Bab 11

Dek...Mas mau minta izin ya, Mas mau kerumah ibu, tapi sediri dulu kamu nggak marah kan, Mas mau liat kondisi ibu di rumah, Mas jadi merasa serba salah dan takut kalau ibu kenapa-kenapa," ucap Putra dengan wajah lusuhnya.

sejak kejadian tiga hari yang lalu kondisi Putra sedikit terguncang, ia tak bermaksud ingin berkata kasar apalagi sampe meninggikan nada bicaranya kepada sang Ibu, namun semua terjadi tanpa terduga, mungkin karena faktor kecapean habis pulang kerja, dan reflek Putra menggerakkan hatinya untuk melindungi istrinya membuat Putra tanpa sadar membuat kesalahan yang cukup fatal.

Selama tiga hari ini Putra jadi susah tidur, dan pekerjaan di kantor juga jadi berantakan, untuk pertama kali Putra menghadapi masalah sebesar ini apalagi ini menyangkut sang Ibu, rasa bersalah dan menyesal menghinggapi relung hati Putra, tapi ia juga tak mau bersikap egois dan membuat sang Istri menjadi salah paham dan ikutan merasa bersalah, karena secara tidak langsung Seina juga merasakan hal yang sama seperti apa yang kini tengah Putra rasakan, dan jujur Seina sendiri takut jika suaminya akan berbalik marah pada dirinya, karena bagaimanapun entah siapa yang salah dan duluan memulai tetap saja Seina sadar jika posisinya akan kalah jika di sandingkan dengan sang Ibu mertua.

Huh....aku harus apa sekarang, mungkin aku bisa kuat jika suami aku berdiri di samping dan menguatkan aku, tapi sekarang terlihat jelas kalau suami aku tidak dalam keadaan baik, tapi kalau aku mengizinkan Mas Putra sendirian kerumah Ibu, aku takut disana ada Wanita itu, aku yakin Ibu akan nyari kesempatan buat melancarkan niatnya," gumam Seina dengan hati teramat gelisah.

Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Seina memberikan saran kepada sang suami, dirinya boleh pergi menemui Ibu tapi nggak sendirian melainkan mengajak Riza bersama-sama pergi kerumah Ibu, toh Seina pikir mungkin Ibu mertua memang tak suka padanya namun nggak mungkin kan sampe tega bersikap kasar dan acuh dengan cucu sendiri, karena bagaimanapun Riza adalah cucu kandungnya. Bahkan dari ketiga anak Ima baru Riza cucu laki-laki, sedangkan dua lainnya melahirkan anak cewek, jadi Seina bisa bernafas sedikit lega.

Putra yang mendengar ucapan Seina tak menolak malah ia juga setuju, toh pikir Putra mungkin saja sang Ibu akan senang jika dia dan sang anak datang bersama, lagipula Putra sadar dirinya sendiri memang jarang bahkan amat jarang pergi berkunjung kerumah sang Ibu, bukan karena tidak mau tapi memang kesibukan Putra di kantor cukup menguras waktu dan tenaga. Putra juga selama ini sedikit risih jika kerumah sang Ibu selalu saja ada Sari di sana, entah apa yang dilakukan perempuan itu Putra tau mau ambil pusing, Putra hanya tak ingin terjadi masalah yang tak di inginkan dan dirinya sadar jika ia harus menjaga kepercayaan sang Istri.

Ya udah kalau gitu Mas mau keluar bentar ya mau beli oleh-oleh buat Ibu nanti, sekalian tolong adek kasih tau Riza buat bersiap-siap, semoga aja Ibu nggak marah lagi sama aku dan kita bisa menyelesaikan masalah dengan baik, Mas sangat berharap Ibu bisa berubah dan nerima kamu apa adanya, maaf ya Dek atas semua sikap dan masalah yang di sebabkan oleh Ibu aku," ucap Putra dengan ekspresi penuh ketulusan.

Seina yang mendengar ucapan sang suami tersenyum bahagia, meski ia tak bisa membohongi diri sendiri ada rasa kecewa, lelah dan bingung akan sikap sang Ibu mertua, namun Seina masih cukup bersyukur karena Putra masih bisa menjaga sikap dan tak bersikap berat sebelah.

Iya Mas, aku akan coba yang terbaik, aku juga mau berterima kasih karena kamu mau bertahan dan nggak bersikap berat sebelah," jawab Seina dengan raut wajah terharu.

Skip....

Kini setelah menempuh jarak kurang lebih 1 jam, Putra dan Riza akhirnya sampai di rumah sang Ibu, dengan langkah pasti Putra berjalan ke arah pintu rumah sang Ibu.

Tok...tok...tok...Bu...Assalamu'alaikum," ucap Putra dengan suara lembut.

Tidak lama setelah Putra mengetuk pintu terdengar suara derap langkah kaki mendekat dari dalam rumah sang Ibu.

Ceklek... Suara pintu terbuka.

Di saat Putra ingin berucap, ia di kagetkan dengan orang yang kini berdiri di hadapannya, bagaimana tidak jika yang ia kira jika sang Ibulah yang membuka pintu ternyata bukan, yang membuka pintu malah Sari.

Kamu...kenapa bisa kamu yang buka pintu, mana Ibu," tanya Putra dengan wajah menahan kesal.

Wa'alaikum sallam, ayo Mas masuk dulu Ibu ada di kamar, kebetulan Ibu sakit Mas makanya aku disini buat bantu merawat Ibu," jawab Sari dengan wajah sendu.

Ibu sakit, kenapa nggak ada yang ngasih tau, dan kamu kenapa nggak nelpon buat ngabarin soal kondisi Ibu," sarkas Putra kaget bercampur marah.

