Ikhlas Itu Berat

..." Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, apa pun kejadian itu harus diterima dengan tawakal dan dengan iman yang tebal."...

... — Cartas para Sol....

Aku menangis saat menyaksikan momen ini di sekolah. Aku tidak menyadari bahwa ibu Erlina melihat ku dari tadi . " Andaikan saja. Aku seperti ini setiap hari. Tanpa perlakuan kekerasan dari ibu tiri ku" ucapku dengan sejuta air mata. Pelan - pelahan aku menghapus air mata.

"Novian. Kenapa menangis?" Tanya ibu Erlina di belakangku. Aku langsung menghapus air mata. Mencoba mengatur emosi ku. " Ini tadi ada serangga kecil masuk kedalam mata " Jawab ku berbohong. Ibu Erlina langsung duduk di samping ku.

"Coba lihat matahari. Matahari terus bersinar tanpa lelah untuk memberikan cahaya ke bumi ini . Novian sesulit apapun rintangan yang Novian lewati. Pasti suatu hari nanti akan dimudahkan segala urusannya sama Allah " sahut ibu Erlina.

Setelah ibu Erlina pergi , aku tau apa maksud dari perkataan ibu Erlina. Berusaha lah untuk menjadi baik walaupun kebaikan kita diremehkan sama orang. Allah tidak tidur , dekat kan diri kita kepada Allah.

Aku senang ada yang memberi nasehat kepada ku. Angin sepoi-sepoi terasa sejuk nya . Suasana di sekolah masih tetap riuh. Aku lapar tapi aku tidak pernah berhutang sama siapapun. Aku langsung pergi ke kantin.

Satu persatu langkah kaki menuju ke kantin.

"Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. " Gumamku dalam hati.

Di kantin sangat ramai orang. Aku masih berzikir sambil memainkan jari jemariku. Zikir membuat ku tenang dan tentram. Aku merasa agak canggung melewati sejumlah anak laki-laki. Aku hanya tersenyum kepada mereka saja. " Cantik dia " suara yang terdengar secara lintas. Siapa yang mengatakan itu aku tidak tau .

"Mbak . Boleh saya minta segelas air putih" kata ku ragu

" Boleh " ucap mbak Sinta

Mbak Sinta ia sudah 4 bulan berjualan di kantin sekolah. Aku langsung meminum air putih. " Alhamdulillah... Terimakasih mbak ,ya " kata ku lagi . Mbak Sinta hanya mengangguk kepala saja. Sekarang perut ku sudah terisi dengan segelas air putih.

Aku bersyukur kepada Allah masih ada orang baik seperti mbak Sinta dan ibu Erlina. Aku langsung menuju kearah pustaka. Aku ingin membaca buku di perpustakaan sekolah. Sekarang aku sudah tiba didepan perpustakaan sekolah.

Aku langsung melepaskan sepatu dan masuk kedalam perpustakaan. Suasana sepi dan senyap menjadikan pikiran tenang. Aku langsung menuju ke arah rak buku. melihat buku Apa yang cocok untuk ku baca kan .

Aku langsung mengambil buku yang berjudul " In the name of love " kalau di artikan dalam bahasa Indonesia yaitu atas nama cinta.

Cerita ya sedih , berat , dan di benci . Aku suka membaca buku atas nama cinta ini . Satu persatu kata ku bacakan. Waktu terus berputar setiap detik dan menit . Aku sekarang sudah terjerumus dalam cinta buku .

Teng— Teng—Teng

Saatnya kita memulai pelajaran...

" Bel masuk udah berbunyi" ucapku bisik

Aku langsung menutup buku itu. Aku langsung menandainya dengan pembatas buku . Aku langsung masuk kedalam kelas. Aku akan memulai pelajaran dengan penuh giat .

... ^^^^...

Teng—Teng— Teng

Saatnya pulang...

Sekarang bel pulang sudah berbunyi. Aku langsung membereskan sejumlah buku ku . " Alhamdulillah.. udah selesai sekolah. Sedikit limu udah ku dapat kan walaupun sedikit" sahutku. aku langsung keluar kelas menuju rumah .

Sambil aku berjalan sambil aku bernyanyi. Burung - burung terlihat di atas langit yang biru. Kupu-kupu 🦋 terlihat bergitu indah. Saat ini aku gembira dengan kehidupan ku sekarang ini. Walaupun sesaat aku tidak mendengar Omelan ibu tiriku .

Ku hirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan nya secara perlahan.

Sebelum aku tiba dirumah, aku duduk sementara di taman. Aku menangis sendirian di taman . Melihat seorang anak dengan ibu nya . Makan eskrim bersama — bercanda sungguh lengkap bila ada ibu .

Aku menangis ketika momen itu hanya sebuah mimpi bagi ku . Ibu dan anak yang ada ditaman itu langsung pergi dari taman . " Kesedihan ku sekarang sebuah kekuatan untuk melangkah maju . Ibuku , anak mu ini seperti nya lemah Bu " gumamku dalam batin. Aku menangis melihat diriku tiada ibu .

