Bab 2

Pernikahan adalah ibadah, dan setiap ibadah bermuara pada cintanya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cintanya dilakukan dengan suka cita.

Pernikahan seperti Mosaik yang kita buat dengan pasangan bahkan jutaan momen besar maupun kecil menjadi kisah cinta.

_____

Kini Zahra dan William sudah berada dirumah orang tuanya dan mereka sedang berada diruang tamu untuk berbincang ringan, ah bukan melainkan akan terjadi perdebatan.

"Ada yang ingin aku katakan sama papi dan mami mengenai zahra". Ucap William dengan nada serius melirik Zahra yang hanya terdiam.

"Apa itu nak". Kata Airin.

"Sebenarnya Zahra terlibat dibalik hilangnya intan mi, dia sengaja berpura-pura polos karena ingin menggantikan intan". Kini William kembali menuduh Zahra.

Airin dan juga Handoko saling berpandangan.

"Apa benar yang dikatakan William, kamu penyebab hilangnya intan". Handoko langsung percaya dengan ucapan anaknya karena memang selama ini William selalu berkata jujur.

Zahra hanya terdiam, entah bagaimana mengatakannya. Sebab dirinya juga bingung, kenapa tuduhan tak berdasar itu ditujukan kepadanya.

"JAWAB!!". bentak William membuat Zahra kaget.

"Apa yang perlu aku jawab, jika memang kau menuduhku melakukan hal seperti yang kamu katakan itu adalah hak kamu tapi sekali lagi aku bilang hilangnya mbak intan tak ada sangkut pautnya dengan ku". Ucap Zahra yang sudah muak atas tuduhan William kepadanya.

"Apa kamu punya bukti jika kamu tidak terlibat ? Kamu itu perempuan murahan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu". Hinaan lolos begitu saja dari mulut William membuat tangan Zahra terkepal.

"Apa kamu juga punya bukti atas tuduhan kamu itu. Kamu hanya berasumsi seakan aku yang disalahkan disini. Jika boleh memilih aku juga tidak Sudi menikah dengan mu yang begitu kasar terhadap ku". Terang Zahra, dadanya menggebu-gebu.

"Maaf papi, mami. Jika bukan karena nama baik keluarga kalian dan keluargaku mungkin aku tidak akan menerima untuk di nikahkan oleh anak mami". Ucap Zahra kembali.

Airin dan Handoko mengangguk mengiyakan perkataan Zahra, jika tanpa dia mungkin keluarga Handoko dan Wijaya akan menanggung malu karena pernikahan anaknya batal.

"Betul apa yang dikatakan Zahra nak, dia adalah penyelamat keluarga kita. Kamu jangan menuduhnya seperti itu jika tak punya bukti". Kini Airin membela Zahra

"Cih, mami bisa saja dikabuli dengan wajah polosnya tapi tidak dengan ku. Dibalik wajah polosnya itu tersimpan kebusukan". William beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya yang ada dilantai atas.

"Maafkan mami yah nak sempat meragukan kamu tadi". Kata Airin beroundah tempat mengelus rambut Zahra.

"Papi juga minta maaf karena langsung percaya dengan omongan William". Zahra hanya mengangguk patah-patah tak tau harus mengatakan apa.

"Zahra kekamar dulu Pi, mi". Ucap Zahra yang diangguki oleh mertuanya.

Zahra membuka pintu kamar milik William saat masuk Zahra dibuat begitu tercengang dengan kamar bernuansa American classic yang begitu luas dan nyaman dipandang.

"Ah besar sekali kamarnya". Gumam Zahra yang mata memindai seluruh ruangan kamar William.

Setelah puas melihat-lihat, Zahra merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur king size yang begitu empuk membuat Zahra langsung tertidur.

Baru beberapa menit memejamkan mata Zahra dikagetkan dengan hentakan tangan yang menariknya begitu kasar hingga dirinya jatuh tersungkur kelantai kabin yang dingin.

"Siapa yang menyuruhmu tidur disitu HAAAA!!!". Teriak William seakan Zahra begitu jauh darinya.

Zahra meringis merasakan sakit dibagian bokongnya dan juga pusing diarea kepala karena tiba-tiba bangun.

"Bisakah kamu memambangunkan ku dengan cara yang baik. Aku juga manusia bukan hewan yang diperlakukan secara kasar seperti itu". Ucap Zahra yang merasa jengell terhadap William.

William mensejajarkan tubuhnya dengan Zahra yang masih terduduk dilantai dengan sorot mata tajam kemudian menjambak rambut Zahra.

