Bab 6

Kenapa kalian menatap ibu kayak gitu, kalian nggak suka Ibu buang masakan istri kali ia," jawab Ima menatap tajam ke arah Putra dan Seina.

Hhmmm...," tarikan nafas panjang Seina mencoba meredam emosi.

Bu...bukannya kami nggak suka tapi jujur Bu kenapa masakan Seina harus Ibu buang, Ibu kenapa sih Bu...," jawab frustasi dari Putra melihat kelakuan Ibunya.

Mas kamu duduk dulu, udah minum kopinya dulu aja ya, aku nggak pa-pa kok, biarin Ibu mau masak apa, lagian Ibu cuma mau nunjukin kepeduliannya sama kamu, aku Mau liat Riza dulu udah selesai apa belum," ucap Seina menunjukkan senyum terpaksa.

Tapi Dek..." ucap Putra yang masih jengkel dengan Ibunya.

tanpa menjawab, Seina lagi-lagi hanya memberi kode melalui kedipan mata, bertanda agar Putra bisa menahan diri dan tak memperburuk keadaan, meski sejujurnya siapa yang tak sakit hati, siapa yang tak marah, siapa yang tak emosi melihat masakan yang dimasak dengan susah payah dibuang begitu saja oleh mertuanya tanpa rasa bersalah sama sekali, tapi di satu sisi Seina juga tak ingin mengikuti Ego dan nafsu semata, toh Seina sudah berjanji pada diri sendiri akan terus berusaha bertahan dan melakukan yang terbaik, selagi sang suami selalu ada di sisinya, peduli dan berpihak padanya itu sudah lebih dari cukup, karena yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan dan perasaan sang anak.

Udah Mas tungguin aja ya kayaknya bentar lagi masakan Ibu selesai, aku mau ke kamar Riza dulu," jawab Seina penuh arti.

Ima yang mendengar percakapan sang anak dan menantu merasa kesal dan tak suka, ia tau jika sang anak ingin marah padanya, dan Ia yakin sang menantu kini merasa di atas awan karena merasa kedudukan lebih tinggi dari dirinya.

Cih...dasar munafik, kita liat sampe kapan kamu akan diam dan menutup mata, aku akan terus cari cara agar Putra bisa melihat sifat asli istrinya, dan sadar kalau Seina nggak sebaik yang Ia kira, pokoknya aku akan terus cari cara buat kamu di benci sama Putra, kalau perlu kalian langsung cerai, aku udah nggak sabar liat semua terjadi dan akhirnya Putra dan Sari bisa menikah," ucap Ima dalam hati sembari tersenyum licik.

Ima melanjutkan memasak, dan setelah selesai semua menu dihidangkan di atas meja, dengan antusias Ima yakin jika anak dan cucunya akan menyukai menu yang ia masak ketimbang masakan sang menantu.

Di dalam kamar Riza....

Eh...Ibu kanapa balik ke sini, Ini Riza udah selesai kok," ucap Riza sedikit kaget saat membuka pintu.

Iya Ibu tau, maaf ya kamu jadi kaget, tapi sini bentar masuk ke kamar dulu," ucap Seina mengajak sang anak masuk ke dalam kamar kembali.

Huh...Ibu kenapa? Kok Riza di suruh masuk kamar lagi tadi katanya entar telat," jawab Riza menunjukkan raut kebingungan.

Ng..hhmmm, Za...sebenernya Ibu cuma mau minta tolong sama Riza boleh ya," ucap Seina dengan lemah lembut.

Minta tolong apa Bu, kok Riza jadi penasaran," jawab Riza dengan wajah polosnya.

Ibu cuma mau minta tolong sama Riza nanti pas di meja makan kalau nenek nawarin kamu terima aja ya, walaupun kamu nggak suka Ibu mohon sama Riza supaya bisa nahan, bolehkan," jawab Seina mencoba menjelaskan.

Huh...kenapa Riza harus nolak kan nenek cuma nawarin ya Riza pasti maulah, kan masakan Ibu semua Riza suka," jawab Riza semakin bingung.

gimana ya! emang ibu tadi udah masak tap...tapi sayangnya semua di buang...," ucap Seina dipotong oleh Riza.

Di buang...pasti nenek kan, ngapain nenek buang masakan yang udah ibu masak, nenek kenapa sih Bu, kok makin nggak jelas sih, terus ayah diem aja, masak liat kelakuan nenek Ayah cuma diem, inilah kenapa Riza nggak suka nenek datang kerumah, pasti ada aja masalah," ucap Riza penuh emosi.

Nak..sayang, sini liat ibu dulu, Riza Ibu mohon kamu tenang dulu ya, Ibu tau kamu marah ayah juga, Ibu sendiri juga lebih, tapi gimana juga Nenek tetep harus kita hormati, mungkin nenek punya alasan, atau nenek nggak sadar, jadi Ibu mohon sama Riza ya jaga sikap, Ibu cuma nggak mau nenek kamu marah dan makin membenci bu, jadi Ibu mohon ya Za," jelas Seina berharap sang anak mengerti.

hufffff.....iya Bu," jawab Riza pasrah.

