Bab 20

Kini William terasa segar setelah mandi, dia segera memakai pakaiannya dan menuruni tangga kelantai bawah, dia terkejut ketika melihat ruang tamunya yang ramai karena bukan hanya orang tuanya yang ada disana tapi ada opa dan Oma nya serta aunty paling bungsu bahkan ada disana.

Setelah menghilangkan keterkejutan nya, dia kembali melangkah mendekati orang-orang yang sedari tadi berbincang, kali ini perbincangan mereka nampak serius dan William bisa menebak itu, ini mengenai hilangnya Zahra.

Airin yang melihat putranya berjalan kearah Meraka segera berdiri.

Plak

Plak

Airin menampar keras William didepan keluarganya, rasanya sudah tak tahan lagi sedari tadi tangannya begitu gatal ingin menghajar anak semata wayangnya yang b*d*h itu.

Sebelumnya Handoko sempat menceritakan apa saja yang William lakukan terhadap Zahra setelah menikah, tanpa ditutupi sama sekali. Airin yang mendengar cerita itu mengepal tangannya begitu kuat, kenapa dia bisa melahirkan anak seb*d*h itu.

Airin juga sempat marah pada Handoko karena merahasiakan ini semua padanya, Handoko hanya pasrah bahkan beberapa kali diserang oleh Airin, dia hanya membiarkannya tanp ingin melawan karena memang itu adalah kesalahan nya sendiri. Orang tua Airin hanya mampu melerai sedangkan adik bungsu Airin yaitu Clara tak memedulikannya sebab memang Handoko harus diberi pelajaran.

"Anak kur*ng aj*r, mami tidak pernah mengajarkan kamu untuk menyakiti perempuan s*alan!!!.  Kenapa bisa mami melahirkan anak b*d*h seperti kamu ini". Dada Airin kembang kempis menahan amarah tadi.

"Mi, kita selesaikan dengan kepala dingin". Ucap Handoko yang ingin menyentuh istrinya tapi langsung ditepis sebab Airin masih marah padanya.

"DIAM KAMU!!, kamu dan anak mu sama saja". Kata Airin menatap tajam suaminya.

"Dan kamu!!". Tunjuk nya pada William. "Semoga kamu tidak akan menyesal kehilangan Zahra". Tegas Airin menatap tajam William.

William tak berdaya sama sekali ketika Airin menamparnya, dia hanya berdiri kokoh didepan sana tanpa ingin melawan toh memang dia salah.

"Opa sangat menyayangkan sikap kamu Will, kamu tahukan dikeluarga kita tak pernah ada satupun suami yang menyakiti istrinya, bahkan membuatnya menangis saja rasanya sangat sulit. Apalagi sampai melakukan kekerasan fisik". Ungkap opa Jastib merasa kecewa melihat cucu nya itu.

"Maaf Opa". Hanya itu yang bisa William katakan, opa Jastib termasuk orang yang begitu tegas terhadap anaknya, makanya Airin dan anak yang lainnya memang dilatih berbagai macam pelajaran sampai bela diri pun diajarkan. tak memandang itu perempuan, sebab banyak musuh dari kalangan bisnis yang memang membencinya mengintai mereka.

"Apa opa bisa membantu aku menemuka Zahra, aku ingin meminta maaf padanya. Aku begitu menyesal". Ungkap dengan lesu.

"Untuk apa kamu meminta maaf padanya lagi, bukan kah ini yang kamu mau ? Zahra sudah pergi karena tidak tahan dengan perlakuan keji mu selama ini. Mami akan mengabulkan keinginan kamu selama ini dan secepatnya akan mengurus perceraian kalian". William menatap tajam Airin karena tak suka mendengar kata 'cerai'.

"Aku dan Zahra tidak akan pernah bercerai, mami jangan pernah ikut campur urusan rumah tanggaku". Ungkap William tanpa mengalihkan tatapannya pada Airin

"Kenapa ? Bukankah dari awal kamu begitu menentang pernikahan ini ? Apa kamu sudah sadar dan menyesal jika kekasih mu itu tidak lebih seorang p*l*cur ?". William tidak begitu kaget jika Airin sudah mengetahui semua tentang intan.

Laki-laki yang dagunya sudah di tumbuhi bulu halus itu hanya mampu diam, memang benar sekarang dia begitu menyesal setelah apa yang dia impikan tentang intan ternyata semuanya pembohong.

Dengan tatapan curiga William menatap intens Airin "apa mami sudah tau dari awal ? Makanya tak menyukai intan ?".