"Auuuuu". Teriak Zahra ketika jambakan tersebut seakan rambutnya ingin terlepas dari kepalanya.

"Sakit ? Hahahaha ini tidak seberapa. Karena kamu begitu lancang menyentuh barang-barang ku dikamar ini maka itu hukuman mu". Bisik William ketelinga Zahra.

"Ku mohon le-lepas kan ta-tangan mu". Zahra mulai menangis karena sudah tak tahan akan sakitnya.

William tak mengindahkan permohonan Zahra bahkan dirinya seakan tuli atas teriakan dan tangisan polis Zahra. Baginya sangat senang mendengar tangisan tersebut.

Setelah puas mejambak rambut Zahra, William melepasnya dengan mendorong hingga kepala Zahra hingga membentur lantai.

"Jangan pernah sentuh barang-barang yang ada dikamar ini jika kamu tak ingin mendapatkan hukuman yang lebih dari ini. PAHAM!!!". Zahra hanya mengangguk tanpa menoleh kearah William.

William belum terlalu menyiksa Zahra karena mereka masih ada dikediaman orang tuanya.

Setelah puas menangis kini Zahra bangkit untuk membersihkan dirinya, diambilnya peralatan mandi yang ada dalam kopernya kemudian segera masuk dalam kamar mandi.

Zahra menghabiskan waktu selama berjam-jam dalam kamar mandi dengan tangisan yang begitu pilu bila siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan kasihan tapi tidak dengan William. Laki-laki itu begitu keras hatinya karena tak jadi menikah dengan kekasihnya.

William tak menghiraukan Zahra yang sudah berjam-jam didalam kamar mandi sana. Dirinya sibuk bermain handphone mencari keberadaan kekasihnya.

"Cari kekasihku sampai dapat, kalau tidak akan ku b*n*h kalian semua". Ucap William dengan sorot mata tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya.

"Jika sampai kamu terlibat dalam hilangnya intan maka aku tak segan akan memb*n*hmu Zahra sialan". Kata William meremas handphone nya begitu erat.

Zahra keluar kamar dengan perasaan lega karena sudah menumpahkan tangisnya. Berjalan kesamping sofa untuk berbaring dilantai tak lupa juga dia mengambil selimut yang memang dipersiapkan didalam koper nya senagai alas. Dengan berbantalkan tumpukan bajunya Zahra kini berbaring menatap lurus keatas langit-langit. Helaan nafas berulang kali keluar dari mulutnya meratapi nasib buruknya kedepan.

'Kenapa mbak intan harus kabur, sekarang aku menderita disini'. Batin Zahra menangis

Karena dilanda rasa ngantuk dan juga capek akhirnya Zahra tidur dengan mata bengkak bekas menangis.

William hanya melirik sekilas dan tersenyum licik melihat Zahra berbaring dilantai beralaskan selimut dan bantal bajunya. Tanpa rasa iba sedikit bahkn melihat Zahra seperti itu nuraninya tak bergerak. Sungguh terbuat dari batu hati si William ini.

***

"Ahhh kamu sungguh nikmat sayang. Kamu selalu menggigit membuatku selalu candu ouhhhhh". Rancau Indra diatas intan.

"Lebih dalam lagi sayang, yah seperti itu ahhhhhh". D*sah intan membuat Indra tambah gencar menghujani miliknya nya kedalam milik intan.

"Ahh aku ingin keluar sayang, aku... Aku sudah tak tahan". Intan kembali m*nd*sah ketika ingin mencapai puncak kenikmatan nya.

"Bersamaan sayang".  Keduanya mengerang kenikmatan karena telah mencapai puncaknya.

Disaat intan sedang menikmati memadu kasih dengan kekasihnya disana Zahra harus menderita karena ulahnya yang telah kabur. Dan william uring-uringan mencari dirinya bahkan akan memb*n*h anak buahnya jika tak dapat menemukan calon istrinya itu.

Sungguh malang nasibmu Zahra...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

katanya org kaya!!!!!!!! masa tdk tahu keberaddan jalangnya. engga mungkin cari model di pasar, dibengkel.
bisadi hotel2di losnen2 dipenginapan2 divila2dirumah teman2nya. rumah agensjnya.produsernya,ambasador

2024-05-12

1

muthia

muthia

katanya orang kaya masa gitu aja g bs cari sampai ketemu

2024-04-23

0

Novriyanti Zebua

Novriyanti Zebua

banyak typonya

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!