkan sepeda motornya di depan teras toko, dia masuk ke dalam menemui aku yang sedang duduk istirahat bersama mbak Santi.

"Assalamualaikum, Mbak, Hanna."

"Waalaikumussalam," kami menjawab kompak.

"Wajah kamu ceria banget, Yu? Ada kabar gembira apa?" tanya mbak Santi pada Ayu yang cengar-cengir dari tadi.

"Ada sesuatu yang sangat penting, Mbak. Sesuatu yang harus aku langsung kasih tahu sama si Hanna," jawab Ayu.

"Sesuatu apa? Buruan! Kebetulan lagi enggak ada pelanggan ni." Aku sedikit ogah-ogahan mendengar kabar baru dari Ayu, pasti tentang Rian lagi.

"Lo kenapa enggak ngangkat telpon dari Rian? Gara-gara elo, gue kena semprot ama dosen killer," ucap Ayu dengan bibir manyun.

"Hi, rasain! Siapa suruh tuh hp enggak dimatiin," jawabku cepat.

"Rian, kayak pernah dengar tuh nama. Rian cucunya oma Desi ya?" tanya mbak Santi.

"Iya, Mbak."

Aku dan Ayu menjawab barengan, mbak Santi memperhatikan kami berdua, tatapannya sedikit aneh.

"Ada apa, Mbak?"

"Hann, kamu dan dia punya hubungan apa?" tanya mbak Santi, mungkin dia mulai penasaran.

"Enggak punya hubungan apa-apa, Mbak, tapi kata Rian sih dia itu cinta banget sama Hanna," yang dijawab Ayu.

"Entahlah, Mbak. Hanna juga bingung," jawabku lesu.

Ku lihat mbak Santi melirik ke arah Ayu, dia bertanya menggunakan bahasa isyarat. Mbak Santi menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi antara aku sama Rian.

"Dia mau ngelamar Hanna, Mbak."

"Ngelamar Hanna?"

Reaksi kaget mbak Santi membuat aku dan Ayu merasa aneh. Kenapa dia bisa sekaget itu? Memangnya salah kalau Rian melamar aku?

"Kenapa, Mbak. Kok kaget gitu?" tanya Ayu.

"Gimana aku enggak kaget, Rian itu kan..." Mbak Santi tiba-tiba menggantungkan ucapannya.

"Rian kenapa, Mbak?" desakku bertanya. Mbak Santi malah memilih pergi dan kembali duduk di meja kasir.

"Ada apa, Yu?" giliran Ayu yang aku tanyai, tapi Ayu juga tidak tahu, dia hanya menggeleng pelan.

Reaksi yang ditunjukkan Mbak Santi tadi, tentu dia tahu sesuatu tentang Rian. Ini mulai membuat aku penasaran, aku harus mencari tahu.

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

emng ada apa dengan Rian🙄

2024-06-09

0

P 417 0

P 417 0

jdi Inget bapak😪

2024-06-09

0

lihat semua
Episodes
1 Ipar menyebalkan
2 Bagas menggila
3 Meninggalnya Bu Sumi
4 Ipar pelit
5 Kemunculan Mantan Kak Riri
6 Kenyataan Memang Begitu
7 Awal Semua Masalah Bermula
8 Pov Author
9 Tawaran Kerja
10 Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11 Mimpi Serasa Nyata
12 Ada Apa Di antara mereka?
13 Pov Author
14 Hutang
15 Marahnya Ibu
16 Tidak Mau Disalahkan
17 Pov Arman.
18 Pov Author. Bertengkar Lagi.
19 Kasih Sayang Ibu
20 Terima Atau Tidak
21 Malam Penuh Kejutan
22 Kado Ulang Tahun
23 Ibu Sakit
24 Bertengkar Lagi
25 Malam Terakhir Bersama Ibu
26 Pov Author Menyesal
27 Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28 Surat Dalam Lemari
29 Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30 Keputusan Terbaik
31 Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32 Kedatangan Rian
33 Dituduh Selingkuh
34 Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35 Sakit Apa
36 Pov Author. Detik Mendebarkan
37 Berpisah
38 Jangan Dekati Aku Lagi
39 Pov. Esih
40 Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41 Harus Tegas
42 Bertemu orang-orang yang memuakkan
43 Pov Author. Bukan sekedar Suka
44 Awal Yang Baru
45 Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46 Pov. Riri
47 Pov Author. Diikuti
48 Penyesalan Riri
49 Mimpi buruk
50 Ternyata Riri
51 Pov Author. Zidan Selingkuh
52 Siapa Dia
53 Diteror
54 Mulai Beraksi
55 Jebakan
56 Melarikan Diri
57 Melawan
58 Kita Berhak Bahagia (Akhir)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Ipar menyebalkan
2
Bagas menggila
3
Meninggalnya Bu Sumi
4
Ipar pelit
5
Kemunculan Mantan Kak Riri
6
Kenyataan Memang Begitu
7
Awal Semua Masalah Bermula
8
Pov Author
9
Tawaran Kerja
10
Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11
Mimpi Serasa Nyata
12
Ada Apa Di antara mereka?
13
Pov Author
14
Hutang
15
Marahnya Ibu
16
Tidak Mau Disalahkan
17
Pov Arman.
18
Pov Author. Bertengkar Lagi.
19
Kasih Sayang Ibu
20
Terima Atau Tidak
21
Malam Penuh Kejutan
22
Kado Ulang Tahun
23
Ibu Sakit
24
Bertengkar Lagi
25
Malam Terakhir Bersama Ibu
26
Pov Author Menyesal
27
Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28
Surat Dalam Lemari
29
Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30
Keputusan Terbaik
31
Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32
Kedatangan Rian
33
Dituduh Selingkuh
34
Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35
Sakit Apa
36
Pov Author. Detik Mendebarkan
37
Berpisah
38
Jangan Dekati Aku Lagi
39
Pov. Esih
40
Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41
Harus Tegas
42
Bertemu orang-orang yang memuakkan
43
Pov Author. Bukan sekedar Suka
44
Awal Yang Baru
45
Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46
Pov. Riri
47
Pov Author. Diikuti
48
Penyesalan Riri
49
Mimpi buruk
50
Ternyata Riri
51
Pov Author. Zidan Selingkuh
52
Siapa Dia
53
Diteror
54
Mulai Beraksi
55
Jebakan
56
Melarikan Diri
57
Melawan
58
Kita Berhak Bahagia (Akhir)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!