HATI YANG BERSEDIH

... " Sebuah tali yang sangat kuat , pada akhirnya akan terputus oleh api . Menangis tiada gunanya. Saat api sudah menyebar kemana-mana"...

... — Fera Chalisa....

... ^^^^...

Aku langsung memegang pipiku. Ayah tanpa aba-aba langsung menampar ku. " Berani sekali kamu nya " ucap ayah.

Aku bingung apa yang dimaksud dengan perkataan ayah. " Kamu itu memang aib bagi keluarga ini " gumam ayah.

Seketika hati ku terasa sangat sakit . Mataku sekarang sudah berkaca-kaca. " Kenapa? Ayah berkata seperti itu . Aku ini darah daging ayah " ucapku. Ibu memutar mata malas. Fera dan mbak Yani langsung ke kamar ku .

Karena suara yang bergitu bergumam bisa terdengar dari luar . Sekarang aku tidak bisa menahan air mata lagi . Aku menumpahkan beling yang ada di mata ku . Kenapa? Ayah kandungku tidak mengaggap ku sebagai anaknya sendiri.

Aku tidak menyalahkan perjodohan ibu dengan ayah . Maupun perjodohan terpaksa mereka . Pipiku masih terasa perih dengan tamparan yang bergitu keras.

" Kamu yang membuat jati diri hancur nya "

" Tidak. Yah ."

" Kenapa. Di rumah sekolah , di mesjid , di rumah sakit . Kamu bilang aku orang yang suka mabuk-mabukan . Hah . Aku tidak salah membenci mu . Aku akan selamanya membenci mu anak aib "

" Tidak... Cukup! ayah . Cukup! . Hiks "

Aku menutupi telinga ku . Mbak Yani dan Fera menangis. Mereka berusaha membuat ayah tenang. Tapi , ayah bergitu keras kepala. Tidak bisa membedakan yang mana salah dan benar . Ayah tanpa tahu ke ujung akarnya langsung mempercayai ibu tiriku.

" Aku tidak serendah itu . Memfitnah orang tanpa tahu menahu. Fitnah itu lebih kejam daripada pada pembunuhan. Pasti kalian sudah mengetahui"

" Jangan sok ceramah kamu "

" Mas beri pelajaran yang setimpal buat dia "

Ibu memanas-manasi ayah . Tangan ayah sekarang sudah mengumpal . Ayah langsung memecah cermin yang ada di dalam kamar . Aku terkena beling kaca pecah di kaki ku. Untuk apa mengatakan nya . Pada akhirnya tidak peduli.

Aku tidak melihat ayah semarah ini . " Kamu itu seperti sebuah kepingan kaca ini . Yang nggak ada jati diri nya . Dan langsung di buang kesampah " ucap ibu dengan mata melotot. Aku masih menutup mulut ku .

Melihat darah yang terus menetes di telapak kaki ku. Luka di kaki itu tidak seberapa sakit yang dibuat ayah . " Kak . Kaki kaka berdarah " ujar Fera. Semuanya beralih menatap kaki ku yang berdarah.

" Biarkan saja , ra. Luka ini sebagai kebanggaan mereka. Mereka berdua bangga dalam memaki orang. Merendahkan orang lain . Tidak tau bahwa yang direndahkan nya tidak serendah jati diri yang mereka miliki"

Plak

Tamparan kedua mendaratkan di pipiku. Tamparan kedua di lakukan oleh ibu. Mbak Yani berteriak. " Cukup... Nyonya " . Tapi suara teriakkan mbak Yani tidak dihiraukan oleh mereka berdua.

Fera menangis. Pipiku sudah ditampar lagi . Aku menangis, perih yang sedang aku rasakan. Ibu dan ayah terus - terusan memaki diriku dan menghina ku . Aku masih diam, berusaha untuk tidak melawan dengan orang tua.

" Ia sama dengan ibunya. Tidak akhlak , tidak ada rasa kemanusiaan sedikit pun sama mereka mas . Mereka nggak pantas tinggal dirumah ini— "

" Cukup!!! Cukup!!! Jangan di teruskan Bu "

Aku tidak sanggup mendengar lagi. " Yang sebenarnya keluar bukan Novian. Melainkan kalian berdua " ucapku tegas

Ibu dan ayah boleh menghina sepuas - puasnya. Tapi, jangan bawa - bawa ibu dalam masalah . " Ayah Yusuf. Apa yang membuat mu . Sangat marah sama ku " ucapku lagi agak keras .

" Alah . Pura-pura nggak tau aja . Cepat usir dia mas "

Ayah menatap kearah ku. Aku menelan ludah . Ayah langsung menarik dengan bergitu keras. Mbak Yani dan Fera mengejar ku dari belakang. Ibu senang dengan rencana yang ia buat .

