Bu ada apa ini, kenapa ibu mau mukul Seina, apa salah Seina sampe ibu berani maen tangan kayak gini," ucap Putra bernada tinggi.
Sari kaget, untuk pertama kalinya ia melihat Putra berucap dengan nada tinggi seperti saat ini, padahal setau Sari selama ini Putra selalu berkata lembut dan tak pernah meninggikan suaranya sekalipun ia sedang marah atau kesal tapi sekarang hanya karena melihat sang Ibu ingin memukul sang Istri, Putra berani meninggikan nada, Sari makin kesal dan tak terima, tanpa menunggu Sari menggunakan kesempatan ini untuk membuat sang Nenek Lampir makin membenci Seina dan berpihak padanya.
Putra....kamu berani meninggikan nada suara kamu sama Ibu kamu sendiri, kamu udah berubah banget Put, apa kayak gini sikap kamu setelah menikah," ucap Sari dengan sengaja.
Apa maksud kamu Sar," jawab Putra tak terima.
Kamu berubah Put, aku sampe kaget liat sikap kamu yang sekarang, dulu kamu nggak berani ngomong kasar apa lagi meninggikan ucapan kamu sama Ibu, sekalipun kamu sedang marah tapi liat apa yang barusan kamu lakuin ke Ibu, kamu berubah banget Put setelah menikah, aku sampe nggak habis pikir," jawab Sari sengaja membuat suasana makin panas.
Jaga ucapan kamu Sar, aku nggak pernah berubah, lagi pula siapa kamu yang berhak buat ngasih pendapat soal masalah pribadi aku, lagian kenapa kamu bisa ada di sini, pasti semua ada sangkut paut sama kamu kan, sampe Ibu berani mau maen tangan sama Istri aku," ucap Putra menunjuk jari ke wajah Sari penuh emosi.
Ima yang emang sudah terbawah Emosi sekarang makin emosi setelah mendengar ucapan Sari, tanpa di sadari Ima setuju dengan setiap ucapan yang Sari lontarkan, rasa kesal dan benci Ima kepada sang menantu semakin besar, tanpa di duga Ima malah berbalik mengarahkan tangannya ke wajah Putra.
Plak...
Kami berani membentak Sari Put, bener kata sari nggak ada yang salah, kamu emang udah berubah nak, sejak kamu menikah dengan Istri kamu ini, sikap kamu udah banyak berubah dan sekarang kami berani membentak Ibu nak cuma karena kamu membela Istri kamu, Ibu bener-bener kecewa sama kamu Put," ucap Ima penuh rasa kecewa.
Bu...Bu bukan gitu maksud Putra, ayolah Bu jangan kayak gini, Putra minta maaf Bu, tapi Maaf Bu Putra tetep nggak bisa terima jika Ibu mau maen tangan sama Seina, Kalaupun Seina salah ibu masih bisa kan ngomong baik -baik, kalau Seina nggak mau denger biar Putra yang ngambil alih tapi bukan dengan maen tangan Bu, Ibu jangan mudah terpengaruh sama orang lain," jawab Putra mencoba menjelaskan.
Sudahlah dari jawaban kamu aja ibu tau, intinya kami lebih milih membelah Istri kamu kan ketimbang Ibu, lagian bener kata Sari sejak kamu menikah, sikap kami sangat jauh berubah Ibu beneran kecewa, udahlah Ibu mau pulang aja sekarang, kayaknya kehadiran ibu emang cuma jadi beban dan masalah buat kamu dan istri kamu ini," jawab Ima dengan raut wajah teramat kecewa.
Bu...bu Putra mohon kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin bukan malah makin terbawah emosi masing-masing, Putra minta maaf bu atas nama Seina, tapi Ibu jangan pergi dalam keadaan maraj kayak gini, Putra mohon Bu," jawab Putra dengan nada memelas dan rasa bersalah.