Lah bukan salah aku dong, kan semua karena kamu sendiri Mas kenapa Ibu sakit ya akibat banyak pikiran dan sakit hati sama sikap kamu, lagian aku bukan nggak mau ngabarin tapi apa kamu lupa kalau aku aja nggak punya nomor kamu, aku juga sempat minta sama Ibu tapi kata Ibu nggak perlu kasih tau kamu Juga, sebab Ibu yakin kamu juga nggak akan peduli jadi ya sudah," Sari sedikit meninggikan nada bicaranya disertai raut wajah tak terima.

Putra terdiam untuk sesaat ia lupa jika memang benar Sari tak menyimpan nomornya, dan fakta bahwa sang Ibu sengaja tak memberi tau dirinya kalau sang Ibu tengah sakit membuat rasa bersalah Putra semakin besar, namun tetap saja kehadiran Sari di rumah Ibunya membuat Putra sedikit risih dan tak bisa bebas, ia juga takut jika Seina tau ada Sari di rumah sang Ibu, Seina akan curiga dan marah, untung saja tadi Putra setuju mengajak Riza ikut berkunjung kerumah sang Ibu, jika tidak Putra yakin masalah yang ia hadapi makin rumit, sudah cukup ia berselisih dengan sang Ibu jangan sampe dirinya juga harus berselisih dengan dang Istri juga.

Ya sudah Aku mau liat kondisi Ibu dulu, Ibu di kamar kan," tanya Putra.

Iya Ibu di kamar tapi tadi kayaknya Ibu masih tidur," jawab Sari.

Riza kamu bisa tunggu ayah di ruang tamu atau kamu bisa main di taman belakang dulu ya, Ayah mau liat kondisi nenek dulu, atau kamu mau ikut," ucap Riza menatap sang anak.

Hmmm, Riza tunggu di taman belakang aja Yah... Ayah sendiri aja yang nengok nenek, nanti Riza nyusul aja, bolehkan," jawab Riza menatap ke arah Putra.

Ya udah tapi jangan jauh-jauh, nanti kamu nyusul aja ke kamar nenek ya," jawab putra merespon.

Setelah Riza pamit ke taman belakang, Putra melangkah ke arah kamar sang Ibu, Iya sudah tak sabat ingin melihat kondisi sang ibu secara langsung, dan di saat Putra sudah berdiri di depan pintu.

Tok...tok...tok...ceklek," Putra membuka pintu kamar Ibu.

Putra dengan langkah berlahan masuk ke dalam kamar, ia melihat sang Ibu yang terbaring di atas kasur membuat rasa sedih dan menyesal menyeruak seketika tanpa di minta.

Bu...ini Putra Bu, maafin Putra ya Bu," ucap Putra mengecup punggung tangan sang Ibu.

Ima yang sedari tadi tertidur merasa terganggu dan terbangun, ia cukup kaget melihat sang anak sudah duduk di tepi ranjang dengan wajah sendu.

Nak...kamu datang, Ibu pikir kamu beneran nggak peduli sama Ibu lagi, tapi kamu tau dari siapa Ibu sakit," jawab Ima dengan suara parau.

Baru aja bu, sebenernya Putra sengaja mau kesini sebab Putra tiga hari ini nggak bisa tenang dan jujur Putra menyesal Bu, maafin Putra, tapi soal Ibu sakit Putra nggak tau, makanya tadi pas kesini dan melihat Sari yang membuka Pintu, Putra sedikit kaget dan baru tau dari Sari jika Ibu sakit," jawab Putra apa adanya.

Kamu sendiri kesini ?," tanya Ima menatap sang anak.

Nggak Bu, aku berdua...," jawab Putra namun keburu di potong oleh Ima sepihak.

Jadi sama Seina, mana dia..pasti dia seneng kan liat Ibu sakit, atau malah sekarang dia sedang berdoa biar Ibu mati," ucap Ima dengan nada sinis.

Putra yang mendengar ucapan sang Ibu kaget dan tak terima, namun melihat kondisi ibu yang sedang sakit, Putra berusaha menahan diri.

Bukan Bu...aku kesini sama Riza kok, Seina tinggal di rumah," jawab Putra.

Ooo...baguslah kalau gitu, terus dimana Riza kok Ibu nggak liat," jawab Ima mengubah ekspresi wajah yang tadi kesal sekarang menjadi senang.

Hufff...Riza ada di luar tadi katanya mau main di taman belakang Bu, nanti kalau puas bakal nyusul ke sini buat liat kondisi Ibu," jawab Putra menjelaskan.

ya udah nggak masalah, pasti Riza lagi asik maen di sana, lagian kamu yang salah kenapa jarang banget ngajak cucu ibu maen kesini, Sari tolong ya buatin minum buat Putra dan Riza," ucap Ima mengalihkan pandangan kearah Sari.

Baik Bu, bentar ya Mas aku ke dapur dulu," jawab Sari dengan senyum di wajah.

Hhmmm,"Putra menjawab singkat.

Sari bergegas ke arah dapur, tanpa ada yang tau ternyata dirinya sudah menyiapkan sesuatu khusus untuk menyambut ke datangan Putra, kali ini Sari sangat yakin ia tak akan gagal untuk menjadikan Putra sebagai suaminya.

Bagus...kali ini kamu nggak bisa lagi lepas Mas, kalau aku nggak bisa dapetin kamu secara baik-baik maka aku akan menggunakan cara kotor, yang penting tujuan aku buat dapetin kamu tercapai, dan jalan aku untuk menguasai semua harta kekayaan Ibu kamu akan tercapai bentar lagi hahaha," ucap Sari tertawa lepas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!