SABAR

... "Sabarlah, tidak semua hal bisa kamu selesaikan sendiri. Untuk hal-hal di luar jangkauanmu, kamu harus belajar sabar dan merelakannya.” ...

...— Novian Amara....

... ...

... 🪴🪴🪴🪴🪴...

... ^^^^...

Aku sudah duduk di depan pintu. Menyaksikan matahari yang akan terbenam. Aku merasa sepi sunyi . Aku harus selalu tetap tegar. Mbak Yani melihat ku sedang duduk di depan rumah. Air mata terus menetes. " Novian" panggil mbak Yani. Aku langsung menghapus air mata dan langsung menoleh.

" Iya. Mbak " ucapku. " Lagi mikirin apa? hayo" ujar mbak Yani. Aku hanya tersenyum. Sesaat, suasana menjadi keheningan. Sebenarnya, aku sedang dilanda dilema . Aku menutupi nya , aku tidak ingin orang mengetahui perasaan ku sekarang.

" Mbak. Kenapa? Novian tidak diajak ke mall . Mbak?" Ucapku. " Novian belum pernah melihat mall" tambah ku. Seketik mbak Yani terdiam dan meneteskan air mata . Setiap kali kita merasa sedih . Pasti air mata akan mengungkapkan segala nya . Perasaan itu tidak bisa di pendamkan selain meluapkannya .

Mbak Yani langsung memeluk ku . Aku merasakan ketulusan mbak Yani. " Mbak . Boleh kah? Novian memanggil mbak Yani dengan sebutan ibu " kata ku . Helaan nafas keluar dari hidungku. Mbak Yani menarik nafas dalam-dalam. " Tentu saja. Nak " ucap mbak Yani.

Sekarang aku sudah memiliki ibu . Kesedihan ku di depan ibu itu hanya sebuah drama. Aku melewati ini dengan penuh kesabaran. Aku dan mbak Yani langsung masuk kedalam rumah. Matahari sudah sepenuhnya tengelam.

...^^^^^...

"Allahu Akbar... Allahu Akbar..."

Suara azan Maghrib di mesjid . Aku langsung mengambil air wudhu. Ibu , ayah, dan Fera belum pulang dari mall. Setelah beberapa saat kemudian, aku sudah selesai berwudhu dan langsung kekamar untuk menunaikan salat Maghrib .

Aku langsung menghadap kiblat dan memulai salat Maghrib. Suasana mendukung untuk salat Maghrib khusyuk. Sekarang aku sudah raka'at 2 . Air mata menetes satu persatu tetes di mataku. Sekarang aku sudah raka'at 3 . Hati ku ingin saja menangis dalam salat.

Sekarang aku sudah selesai salat Maghrib. Aku langsung berdoa dengan tulus dan khusyuk kepada Allah.

" Ya Allah. Tolong kuatkan hamba dalam menghadapi rintangan kehidupan. Beri hamba kesabaran yang luar biasa. Sehingga hamba tidak berputus asa dan melupakan mu ya . Allah . " Doa ku dalam salat . Sambil berdoa air mata terus menetes di raut wajah ku.

Hanya kepada Allah aku curhat dan hanya Allah yang mengabulkan permohonan dari hamba nya . Setelah berdoa, aku langsung me-ngaji beberapa ayat Al -Qur'an. Al-Qur'an penyejuk hati ku saat sedang dilanda masalah. Satu persatu ayat aku ngaji dengan khusyuk.

Tidak berapa lama, aku sudah selesai salat Maghrib dan me-ngaji. Hatiku sekarang sudah agak lebih baik dan tenang.

Tok..

Tok...

Tok...

Cklek

Saat aku membuka pintu. Terlihat ibu , ayah dan Fera baru pulang mall. Aku hanya tersenyum tipis kepada mereka. Ibu melihatku seperti jijik saat aku bersama mereka. Aku pendamkan rasa itu di hatiku. " Ada barang ,yang bisa Novian bantu?" Tanya ku . " Nggak usah. Semuanya barang ini mahal. Tau " kata ibu .

Kata - kata nya membuat aku sedih . "Iya , Benar . semuanya mahal. Anak yang seperti ku ini tidak boleh menyentuh barang-barang mahal" sahut ku . " Iya. Itu sadar " ucap ibu . Mabk Yani saat ibu mengatakan kalau perkataan ku itu benar , mbak Yani menangis.

" Seperti ini jika tidak ada seorang ibu. Di hina — Di maki —Di sakiti " batin mbak Yani.

Aku menahan tangisan yang menjerit di dalam hatiku. Kalau aku bisa , aku bisa menghinanya. Tapi tidak , Allah maha melihat dan Allah maha mengetahui. Biar Allah menunjukkan kebesarannya. Aku hanya bisa bersabar menghadapi ujian kehidupan.

Setelah membantu ibu membereskan bawaannya dari mall.

Aku tidak marah , karena ini sudah ditentukan takdir sama Allah. Setelah membantu ibu, aku langsung memakan nasi . Dengan sejuta harapan dan gembira aku ingin makan malam.

" Kamu tidak boleh makan" pekik ibu. Aku menelan ludah. Kenapa ibu mengatakan seperti itu. " Kenapa. Bu?" Tanya ku. " Novian kan , bukan anak ibu . Dalam sehari cukup makan sekali nya . Piring ini kesini " jawab ibu dengan penjelasan menyakiti lubuk hati ku.