Melihat sang Suami yang terlihat menyedihkan, rasa bersalah dan sedih menyeruak di hari Seina, walaupun semua bukan salah dan bukan dirinya yang memulai namun melihat kondisi sang suami seperti sekarang ia juga tak bisa diam saja.
Bu bener kata Mas Putra, Ibu jangan pergi dalam keadaan marah, aku minta maaf sama Ibu, aku mohon Bu kasian sama Mas Putra," ucap Seina memohon.
Diem kamu, semua gara-gara kamu ya, sejak Putra menikah sikap dan perlakuannya sama aku Ibunya sendiri jauh berubah, dan sekarang anak aku yang aku besarkan penuh cinta dan kasih mulai berani menjawab dan meninggikan suara hanya karena orang lain, kataknya posisi aku beneran udah nggak di anggap," jawab Ima membalas ucapan sang menantu.
Dengan keadaan masih emosi, Ima di bantu Sari membereskan semua barang-barang milik Ima di dalam kamar tamu, sedangkan Putra hanya terdiam dan termenung, ia tak menyangka niat hati pulang di awal hari ini untuk mengajak Ibu dan Sang Istri makan di luar agar hubungan mereka lebih dekat berakhir dengan hal tak terduga, dan sekarang Putra tak tau harus bagaimana, ia terlalu pusing menghadapi situasi saat ini, di satu sisi ia hanya bersikap gentle sebagai suami yang melindungi istrinya, namun ia juga tak berniat bersikap kasar dan membuat sang Ibu marah dan kecewa pada dirinya seperti sekarang.
Mas...maafin aku ya, karena aku..kamu dan Ibu jadi bertengkar, kamu tenang ya aku akan coba bujuk Ibu Mas, semoga Ibu mau dengerin penjelasan aku ya," ucap Seina mencoba menenangkan sang suami.
Udahlah Dek, aku tau gimana tabiat Ibu aku gimana, aku nggak mau kamu makin di benci sama Ibu, kamu percaya aja ya sama Mas, biar Mas yang nyoba buat bujuk dan jelasin ke ibu agar masalah ini nggak makin membesar," jawab Putra dengan lembut sembari mengelus wajah sang istri sang terlihat sedih.
Iya Mas...maaf," jawab Seina dengan suara parau.
Di saat Putra dan Seina sedang ngobrol, Ima keluar dari kamar dengan membawa satu koper yang di seret oleh Sari. Putra yang melihat sang Ibu keluar langsung berdiri dan mendekati sang Ibu.
Bu...Putra mohon, kita omongin semua secara baik-baik, Putra beneran minta maaf bu, jangan kayak gini Bu," Putra mencoba membujuk sang Ibu.
Udahlah kamu ngelakuin semua ini bukan karena kami sadar udah berbuat salah sama Ibu kan, tapi kamu cuma nggak mau Ibu makin membenci dan nyalahin Istri kamu aja kan," jawab ketus Ima menatap tajam ke arah Seina.
Bu...," jawab Putra tak bisa mengelak.
Ibu mau pulang, maaf kehadiran Ibu di sini cuma bikin masalah dan beban buat Istri kamu, Ibu pamit," ucap Ima berjalan meninggalkan Rumah.
Sari tersenyum bahagia, rencananya untuk membuat Ima lebih membenci sang menantu berhasil, kini jalan dirinya untuk mengantikan posisi Seina sebagai istri Putra semakin besar.
Bagus...inilah yang aku harapkan, Putra akan merasa bersalah karena udah bersikap kasar sama Ibunya, dan Seina pasti akan melakukan apapun agar sang Ibu dan Sang suami baikan, aku bisa gunakan kesempatan ini, aku yakin kalau Ibu ngasih syarat ke kalau mau di maafin harus mau menerima Putra menikah sama Aku, pasti Seina nggak akan bisa nolak," gumam sari tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
kalea rizuky
bkin cerai aja lah seina kasian kasih jodoh yg gk. berlindung di bawah kaki. emaknya
2024-05-29
0