Aku terdiam sejenak. Melamun — membayangkan — mimpi sedang aku lakukan sambil menangis. Terkadang orang bila menangis itu justru menambah luka dan beban. Ada juga berkata bahwa dengan menangis kita bisa luapkan emosi kita . Intinya menangis itu lemah .

Biar siapapun berkata aku lemah. Memang itu benar aku sekarang lemah. Aku tidak mau pulang kerumah itu lagi . Mau nya nggak mau itu kan rumah ku juga. Untuk apa aku keluar dari rumah itu yang berhak keluar rumah itu ibu tiriku yang bernama Darwati.

Lebih aku pulang daripada perkara menjadi besar . Aku langsung beranjak meninggalkan taman dan kembali untuk pulang. Satu persatu langkah aku menangis. Terik matahari bergitu panas . Berjalan berkilometer dari rumah ke sekolah.

Sekarang aku sudah di depan rumah.

" Assalamualaikum... "

" Waalaikum salam"

Aku langsung masuk kedalam rumah. Ibu ku sedang memakai masker wajah biar lebih cantik. Sebagian orang yang cantik itu jahat dan ada juga yang baik. Aku langsung pergi ke kamar. Berganti pakaian.

Setelah aku berganti pakaian. Aku langsung menuju ke meja makan . Dari tadi pagi , aku sudah lapar. Saat aku hendak mengambil piring, ibu berdiri di depan ku . " Enak aja makan. Cepat sapu halaman depan" kata ibu. " T- A - P- I " ucapku terbata-bata. " Nggak ada tapi-tapian" pekik ibu.

Perut sudah sangat lapar sekali. Aku ingin makan siang tapi malahan aku tidak dapat makan. Aku sekarang mengambil sapu lidi dan menyapu halaman. Sambil aku menyapu , sambil aku menangis. Setiap keringat halus terlihat di jidat ku.

Aku menghapus keringat halus dengan baju yang aku pakai. Kesedihan ku sudah bercampur dengan keringat. Terik matahari menjadi saksi atas perlakuan ibu tiriku. Satu demi satu detik ku habiskan. Aku baru menyapu sebagian halaman .

Mbak Yani melihat ku di jendela. Air mata menetes di matanya mbak Yani. Semua kebaikan ku tidak ada arti di mata ibu . " Ya Allah. Coba apa yang harus dilewati anak ini. Tolong kuat kan dia untuk selalu sabar dan tabah " batin mbak Yani sambil menangis. Air mata terus mengalir di kedua mata ku dan mbak Yani.

"Hah!" Desa ku . Sekarang aku sudah selesai menyapu halaman sampai bersih. Aku sebentar untuk menenangkan diri.

Krukyukkk...

Suara perut ku yang sangat kelaparan. " Novian " panggil mbak Yani. Aku langsung menoleh kebelakang . Mbak Yani membawa sepiring nasi serta dengan lauknya di dalam piring dan segelas air putih. Aku tersenyum tipis kearah mbak Yani.

Aku langsung memakan makanan yang dibawa mbak Yani dengan lahapnya. " Pelan-pelahan makanannya. Nanti tersedak lagi " ucap mbak Yani. Aku hanya mengangguk kepala saja. Mbak Yani tersenyum tipis melihat ku . " Soalnya sangat lapar . Bu" kata ku kepada Mbak Yani. Mbak Yani kembali tersenyum melihat tingkah ku ini.

...^^^^...

..." Hidup sederhana tanpa ada hasrat untuk mencari perhatian di hadapan manusia adalah di antara sebab ketenangan hati dan bahagia."...

... — Alexander Megumi....

...^^^^...

Sekarang aku Udah selesai mandi dan sholat ashar. Aku rebahan sementara di atas kasur. "Sesulit ini kalau punya ibu tiri. Selalu diperlukan seperti binatang" ucapku dengan kasar kepada diri sendiri. Yah! Namanya juga kehidupan. Aku harus kuat dan penuh keikhlasan dalam menghadapi ibu tiriku.

Aku membaca doa kedua orang tua.

Walaupun aku tidak memiliki ibu , doa selalu aku panjatkan kepada Allah SWT. Di setiap malam Jum'at aku selalu membaca Yasin untuk ibu . Berdoa supaya ibu jauh dari siksa kubur.

Terkadang mengikhlaskan kepergian seseorang itu berat. Saat mengikhlaskan nya, seperti jiwa mati rasa. Ikhlas itu kata yang mudah . Tapi, saat belajar ikhlas itu tidak segampang yang dipikirkan.

Harta terbesar ku adalah keluarga. Keluarga ku sekarang sudah dikendalikan oleh ibu tiriku. Yah! Bisa dibilang sudah retak dan sudah putus tali silahturahmi. Aku ingin hubungan keluarga itu erat seperti tali , untuk apa bermimpi saat api membakar nya.

Air mata menjadi saksi dan hati menjadi derita. Ikhlas akan kucoba mengikhlaskan.

Walaupun berat ku terima. Ku berdoa aku bisa mengikhlaskan dan sabar . Hanya waktu yang bisa memulihkan luka dan sedih ku .

* bersambung *

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!