" Yes . Berhasil rencana ku . Untung ada aku dengar di rumah sakit . Dan aku lebihin kata sedikit. " Batin ibu

Ayah langsung melepaskan ku dan mendorong ku kelantai. Sekarang aku tengkurap di lantai. Tangan ku dan kaki ku sakit . Mbak Yani langsung membantu ku bangun. Ayah langsung menarik mbak Yani menjauh dari ku .

Ibu menjambak rambut ku. " Jangan suka merusak reputasi keluarga nya . Ini akibat nya " ucap ibu . " Mampus kamu Novian jangan main-main sama ibu Darwati nya " lanjut ibu bisik di telingaku.

" Nyonya kasihanilah Novian. Tubuh nya masih lemas . Novian baru keluar rumah sakit nyonya. Tolong lepaskan Novian " gumam Mbak Yani

Aku kesakitan. Ibu membabi-buta diriku . Ayah sosok yang aku sayang . Yang aku hormati. Sekarang menyaksikan layaknya bioskop. Aku menangis terus menangis. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Ibu langsung mengambil sajadah, tasbih dan buku harian ibu ku . Melemparkan nya keluar rumah. Aku berlari mengambil nya . " Ibu .... Ibu... Ibu..." Ucapku sambil memeluk peninggalan ibu kandung ku .

" Kalian menginginkan ku keluar rumah ini kan . Aku dengan senang hati keluar dari rumah ini . Ingat rumah ini hasil keringat ibu ku . Kalian bisa bersenang-senang dengan harta orang lain. Tapi ingat sekali lagi . Allah maha adil "

Aku langsung mengambil sajadah , tasbih dan buku harian ibu. Melambaikan dan senyum perpisahan dengan mbak Yani dan Fera . Fera ingin menghentikan ku pergi. Ibu menghalangi nya . Mbak Yani juga ingin menghentikan ku pergi.

Ayah menghalangi nya . Biarkan saja mereka menghinaku dan bahagia di atas derita orang lain.

" Ayah , ibu sebelum Novian pergi tolong jaga Fera. Buat dia kuliah di Tokyo. Kalau aku panjang umur kami berdua akan bertemu di negeri sakura. Jika kita tidak bertemu. Maka kita belum di takdir oleh Allah . Allah itu maha adil terhadap hambanya"

Itu merupakan ucapan terakhir dengan semua yang ada di dalam rumah. Aku di luar seperti pengemis yang mengemis di rumah sendiri. Aku melihat sekali lagi rumah ku , akan ku tinggalkan untuk selamanya.

Aku meneteskan air mata lagi . Saat ini hati ku sedang bersedih. Suasana malam bergitu sunyi dan menyeramkan. Dijalan hanya ada kendaraan yang berlalu-lalang saja . Hati ku semakin gelisah. Entah kenapa.

Aku duduk sebentar di jalan. Menangis terus menangis. Saat ini menangis yang bisa ku lakukan. Saat aku lagi duduk sendirian, terlihat tiga orang laki-laki sedang berjalan kearah ku . Aku tidak takut , ku pikir cuma sekedar lewat saja .

" Adek manis? . Lagi nunggu siapa?" tanya salah satu laki - laki itu .

Aku menoleh kearah laki-laki yang ada di depan ku . " Tidak nunggu siapa pun " jawab ku jujur.

" Boleh Abang hibur. " Ucap lelaki itu.

" Tidak usah " tolak ku.

Salah satu lelaki itu memegang tangan ku. Aku langsung melepaskan pegangan lelaki itu . " Nggak usah memegang tangan" kata ku tegas . Lelaki itu menyipitkan matanya. Langsung menarik ku . Memegang di punggung ku .

Aku langsung memberontak. Setelah memberontak aku langsung lari sekencang-kencangnya.

" Ya Allah. Lindungi diriku ya Allah. Engkau maha melihat dan engkau maha penyayang"

" Tolong!!! Tolong!!! Tolong!!! "

Saat aku berlari tidak melihat kiri - kanan . Aku berlari sangat kencang lagi.

" Tunggu... Tunggu... Tunggu... "

Persetan dengan suara itu. Aku masih sangat lemas . Jika menjadi hiburan mereka , itu tidak akan terjadi . Aku masih ada harga diri . Mereka masih mengejar ku .

" Aaaaaa.... "

Brum - gedembuk

Aku tertabrak mobil. Aku tidak sanggup membuka mata ku lagi .

" Novian... Novian.. Novian" teriakkan seseorang.

Pengelihatan ku Rabun . Tidak tau siapa yang memanggil ku .

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Kalimat syahadat yang bisa ku ucapkan di mulut ku .

...* bersambung*...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!