Airin hanya terdiam tak berminat menjawab pertanyaan anak nya, rasanya percuma saja karena memang dulu dia begitu dibutakan oleh cinta semu.

"Kenapa mami diam ? Jadi benar kan ?". William tak percaya jika selama ini maminya menutupi kebusukan intan.

"Kenapa mami menutupi semua ini HAAAA!!!. SAMPAI WILLIAM HARUS MENYAKITI ZAHRA YANG TIDAK TAHU APA-APA". Ungkap William menarik rambutnya frustasi.

"Mami memang mengetahui nya setelah dia kabur dihari pernikahan kalian, tapi rasanya percuma mengatakan padamu yang sebenarnya, karena saat itu kamu terlalu b*d*h mau saja diperalat oleh wanita jalang itu sampai mata dan hatimu buta tidak bisa membedakan mana berlian dan batu kali".

"Haaa begitulah kak yang namanya cinta hanya membuat kita b*d*h, makanya aku malas menjalin hubungan dengan laki-laki". Kata Clara sambil meniup-niup jari-jari kukunya dengan santai.

Oma Farah menatap anaknya tajam, memang selama ini anaknya yang paling bungsu itu tak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki, padahal usianya sudah memasuki kepala tiga bahkan dia dengan terang-terangan jika tidak ingin menikah dan akan menghabiskan waktu sendiri saja atau bila perlu dia akan mengadopsi anak dipanti asuhan untuk dijadi anaknya.

"Clara apa yang kamu katakan ? Mommy mau kamu segera menikah. Jangan menjadi perawan tua". Clara hanya memutar bola matanya malas. Sedari dulu orang tuanya selalu menjodohkan dirinya dengan laki-laki dari anak rekan bisnisnya, tapi Clara menentang semua itu. Diantara dua bersaudara hanya dia yang begitu keras dan selalu menentang perkataan orang tuanya. Dia tidak suka diatur-atur apalagi masalah laki-laki. Walau begitu dia begitu menyayangi orang tuanya.

*

*

*

"Gimana kabar mu disana ?". Tanya Natasha diseberang telepon.

"Baik dan sangat baik, disini sejuk dan juga nyaman untuk ku. Terimakasih yah jika nggak ada kamu entahlah". Ungkap Zahra.

"Apaan sih, kita ini sahabat dari lama bahkan aku sudah menganggap kamu seperti saudari ku sendiri jadi kamu nggak perlu sungkan meminta bantuan".

"Iya deh".

"Oh Iyah terus gimana resto mu disini ? Kamu kan sekarang jauh". Tanya Natasha yang memang sudah tau jika Zahra mempunyai bisnis kuliner makanan.

"Ada yang urus kok, orang kepercayaan aku. Jadi tenaga saja. Ini juga data nya masuk setiap hari di emailku". Natasha ber oh ria saja.

"Hmm kemarin William datang kesini teriak-teriak manggil kamu". Akhirnya Natasha menceritakan tentang William pada Zahra.

"Benarkah ? Ngapain dia kerumah mu ?".

"Biasalah nyari kamu, katanya kita sahabat pasti tau kalau kamu dimana, tapi kamu tenang saja aku nggak kasih tau kok. Enak saja". Ucap Natasha memuat Zahra menghela nafasnya.

"Tapi kayaknya dia nyesel deh setelah kamu pergi. Bahkan dia seperti orang tidak terurus, dagunya banyak bulu halus yang tumbuh. Kamu tahu sendiri kan gimana pembersih nya si William".

Zahra hanya manggut-manggut "terserahlah, itu bukan urusan ku".

Zahra sudah mengetahui tentang William yang tahu mengenai intan yang berselingkuh dari Natasha bahkan rela mendatangi ke Jerman, Berlin untuk membuktikan benar atau tidak nya intan disana tapi memang apa yang dilihatnya kenyataan tak tak bisa terbantahkan. Hal itu tak mempengaruhi Zahra sama sekali toh memang dia sudah mengatakan berkali-kali jika dia tak pernah terlibat dalam hilangnya intan, tapi dasarnya saja William sudah b*d*h makanya mudah ditipu oleh intan sang kekasih.

Setelah berbicara banyak hal dengan Natasha akhirnya telepon mereka berakhir juga. Saat hendak ingin masuk kamar tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar bahkan beberapa kali, seperti orang tidak sabaran.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nurhasanah Anna

Nurhasanah Anna

hidup hidup ,,yang penuh dengan teka teki

2024-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!