Aku hanya terdiam di samping meja makan. Meneteskan air mata . Saat seperti ini, aku pengen ayah membela ku itu mimpi saja. Ayah ku tidak memperdulikan nya . Aku langsung pergi dari meja makan dengan terdiam. Aku langsung duduk di pojokan rumah dan menangis tersedu-sedu. Mengingat perkataan ibu , walaupun manis tapi menyakitkan

Hiks

Hiks

Hiks

Mbak Yani mendengar suara tangisan. Ia tidak tau itu siapa yang menangis malam - malam. Saat mbak Yani pergi ke dapur. Melihat ada orang di samping kulkas. Sepertinya mbak Yani ingin memukuli nya .

Mbak Yani Pelan-pelahan mendekati orang tersebut. Padahal orang tersebut adalah aku . Aku sedang menangis tersedu-sedu.

" Novian" ucap mbak Yani. Aku langsung menoleh dan memberikan senyuman tipis.

Mbak Yani langsung duduk di samping ku . " Kenapa?. Nak " tanya mbak Yani . Aku hanya diam menahan luka yang tak bertinta melukai ku. " Tidak ada apa-apa. Bu " jawabku . Sekarang resmi aku akan memanggil mbak Yani dengan sebutan ibu .

Pemandangan malam sungguh indah. Di temani ribuan bintang dan bulan purnama. Di malam ini aku terluka dan di malam ini air mata menetes. Sedangkan ibu ku tidak salah apa-apa. Aku ingin di setiap masalah itu tidak bawa-bawa nama ibu. Aku ingin ibu ku tenang di surga.

Aku menangis dalam pelukan mbak Yani . Saat kalimat " kamu itu kan, tidak ada ibu " seketika tubuhku lemas dan lesu . Perkataan itu menyakiti perasaanku. Tidak lama kemudian, aku dan mbak Yani langsung masuk kedalam rumah.

...^^^^...

" Aduh... Aku terlambat lagi "

" Semoga pak satpam belum menutup gerbang sekolah"

Aku berlari sangat kencang menuju ke sekolah. Nafas ku sekarang terengah-engah. Ada mobil berwarna hitam melewati ku . Ternyata, itu ibu. Ia melambaikan tangannya kepadaku. Aku menangis saat di perlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.

Aku berlari dengan cepat lagi . Fera di antar oleh ibu nya . Aku tidak dikasih numpang untuk pergi bareng sama Fera . Aku masih bersabar dengan perlakuan ibu tiriku. Saat aku tiba di sekolah.

" Pak, tunggu pak"

Pak satpam yang ingin menutup pintu gerbang berhenti. Aku hanya tersenyum tipis. " Maaf pak nya. Saya masuk dulu " basa-basi ku. Pak satpam yang melihat ku menggeleng -geleng kepala saja. Ini hari pertama ku semester genap di kelas 3 SMP . Aku sekolah di SMP MANGAT CERIA 12 . Sekarang aku sudah bebas untuk sementara waktu.

Aku berlari dengan kencang lagi menuju kelas . Saat aku berada di depan pintu kelas , pas-pasan dengan ibu Erlina. Ibu Erlina adalah ibu IPA di kelas lX-2 . Ibu Erlina bersikap ramah dan baik jauh beda dengan ibu tiriku.

"Baru sampai nak nya?" Tanya ibu Erlina. " Iya buk" Jawabku dengan nafas terengah-engah. Aku dan ibu Erlina langsung masuk kedalam kelas . Aku langsung duduk di kursi paling belakang. Suasana pagi hari ini tenang, damai dan tentram.

Setelah bersiap — memberi salam — membaca doa kami memulai pelajaran tentang bioteknologi dan Kehidupan organisme tanah . Aku belajar dengan bergitu giat , tekun dan bersungguh-sungguh.

" Gimana? weekend nya? . Novian?" Tanya seseorang di depan ku . Aku langsung menoleh ke arah suara itu. " Biasa— biasa saja" jawabku singkat. Aku mengingat sekilas weekend ku . Weekend, sudah 3 tahun aku tidak merasakan suasana weekend. Yang hanya kurasakan sakit , sedih dan perhinaan dari ibu tiri ku.

Aku terdiam sejenak. " Aku tau perasaan kamu. Novian" ucap seseorang di samping ku . " Kamu yang sabar nya" tambah seseorang didepan ku . " Terimakasih nya . Kalian berdua baik sama aku " kata ku . Dinda dan Aulia mereka teman yang selalu support ku .

Aku langsung menulis catatan tentang bioteknologi. Aku menutupi luka ku dengan senyuman. Aku sanggup jika orang menghina ku tetapi jangan bawa-bawa orang tua. " Ibu ini . Novian udah catat tentang bioteknologi sama kehidupan organisme tanah. Biar bisa belajar 3 bulan lagi ujian" ujar ku . " Tidak apa-apa kok. Kamu itu rajin Novian" puji ibu Erlina.

Aku hanya tersenyum tipis saja . Seandainya aku memiliki ibu tiri seperti buk Erlina pasti senang. Tidak pernah dipukuli lagi dan tidak pernah menghasut ayah . " Novian. Lagi mikirin apa " ucap ibu Erlina. Aku hanya menggeleng kepala saja. Aku duduk sementara 1 menit lagi jam istirahat.

Teng— Teng —Teng

Saatnya istirahat....

Ketika terdengar suara bel berbunyi saatnya istirahat. Siswa - siswi keluar berhamburan seperti tidak dapat kebagian tempat duduk. Aku membereskan buku - buku ku kedalam tas. Aku langsung keluar dan duduk di teras sekolah.

Aku melihat siswa- siswi jajan di kantin. Aku tidak di kasih uang ke sekolah. Aku hanya bisa menelan ludah beberapa kali saja untuk mengantikan jajanan. Aku senang melihat orang berlarian ke sana - kesini . Orang ketawa dan orang bercanda.

... * bersambung *...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!