Sebenarnya Riza sangat kesal dan tak terima namun ia juga tak ingin ikutan menyakiti hati sang ibu, asalkan Ibunya yang Minta pasti Riza akan lakukan, karena bagi Riza meski usianya baru menginjak 9 tahun namun sifat dan pola pikirnya jauh lebih dewasa, Riza juga memiliki kepekaan yang lebih, jadi meskipun saat ini sang Ibu terlihat kuat dan tegas namun nyatanya Riza tau Ibunya saat ini tidak baik-baik saja.

"Huh...rasanya tenaga aku terkuras habis, melayani tingkah ibu yang mancing emosi bukanlah hal mudah, aku kayaknya udah nggak bisa cuma diem aja, aku harus cari cara lain agar ibu berhenti mencari cara buat bikin masalah sama aku, maaf Bu...tapi aku harus buat ibu sadar," ucap Seina bergumam.

Di sisi lain Ima sangat kesal rencana di awal ia sengaja mencari keributan agar Putra marah dan membuat dirinya mudah untuk menyalahkan Seina sebagai kambing hitam tapi semua di luar dugaan, Putra hanya diam bahkan cucunya Riza juga sama, Ima tau semua pasti ulah sang menantu, ia harus kalah lagi.

"Sial lagi-lagi aku kalah sama menantu sialan itu," umpat Ima kesal.

Akhirnya kini tinggal Seina dan Ima di rumah, Putra seperti biasa sudah berangkat kerja dan Riza sudah tentu sekolah. Seina sibuk merapikan rumah, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring dan melipat pakaian ia menyibukkan diri sendiri, Seina tak peduli apa yang dilakukan sang Ibu mertua selagi tidak mengusiknya Seina tak ambil pusing.

Tak terasa hari sudah beranjak siang, seperti biasa Seina akan menjemput Riza ke sekolah.

Meski ada rasa sungkan namun Seina tetap memberi tau sang Ibu mertua sesaat sebelum ia pergi.

Tok...tok...tok," Bu Seina mau keluar bentar udah jam pulang Riza, jadi aku mau jemput Ibu sendirian di rumah nggak apa-apakan, Seina pergi dulu," ucap Seina sedikit teriak di depan pintu kamar.

Tanpa menunggu jawaban dari sang Ibu Seina melenggang keluar mengendarai motor menuju sekolah Riza.

"Huh akhirnya pergi juga, aku bisa ngelakuin rencana aku yang berikutnya, gimana ya reaksi pas pulang tau-tau liat ada Sari di rumah, aku jadi nggak sabaran," ucap Ima dengan senyum licik diwajahnya.

Tut...tut...tut..., "Halo Sari kamu dimana?,"ucap Ima sesaat setelah telpon tersambung.

(.......)

"Bagus...kalau gitu kamu bisa kan sekarang datang kerumah Putra, kebetulan Ibu lagi main jadi kamu bisa berkunjung ke sini, kalau Putra atau Seina tanya kamu jadi ada alasan buat ketemu Ibu," jawab Ima penuh antusias.

(....)

"Udah tenang aja, lagian kenapa kamu harus takut, kalau ada yang berani ngusir kamu bakal berhadapan langsung sama Ibu, jadi kamu cukup dengerin omongan Ibu ngerti," jawab Ima percaya diri.

(.....)

"Bagus...sudah Ibu tunggu jangan lama-lama, kebetulan menantu nggak guna lagi pergi keluar jadi kalau bisa kamu udah nyampe kesini sebelum dia pulang, Ibu tunggu," jawab Ima sebelum mengakhiri panggilan.

Tanpa Ima tau di seberang sana Sari kini tengah tersenyum ceria nan bahagia.

"Yaaa..akhirnya kesempatan aku buat dapetin Putra kembali bakal terwujud, aku nyesel banget kenapa dulu aku nggak mau di nikahi Putra, kalau tau dia bakal jadi orang sukses kayak sekarang aku nggak akan repot-repot buat nikahi si pria buluk itu. Huh...aku kira dengan aku menolak Putra dan menikahi pria buluk itu hidup aku bakal terus bahagia eh malah sebaliknya kenapa tuh pria buluk bisa bangkrut dan jatuh miskin, untung aku pinter sebelum lebih merugi aku tinggalin," Sari bermonolog.

Dengan penuh semangat Sari bersiap-siap, memakai pakaian terbaik dan parfum yang banyak, menghias wajahnya dengan riasan tebal berharap Putra akan tergoda saat melihatnya.

"Aku nggak boleh terlambat, sebaiknya aku segera berangkat, jangan sampe tuh nenek lampir marah, udah nggak sabar buat ketemu calon suami, untung Ibu Mas Putra bodoh dan mudah sekali di tipu, tapi baguslah dia jadi lebih bela aku ketimbang menantunya, jalan aku buat merebut Putra jadi lebih terbuka lebar, setelah aku berhasil akan aku kuras semua hartanya dan Si nenek lampir akan aku jadiin pembantu gratis hahahaha," ucap Sari tersenyum puas.

Bagaimana selanjut, apa yang akan terjadi setelah kedatangan Sari di sana nantinya, bagaimana Reaksi Seina melihat wanita yang sangat di inginkan sang Ibu mertua menjadi menantunya, Apa yang akan Seina lakukan untuk mengatasi kedatangan Sari di rumahnya, rencana apa lagi yang akan Ima lakukan, yuk kita sama-dama nantikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!